"Kapten UE-2, laporkan situasi para pengungsi!" pintaku di sela keributan yang terjadi di markas pusat. Orang-orang mulai panik. Para musuh berdatangan. Kapal induk mereka pun hampir merapat ke SIV.
"Lapor! 90% pengungsi telah berhasil dievakuasi," kata Instruktur Isy di lapangan, "Area-U hampir selesai dikosongkan."
Area-U merupakan area luas yang memiliki lanskap seperti perkotaan dengan empat menara utama yang juga berfungsi sebagai pilar di masing-masing mata angin. Tingginya 300 meter. Biasanya, di area inilah para pengunjung dan penduduk stasiun tinggal. Ada dua gerbang yang berhadapan langsung dengan Area-T yang telah dikuasai. Sisa gerbangnya berhubungan dengan area-area lain di stasiun.
"Dimengerti! Segera tuntaskan evakuasi!" titahku seraya memberi kabar buruk pada mereka, "Musuh telah menguasai Area-T. Mereka mungkin akan menyebar ke berbagai arah, termasuk Area-U. Persiapkan UE-2 dalam mode pertahanan selepas evakuasi selesai."
Aku pun melanjutkan laporan Instruktur Isy kepada Marsda Ros. Namun, tampaknya ia sedang sibuk mengomando pasukan pertahanan di area lain. Perintah yang diberikan kepadaku hanyalah memastikan pasukan musuh tidak menembus Area-U.
"UE-1, musuh telah terlihat memasuki Area-U dari pintu Utara," kata Reina di sebelahku, "Pasukan penyambut, bersiap untuk menyerang."
Aku menatap layar yang menunjukkan Area-U. Benar kata Reina. Sekelompok kecil musuh telah masuk ke sana. Mereka kemungkinan merupakan unit pengintai musuh. Akan lebih baik menghabisi mereka secepatnya dalam sekali serbuan.
"Sekarang!" seru Reina.
Dari layar pengawas, kulihat aksi kawan-kawan UE-1. Sebuah bola api raksasa tiba-tiba menyala di hadapan para musuh begitu mereka masuk sedalam seratus meter di Area-U. Itu serangan dari Blis, sang elementalis api. Tak hanya membuat bola api yang mengejutkan para musuh, ia juga mengepung mereka dengan dinding lingkaran api yang panas.
"Para pengintai musuh itu mengenakan kacamata termal," komentarku terhadap serbuan UE-1. Karena itulah mereka dapat mendeteksi sekutu kami dengan mudah di Area-T. Suhu tubuh mereka membuatnya mudah ditemukan. "Serangan api Blis akan membuatnya tidak berfungsi."
"Ya, tapi itu saja tidak cukup," balas Reina. Ia pun memerintahkan pasukan keamanan untuk menembak ke dalam kurungan api. Di tengah serangan dadakan itu, tetiba ekspresi Reina berubah sesaat. Ia pun berkata, "Diterima! Unit Sniper, ada satu musuh yang mengintip dari luar gerbang. Eliminasi dia sekarang sebelum pergi terlalu jauh."
Sayang sekali, sniper itu tidak menemukan musuh yang dimaksud. Ia tidak bisa melihat keluar gerbang yang sudah kembali tertutup saat para sekutu sibuk menembak pasukan pengintai musuh.
"Evakuasi telah sukses dilaksanakan!" kata Instruktur Isy melaporkan, "Unit Esper-2 siap terjun ke medan perang."
"Dimengerti," jawabku seraya memerintahkan mereka untuk bertahan di Menara Timur, bangunan yang terdekat dengan gerbang timur. Sebelumnya, aku sudah memerintahkan Souli untuk mengirim kawan-kawan astralnya untuk mengintai Area-T. Sesuai dugaan, mereka menyebar ke berbagai arah, termasuk melewati gerbang timur ini.
"Musuh akan segera datang," kataku meminta UE-2 untuk bersiap di posisi masing-masing, "Mereka akan tiba dalam lima menit."
"Yeah!" suara Weldy yang penuh semangat sampai ke mikrofonku, "Ayo bantai mereka!"
