003: Para Esper Muda

6 0 0
                                    

Perlahan, kereta angkasa mulai melambat, menandakan bahwa ia hampir tiba di tujuan. Lampu di dalam gerbong berkedip sebentar sebelum operator mengaktifkan interkom, suaranya jernih dan tenang, memenuhi seluruh kabin.

Cahaya lampu itu membuatku terbangun dari tidur. Aku pun merenggangkan tubuh yang kaku, lalu mengedip-ngedipkan mata yang masih agak mengantuk.

"Para penumpang yang terhormat, kami dengan senang hati menginformasikan bahwa kereta angkasa sebentar lagi akan tiba di Stasiun Interglobal Esperheim. Mohon pastikan bahwa Anda semua barang bawaan Anda dan tetap duduk hingga kereta berhenti sepenuhnya."

Operator berhenti sejenak, memberikan waktu bagi penumpang untuk bersiap. Suaranya kemudian terdengar kembali, kali ini dengan nada yang lebih antusias.

"Selamat datang di Stasiun Interglobal Esperheim, pusat konektivitas dan petualangan angkasa! Terima kasih telah menggunakan layanan kami. Semoga hari Anda menyenangkan, dan bagi yang melanjutkan perjalanan, semoga selamat sampai tujuan."

Seiring dengan berakhirnya pengumuman, kereta angkasa perlahan berhenti dengan lembut. Pintu gerbong mulai terbuka, dan cahaya dari dalam stasiun menyambut para penumpang yang bersiap untuk melanjutkan langkah mereka ke dunia baru yang menunggu di luar sana.

Aku pun bergegas bangkit dari kursi di gerbong yang sepi ini. Yah, wajar saja. Ini adalah gerbong eksklusif yang hanya dapat diakses dengan harga tinggi. Kakek sengaja membelikanku tiket premium ini untuk memastikan kenyamananku selama perjalanan.

"Hai, minggir!" seru seorang pemuda berambut pirang keemasan. Usianya tampak tak jauh berbeda denganku. Kalau tidak salah, dia sudah ada di gerbong eksklusif ini sebelum diriku. Dilihat dari pakaiannya yang glamor, ia pasti seorang anak dari keluarga ternama. Lagaknya yang sombong pun memperjelas identitasnya yang tinggi. Katanya dengan penuh percaya diri nan sombong, "Kamu menghalangi jalan Tuan Muda Wardein ini."

Aku menatapnya dingin. Apa yang dia katakan? Gerbong ini sangat luas. Pintu keluarnya pun cukup besar. Lalu, yang lebih penting lagi, aku bahkan belum melangkah ke depan pintu dan tidak menghalanginya sama sekali.

"Jangan buat malu keluarga!" tegur seorang pemuda berambut pirang lainnya di belakang tuan muda itu. Ia bahkan memukul kepalanya dengan cukup keras. Dilihat dari tampangnya yang tak kalah glamor, ia pasti satu rombongan dengan Tuan Muda Wardein tersebut. "Cepat turun sana sebelum aku melemparmu keluar!"

"Ck! Dasar abang cerewet!" umpat Tuan Muda Wardein seraya melangkah keluar dengan wajah mendongak. Tatapannya pun sempat melirik padaku dengan tajam. Entah apa motif dari perbuatannya itu.

Aku tidak ingat pernah berurusan dengannya.

"Jangan hiraukan dia," kata pemuda yang tadi memukul Tuan Muda Wardein, "Dia hanya iri denganmu karena masuk ke kelas yang lebih rendah di Akademi Burlian."

"Anda mengenalku?" Aku menatap pemuda itu selidik.

"Tentu, kamu kan esper hebat yang mewakili Esperheim di kelas teratas Akademi Burlian," katanya dengan seulas senyum yang bersahabat, "Sebagai senior, aku bangga padamu. Oiya, namaku Asta Wardein. Aku putra sulung dari Klan Wardein."

Klan Wardein dari ras Eklipsian. Mereka adalah entitas yang luar biasa di Esperheim. Dengan kemampuan cahaya dan ilusinya yang hebat, mereka berperan aktif sebagai penjaga utama Negara Eklipolis.

"Savil Ghenius," ucapku seraya menerima uluran tangannya. Aku pun tersenyum membalas senyumannya yang ramah. "Senang bertemu denganmu, Senior Asta."

"Kamu bisa mengandalkanku di Akademi Burlian nanti," katanya dengan ramah, "Jangan sungkan-sungkan."

Aku mengangguk kecil padanya. Tanpa sadar, kami terlalu lama mengobrol di dalam gerbong. Operator kereta sampai menegur kami agar segera turun.

"Ikuti aku!" kata Asta mulai melangkah di depanku, "Semua murid Akademi Burlian harus berada di satu gerbang mulai dari sini."

Tanpa banyak berkata-kata, aku pun mengikuti langkah senior berambut pirang keemasan itu. Koper yang kubawa otomatis bergerak mengikutiku dengan sedikit melayang di atas permukaan lantai stasiun. Jadi, aku tidak perlu repot-repor menyeretnya.

"29, dan ... 30," ucap seorang pria begitu aku sampai di ruang tunggu, "Oke, semua delegasi sudah masuk. Kita akan berangkat ke Akademi Burlian sebentar lagi. Cepat siapkan barang-barangmu!"

"Auw!" Aku merasakan seperti ada sesuatu yang menusuk kepalaku. Saat aku merabanya, tidak ada apa-apa di sana. Aku menoleh ke sembarang arah. Kulihat seorang gadis berambut perak dengan kulit yang agak gelap di sana.

"Kau!" seru gadis berambut perak itu tiba-tiba seraya menuding kepadaku, "Katakan padaku! Bagaimana kamu melakukannya?"

Hah!? Apa yang dia katakan?

✨️✨️✨️

Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.

Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.

Makasih udah mampir😉

Kronik Perang Sang Esper yang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang