Pria itu tidak langsung menjawab. Ia malah hanya tertawa kecil, tawa yang tajam dan dingin. Suaranya menggaung di lorong yang gelap seperti nyanyian kematian yang samar.
Tubuhku refleks mengencang, berusaha untuk tetap waspada. Di depan kami, dia berdiri dengan postur yang nyaris tenang, tapi tatapan matanya—tajam, penuh arti, seolah menusuk langsung ke inti kesadaran Ainun.
"Aku hanya seorang yang mengagumi sang putri dari kejauhan. Kehadirannya... sangat berharga bagi banyak orang," katanya, suaranya rendah, tapi menggema. Setiap katanya membawa rasa tidak nyaman yang mencengkram.
Ainun mundur selangkah, refleks dari ketakutan yang tampaknya sulit ia sembunyikan di balik ketenangannya. Napasnya terdengar lebih pendek, tapi dia berusaha untuk tetap tegak.
"Kamu... kenapa kamu bisa ada di sini?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar meskipun ia tetap mencoba mempertahankan kendalinya.
Pria itu tersenyum licik, melangkah mendekat.
"Oh, aku punya urusan besar denganmu, Tuan Putri," ucapnya dengan nada yang sarat akan maksud tersembunyi. Langkahnya maju satu kali, membuat tubuh Ainun tampak semakin tegang.
"Berhenti!" seru Bintang tiba-tiba, suaranya tegas tapi penuh emosi yang meluap. Aku bisa melihat tangannya yang bergetar halus saat ia menyelipkan jemarinya di balik jaket, menahan napas seperti hendak memutuskan sesuatu. "Aku tidak akan membiarkan kriminal sepertimu mendekati Ainun!"
Pria berjubah itu hanya terkekeh kecil, menyipitkan mata ke arah Bintang, seolah ucapan Bintang hanyalah sebuah lelucon bodoh. "Oh, oh~ Bukankah ini pangeran kecil kita yang tersesat di Varsa? Kamu sudah beruntung bisa keluar dari sana hidup-hidup. Kenapa malah cari mati sekarang?"
"Diam!" Bintang menghunuskan sepucuk pistol dari balik jaketnya, mengarahkannya langsung ke pria itu tanpa ragu. Sebuah kilatan plasma melesat dari ujung larasnya, membelah udara dingin dengan kecepatan tinggi, menghantam tepat di tempat pria itu berdiri.
Namun, sosoknya menghilang, seolah membaur ke dalam kegelapan. Kabut hitam melayang di tempat dia berdiri, memudar perlahan, tapi tidak meninggalkan jejak ke mana ia pergi.
"Ups! Itu hampir saja mengenaiku, Nak." Pria itu muncul kembali, kali ini tepat di hadapan Bintang. "Senjata seperti itu... terlalu berbahaya untuk anak sepertimu."
Dalam satu pukulan cepat, ia menghantam perut Bintang dengan kuat. Tubuh kawanku itu pun limbung sejenak, sebelum jatuh terkapar tak sadarkan diri.
Aku terhenyak, menyadari kekuatan yang pria itu miliki. Ini bukan kekuatan fisik biasa. Auranya berdenyut dengan kehadiran yang mengancam, sebuah kekuatan yang seakan melampaui batas wajar manusia.
"Ainun, mundur," bisikku serak, lalu menoleh cepat pada Yuni. "Yuni, bantu aku!"
Yuni mengangguk cepat, menyatukan kedua tangannya dan menatap pria itu dengan intens, energinya mengalir pelan. Matanya terbuka lebar, penuh dengan konsentrasi, dan aura mentalnya mulai membentuk lapisan perisai di sekeliling kami. Namun, pria itu hanya tertawa kecil lagi, mengejek usaha kami seolah-olah kami hanyalah anak-anak yang bermain dalam situasi yang tidak mereka mengerti.
"Astaga... ini bahkan belum menarik," gumam pria itu sebelum kembali menghilang. Aku bergerak waspada, mencoba merasakan kehadirannya, tapi pergerakannya terlalu cepat untuk kutebak. Di detik berikutnya, terdengar jeritan kecil Yuni dari belakang.
Ketika aku berbalik, pemandangan yang kulihat langsung membuat darahku mendidih. Pria itu telah mencengkeram kepala Yuni dengan satu tangan. Aliran listrik dari sarung tangannya mengalir deras ke tubuh Yuni. Yuni menjerit kesakitan, sebelum akhirnya tubuhnya melemas, jatuh tanpa daya ke tanah, entah masih sadar atau tidak.
"Jangan khawatir," pria itu berucap, matanya tertuju padaku dengan dingin. "Aku tak berniat mencelakakan kalian... setidaknya, untuk sekarang."
Senyumannya mengembang, memperlihatkan niat busuk yang terselubung.
"Aku hanya ingin tahu, seberapa jauh Tuan Putri kita ini berkembang."
✨️✨️✨️
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Science FictionSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...