Aku menatap sinyal yang tiba-tiba hilang dari peta holografik. Dadaku berdegup kencang, kesadaran bahwa situasi di Ikara semakin kritis membuat setiap detik terasa seperti beban. Armada bantuan yang kukirim untuk menyelamatkan mereka lenyap begitu saja—tanpa jejak. Apa yang terjadi? Apakah perompak itu sudah mempersiapkan jebakan? Apa mereka lebih terorganisir dari yang kukira?
"Kelihatannya bukan hari yang baik untuk Ikara," ujar Surya tiba-tiba, suaranya terdengar sedikit lebih tenang, bahkan nyaris dingin. Dia melangkah ke arahku dengan tangan di belakang punggungnya. "Apa yang akan kau lakukan, Letda Ghenius? Mengorbankan pertahanan Planet Burlian atau membiarkan Ikara jatuh?"
Aku tak segera menjawab. Mataku kembali ke peta, menganalisis setiap detail. Mungkin Surya benar—saat ini, aku berdiri di persimpangan yang berbahaya. Jika aku mengirim unit penyerang khusus dari Armada Pertama, keamanan Planet Burlian akan berkurang. Tapi jika aku tidak bergerak, Ikara akan jatuh, dan keseimbangan seluruh sistem bintang ini akan terguncang.
Tanganku melayang di atas peta. Aku memperbesar tampilan sektor di sekitar Planet Burlian dan kedua planet layak huni lainnya yang berdekatan. Garis pertahanan terlihat stabil, tidak ada ancaman yang terlihat saat ini. Namun, itu hanya dari apa yang bisa kulihat sekarang—aku tidak bisa memastikan apakah musuh bersembunyi di luar radar kita, menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
"Apa kau takut mengambil risiko, Letda Ghenius?" Surya berdiri tepat di sebelahku sekarang, menatap layar holografik yang sama. "Kadang, risiko itu diperlukan untuk menang. Kau hanya harus memutuskan mana yang lebih berharga."
Aku menarik napas panjang, menimbang setiap pilihan dengan cepat. Jika aku tidak bergerak sekarang, Ikara pasti akan jatuh. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Tanganku mengarah ke sektor armada pertama yang berjaga di dekat Planet Burlian. Dengan hati-hati, aku menarik unit penyerang khusus itu dari orbit, mengirim mereka menuju Ikara.
"Unit penyerang khusus, bergerak ke Ikara!" perintahku tegas. Cahaya biru holografik menari di layar, menunjukkan pergerakan cepat unit yang kini menuju ke planet yang terancam. Keputusan ini tidak mudah—aku tahu itu. Tapi setelah memperhatikan sektor-sektor di sekitarnya, aku merasa cukup yakin bahwa Planet Burlian dan dua planet layak huni lainnya tetap aman untuk saat ini.
Surya tersenyum, seolah dia tahu bahwa akhirnya aku mengambil keputusan yang dia harapkan.
"Keputusan yang bagus," katanya perlahan, tapi matanya tetap memperhatikan setiap gerakan yang kutampilkan di peta. "Sekarang, kita lihat apakah unitmu cukup cepat untuk menyelamatkan keadaan."
Aku menarik napas dalam-dalam lagi, mencoba menenangkan pikiranku yang terus bekerja. Namun, sinyal komunikasi tiba-tiba muncul dari sektor lain—Viron.
"Kami telah menemukan penyebab pemberontakan," suara salah satu agen intelijen terdengar tegas, namun ada kekhawatiran di baliknya. "Seorang tokoh elit lokal di Viron diam-diam bekerja sama dengan para perompak untuk kepentingan pribadi. Dia menghasut bawahannya dan merusak citra keluarga Burlian demi korupsi. Tujuannya adalah merebut kekuasaan."
Jantungku serasa terhenti. Jadi ini alasannya? Seorang pemimpin ambisius yang memanfaatkan situasi untuk mengumpulkan kekayaan dan kekuasaan dengan cara kotor. Ini bukan sekadar pemberontakan biasa—ini adalah pengkhianatan dari dalam.
"Bisa dipastikan?" tanyaku cepat, menahan amarah yang mulai merayap ke dadaku. "Apakah kita memiliki cukup bukti?"
"Kami sudah mengumpulkan bukti, tapi kami membutuhkan waktu lebih lama untuk memverifikasi dan mengamankan semuanya sebelum dipublikasikan."
Aku berpikir sejenak, lalu mengeluarkan perintah tegas. "Eksekusi dia diam-diam. Kita tidak bisa membiarkan pengkhianat seperti ini merusak kestabilan lebih jauh. Namun, pastikan bukti korupsinya sudah siap untuk dipublikasikan. Saat dia menghilang, semua orang di Viron harus tahu apa yang sebenarnya terjadi."
"Baik, Letda. Kami akan segera bertindak."
Aku mematikan saluran komunikasi, menghela napas panjang. Ini adalah langkah yang keras, tapi tak ada pilihan lain. Jika si elit pemberontak ini dibiarkan hidup, kekacauan akan terus meluas.
Namun, aku tahu bahwa kematiannya akan menimbulkan reaksi negatif dari pemerintah lokal dan bawahannya. Oleh karena itu, bukti korupsinya harus dipublikasikan untuk menjustifikasi tindakan ini.
"Sebuah langkah yang berani," komentar Surya, berdiri dengan tangan terlipat di depan dada. "Tapi apakah kamu yakin publikasi itu akan cukup untuk meredam amarah mereka? Tidak semua orang menerima kenyataan secepat itu, Letda Ghenius."
"Aku tahu," balasku dengan tenang, meski dalam hati aku tetap waspada. "Tapi setidaknya, ini akan menunda mereka untuk bereaksi lebih buruk."
Sementara menunggu proses di Viron, mataku kembali ke peta holografik. Konflik di Tura dan Niron mulai stabil—armada di sana telah berhasil mengatasi serangan perompak, meski dengan kerugian yang tak terhindarkan. Tura kehilangan 10% kekuatannya, Niron 7%. Ini masih bisa diatasi.
Begitu pula dengan sektor Logos. Armada infiltrasi yang kutugaskan untuk menyelamatkan unit di sana berhasil menyelesaikan misinya. Mereka mampu mengatasi situasi, meski ketegangan di sektor itu belum sepenuhnya hilang.
Aku menghela napas lega sejenak, tapi kemudian sinyal dari Ikara muncul lagi.
"Armada penyerang khusus telah tiba di Ikara," lapor salah satu komandan. "Mereka melaporkan adanya pergerakan musuh dalam skala besar yang tidak terduga..."
Mataku menyipit, menatap peta yang kembali berkedip-kedip. Di tengah relief yang baru saja kurasakan, masalah baru telah muncul.
✨️✨️✨️
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Science FictionSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...