024: Misi untuk UE-2

2 0 0
                                    

"Aku tidak tahu ke mana," kata orang itu penuh keraguan, "Tapi mungkin beliau ada di salah satu penjara yang ada di bawah kekuasaan pasukan keamanan SIV."

"Sial!" umpat salah seorang sandera, "Padahal kita mati-matian menjaga mereka dari teroris, tapi malah begini mereka membalasnya."

"Um ..." timpal yang lain, "Bisakah kalian melepaskan kami dulu?"

"Sayang sekali, aku tidak punya kuncinya," jawabku seraya memikirkan cara yang memungkinkan. Kami harus bekerja sama. Akan sulit untuk melakukan itu bila mereka masih terikat oleh borgol begitu.

"Tenang saja." Souli menunjukkan sebuah kunci kecil berbentuk oktagon panjang, "Sil menemukannya jatuh dari salah satu penjaga tadi. Biar aku yang melepaskan kalian."

"Reina, apa kamu sudah selesai memeriksanya?" tanyaku sembari menunggu Souli yang tengah melepaskan borgol para sandera. Kulihat gadis itu fokus pada sebuah monitor berlayar lebar. Jari-jemarinya lincah menari di atas keyboard, sementara matanya memperhatikan pergerakan layar monitor dengan cermat.

"Sebentar lagi," jawabnya dengan pandangan yang tetap fokus pada monitor, "Syukurlah sebagian besar fungsi masih dapat digunakan."

"Apakah sistem komunikasi aman?" tanyaku lagi. Tujuan utama kami ke mari adalah memulihkan koordinasi pasukan selepas direbutnya markas pusat. Sistem komunikasi sangat penting untuk melakukannya.

"Kita mungkin perlu menyeleksi penerima komunikasinya dulu," jawab Reina yang resah akan para pengkhianat. Karena mereka, kami jadi tidak tahu persis siapa kawan, siapa lawan. Segalanya jadi rumit gara-gara mereka. Lagi pula, atas dasar apa mereka menyerah atas SIV secepat itu?

"Heningkan saja komunikasi yang tersambung dengan seluruh pasukan keamanan SIV," usul salah seorang staf markas pusat, "Setidaknya, kita harus memberi kabar kepada seluruh tentara ATAV untuk bersiaga."

"Yah, sepertinya memang hanya itu yang bisa kita lakukan." Aku setuju dengan usulan itu. Meski tidak menutup kemungkinan bahwa ada pengkhianat juga di ATAV, tapi kami tetap harus mencobanya dahulu.

"Tidak perlu," cegah seorang staf yang lain, "Marsda sempat memberiku perintah untuk memperingatkan para tentara ATAV sebelumnya. Kita hanya perlu memeriksa kondisi mereka untuk saat ini. "

"Jangan lupa utus sebuah tim untuk menyelamatkan marsda," tambah staf yang lainnya lagi, "Kita bisa meminta Letda Aram untuk memimpin pasukannya. Kolonel Amad pasti sedang menyeleksi pasukan keamanan SIV sekarang. Aku harus menunggu laporan dari beliau."

"Benar juga." Aku baru ingat apa yang dikatakan oleh Lettu Hanny sebelumnya. "Aku sempat dengar kalau 60 persen komandan pasukan keamanan telah berkhianat."

"Itu bukan jumlah yang main-main." Seorang staf menunjukkan keprihatinannya. "Untuk sekarang, mari kita laporkan masalah ini pada OPV (Otoritas Planet Varsa) dahulu."

Aku mengangguk. Sementara para staf markas pusat tengah berusaha memulihkan sistem komando, aku meminta Souli dan kawan-kawan astralnya untuk berjaga di sekitar markas pusat. Sekitar dua jam sejak kami mengambil kembali markas, para tentara ATV mulai berdatangan dari segala penjuru untuk meningkatkan keamanan. Mereka sempat kaget melihat keberadaan harimau dan naga milik Souli.

