UE-2 memulai serangan. Kawan-kawan Souli bermunculan mengejutkan para penjaga markas utama Area-X. Suara tembakan pun menderu bersama teriakan terkejut para prajurit. Weldy dan Asta bersama-sama melumpuhkan pos penjaga markas tersebut, lalu langsung muncul di lini belakang musuh untuk mengeliminasi mereka tanpa disadari.
Dengan kemampuan manipulasi logamnya, Instruktur Isy menggulingkan tank-tank besar musuh. Kendaraan-kendaraan lapis baja itu bak mainan anak kecil dalam kendalinya. Halaman markas Area-X pun porak-poranda seketika. Namun, sirene tanda bahaya juga berbunyi tak lama kemudian.
Unit Serbu Beta-7 mengeliminasi musuh yang berdatangan dari luar. Mereka menjaga halaman markas dari bantuan musuh yang akan datang, sementara UE-2 menuju sel penahanan untuk membuka pintu terakhir pelarian.
"Marsda Ros dan para pejabat tinggi telah ditemukan!" seru salah seorang operator, "Melaksanakan evakuasi segera!"
"Jalur evakuasi telah diamankan," seruku membalas, "Segera laksanakan evakuasi sebelum bantuan musuh berdatangan."
Seluruh unit bekerja cepat. Selama satu jam penuh, markas Area-X kami kuasai. Namun, markas itu juga akan kami tinggalkan segera karena misi kali ini adalah misi penyelamatan, bukan misi penaklukan.
Sementara UE-2 memporak-porandakan musuh yang tersisa di markas Area-X, Raider-1 dan Raider-2 mengawal para sandera ke mobil evakuasi. Beberapa pejabat militer, termasuk Marsda Ros, dalam kondisi yang buruk. Tampak jelas bekas siksaan pada tubuh mereka dalam dua hari terakhir.
"Kapten," panggil Souli yang terdengar sampai ke alat telekomunikasiku. "Kita juga harus menyelamatkan anak-anak itu."
"Tidak, Souli," tolak Instruktur Isy tegas, "Misi kita bukan untuk menyelamatkan mereka."
"Tapi, mereka butuh bantuan!" Souli bersikukuh. "Kita tidak bisa membiarkan anak-anak yang disandera itu dalam bahaya."
"Terlalu berisiko," jawab Instruktur Isy, "Kita tidak punya banyak waktu. Anak-anak itu juga hanya akan menjadi beban selama pelarian."
"Apa Kapten akan membiarkan mereka begitu saja?" tanya Souli tak terima dengan ketidakacuhan Instruktur Isy, "Mereka butuh bantuan. Kita harus menolongnya. Kenapa kita hanya menolong para pejabat tinggi itu?"
Hening. Aku tidak mendengar suara balasan dari Instruktur Isy. Hanya terdengar ledakan demi ledakan dan deru peluru di seberang sana.
Aku mengerti maksud Instruktur Isy. Kendaraan evakuasi yang disediakan memang hanya tersedia untuk para pejabat yang disandera. Kami tidak memperhitungkan adanya warga yang juga dikurung di markas tersebut.
Bila mereka diikutsertakan, proses evakuasi akan melambat. Itu malah akan membahayakan seluruh unit dan sandera. Lagi pula, kulihat anak-anak itu masih baik-baik saja. Setidaknya, Sekte Liberyntos menepati janjinya untuk tidak menyakiti warga sipil. Yah, meskipun penyanderaan itu tetap tidak dibenarkan.
Aku juga mengerti maksud Souli. Dari yang kulihat selama ini, dia adalah seorang yang sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Pemuda Astralian itu bukan tipe orang yang diam akan ketidakadilan. Sifatnya sudah seperti seorang protagonis di novel super hero anak-anak.
"Souli, segera tinggalkan markas musuh sekarang juga!" titahku padanya. Namun, bocah itu malah menolak perintahku. Dia mencari kunci sel anak-anak ke mana-mana, tapi tak ditemukan juga.
Kendaraan Evakuasi telah pergi meninggalkan markas musuh. Raider-1 dan Raider-2 mengawalnya dengan ketat. Di barisan paling belakang, Beta-7 dan UE-2 mengalihkan perhatian musuh, sedangkan pasukan pertahanan yang tersebar di 7 pos terus bersiaga akan kedatangan musuh yang mencoba untuk menghalangi evakuasi sandera.
"Tidak ada waktu lagi, Souli!" seruku mulai khawatir karena ia tak kunjung menemukan kunci selnya juga, "Cepat bergabung kembali dengan UE-2. Kalian juga harus segera kembali ke area yang aman."
"Ketemu!" kata Souli di seberang sana dengan nada yang senang sekaligus bangga.
"Sial!" umpatku melihat titik-titik musuh yang berdatangan, sedangkan UE-2 dan Beta-7 masih terjebak dalam pertempuran karena aku belum memerintahkan mereka untuk mundur.
Tidak akan ada kesempatan untuk menembus musuh sekarang. Pilihan terbaik adalah bertahan di markas Area-X. Tempat itu bisa menjadi benteng sementara untuk mereka.
"UE-2, Beta-7," panggilku cepat meskipun hatiku cemas, "Masuk ke markas Area-X sekarang!"
Para perwira di markas pusat terkejut mendengar seruanku. Itu tidak sesuai dengan rencananya. Kolonel Amad bahkan menegurku.
"Maaf, Kolonel," balasku dengan pandangan yang tetap fokus pada setiap layar yang menyorot Area-X, "Mereka sudah terkepung. Mundur sekarang pun hanya akan jadi bunuh diri."
"Mereka malah akan mati kalau tetap di sana!" cecar seorang staf yang lain. "Harusnya kamu tinggalkan saja prajurit yang tidak mematuhi perintah."
"Cukup!" seru Kolonel Amad membuat semua orang di markas terdiam. "Letda Ghenius tahu apa yang diperbuatnya. Ini adalah perintah. Pertahankan markas Area-X. Kami akan mengirim bantuan segera untuk penaklukan penuh setelah proses evakuasi berhasil diselesaikan."
"Dimengerti!" jawabku yang kini dapat kembali fokus karena tak ada lagi yang mengganggu. Aku pun menyambungkan piranti telekomunikasiku dengan UE-2 dan Beta-7 seraya berkata, "Ini perintah dari markas pusat. Beta-7, UE-2, pertahankan markas Area-X. Bantuan akan segera datang kepada kalian!"
"Dimengerti!" jawab Instruktur Isy dan kapten dari Beta-7.
"Gila!" umpat Weldy sesaat kemudian.
"Yah, ini akan seru," komentar personel UE-2 yang lain. "Mari kita rebut kapal-kapal para penyerang itu."
Aku terdiam sebentar. Ide yang diucapkan personel itu boleh juga. Otakku pun bekerja cepat, menyusun rencana penaklukan untuk merebut hanggar yang dikuasai musuh. Menimbang jumlah mereka yang terpantau sekarang, probabilitas kemenangan kami adalah ....
✨️✨️✨️
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Science FictionSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...