"Tetap berhati-hati!" ucapku memperingatkan, "Meskipun musuh tidak memiliki kemampuan esper seperti kalian, mereka dilengkapi senjata yang mematikan. Jangan sekalipun bertindak gegabah."
"Cih! Manusia sepertimu tahu apa, hah?" balasnya lancang, "Lebih baik kamu diam saja bersembunyi di markasmu itu. Lihat bagaimana cara kami bertindak!"
Ucapan Weldy Wardein itu amat menyebalkan. Namun, aku juga bersyukur atasnya. Ia menunjukkan bahwa UE-2 tidak mengetahui siapa identitasku sebenarnya. Mereka pasti mengiraku sebagai salah satu manusia dari ATAV.
"Musuh telah membuka gerbang!" Aku melaporkan pada UE-2 sekaligus meminta mereka segera bersiap. Tidak seperti di gerbang utara, musuh di gerbang timur langsung masuk dengan kendaraan tempur lapis bajanya. Mereka bergerak cepat dengan penuh waspada. Begitu aku selesai mengamati konvoi musuh yang memasuki gerbang timur, mataku tercengang oleh seseorang yang menghalangi barisan terdepan konvoi itu.
"Lihat ini! Beginilah kami bertempur!" seru Weldy yang menghalangi konvoi musuh itu sendirian. Ia berpakaian layaknya warga sipil. Sejenak, perilakunya yang ganjil itu membuat para musuh kebingungan, apalagi selepas ia menghilang dalam sekejap.
Dalam sepersekian detik kemudian, kendaraan lapis baja musuh meledak seolah menginjak ranjau di bawahnya. Namun, sebenarnya itu adalah kemampuan manipulasi energi milik ras Eklipsian. Bentuknya seperti bola-bola cahaya yang bergerak sangat cepat. Weldy menembakkannya dari samping, membuat para musuh semakin terkejut.
Mereka pun menembaki arah Weldy yang berisik berada. Rentetan peluru menyerbunya, tetapi ia sudah tidak ada di sana. Kecepatannya yang tinggi itu di luat nalar para musuh.
"Tidak, walaupun sempat kebingungan sesaat, manusia itu bukan makhluk yang bodoh," gumamku kesal atas tindakan Weldy yang di luar arahan. "Prajurit Wardein, jangan bertindak sendiri!"
Seperti yang kubilang sebelumnya, para musuh menggunakan persenjataan dan teknologi canggih yang sudah terintegrasi dengan AI. Dengan kacamata termalnya, mereka dapat segera mengetahui bagaimana pergerakan Weldy yang sangat cepat. AI yang terintegrasi di dalamnya pun pasti bisa sampai mendeteksi dan memprediksi pola gerakannya.
Saat kupikir Weldy hampir mati terbunuh oleh rentetan peluru musuh, tetiba UE-2 yang lain bergabung ke dalam pertempuran. Mereka bertindak di luar arahan, membuatku merasa tak berguna sebagai komandan. Instruktur Isy selaku kapten di lapangan pun tampak kewalahan mengatur mereka.
Satu konvoi musuh berhasil diluluhlantakkan oleh UE-2 yang barbar. Mereka tampak bangga sekali di luar sana. Di tengah kacau-balaunya medan perang, bisa-bisanya mereka tertawa dan bersenda gurau dengan santai di atas mayat konvoi musuh. Itu adalah kesalahan fatal yang dapat menyebabkan bencana.
"UE-2!" seruku melihat tanda bahaya. Puluhan titik merah yang mulai memasuki gerbang timur Area-U, sedang UE-2 yang ada di dekat sana tidak menyadarinya. Aku pun memperingatkan para berandal rusuh itu, "Hati-hati! Pasukan khusus musuh telah tiba!"
"Hah? Tidak ada siapa pun di sini," balas salah satu mereka, "Komandan, jangan bergurau. Kami tahu kau takut, tapi tak perlu risau. Ada kami di si-Argh ...!"
Seorang esper dari UE-2 tumbang, sedangkan aku yang ada di markas pusat SIV hanya dapat terdiam.
✨️✨️✨️
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Science FictionSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...