"Aku yang akan mengambil komando sementara untuk saat ini." Seorang perwira menengah tertinggi yang baru datang berinisiatif untuk mengambil kepemimpinan. Dialah Kolonel Amad. Sosoknya tampak tegas. Wajahnya yang dihias janggut tebal menunjukkan bahwa ia seorang pria paruh baya.

Tidak ada yang protes. Saat ini, memang dialah pemangku jabatan tertinggi di markas pusat. Sejak kedatangannya, aku hanya perlu fokus lagi pada tempatku, sementara Souli kembali ke UE-2 bersama kedua kawannya.

"Prioritas utama kita sekarang tetaplah mempertahankan SIV," kata Kolonel Amad memulai komandonya, "Namun, kita juga harus membebaskan Marsda Ros dari para teroris Leberyntos itu. Tim pelacak ATAV telah menemukan di mana lokasinya. Namun, mereka sempat ketahuan oleh para pengkhianat sehingga keamanannya telah diperketat. Pasukan Khusus Raider-1 dan Raider-2 telah dipersiapkan untuk misi penyelamatan. Selain itu, aku ingin meminta UE-2 untuk mengamankan jalur pelarian. Letda Ghenius, apa UE-2 memungkinkan untuk melakukan itu?"

Letda Ghenius? Ini pertama kalinya aku dipanggil dengan pangkat itu sejak lulus dari Akademi Elementalis. Karena tidak melanjutkan karirku di militer, jadi aku melupakannya.

"UE-2 dapat melakukannya," jawabku singkat. Aku yakin dengan kemampuan kawan-kawan dan seniorku. Mereka pasti sudah pernah menjalani pelatihan neraka saat wajib militer di masa lalu. Terlebih, kebanyakan dari mereka adalah kombatan yang melanjutkan pendidikan di Akademi Burlian.

"Izin menginterupsi, Kolonel," sela seorang operator yang bertugas mengawasi jalannya pertempuran sama sepertiku, "Apa Anda yakin untuk menyerahkan misi sepenting itu kepada UE-2? Mereka masih muda dan kurang pengalaman. Pada misi pertahanan sebelumnya, mereka bahkan tidak mengikuti instruksi komandannya sama sekali dan mengacaukan rencana."

Aku tidak menyangkal hal itu. Itu memang fakta. Akan fatal jadinya bila kawan-kawanku tidak mengikuti instruksi seperti sebelumnya.

"Bagaimana menurutmu, Letda Ghenius?" tanya Kolonel Amad melempar pertanyaan itu padaku.

"Meski masih muda, setiap personel di UE-2 merupakan elit yang sudah dilatih keras di tempat mereka dahulu," jelasku, "Mereka memiliki kekuatan tempur yang tinggi. Bukankah karena itu ATAV merekrut para esper?"

"Memang," kata staf yang tadi menginterupsi, "Tidak dapat disangkal bahwa mereka sangat kuat. Namun, yang jadi masalah adalah kedisiplinan mereka."

"Mereka harusnya sudah mengambil pelajaran dari pertempuran sebelumnya," balasku tetap berusaha membela kawan-kawan, "Kapten Isy pasti bisa mengatur mereka di lapangan kali ini."

"Baiklah," ucap Kolonel Amad mengakhiri perdebatan kami, "Maka, kita percayakan tugas itu pada UE-2."

"Siap," jawabku bersama para staf yang lain. Dengan suara yang lirih, aku bergumam, "Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memastikan keberhasilan misi kali ini."

"Kamu pasti bisa, Rubah Perak," bisik Reina yang telah fokus pada UE-1 di monitornya, "Bukankah ini keahlianmu?"

"Ya," balasku, "Selama mereka tidak bebal."

✨️✨️✨️

Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.

Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.

Makasih udah mampir😉

Kronik Perang Sang Esper yang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang