"Ngomong-ngomong soal ilmu pengetahuan," Ainun menimpali ucapan Bintang dengan senyum yang perlahan kembali mengembang. Tatapannya teralih sebentar dariku sebelum kembali menatapku dengan penuh minat. "Aku sangat tertarik dengan esper. Savil, Yuni bilang kamu orang yang paling tahu soal itu, kan?"
Sebelum aku sempat menjawab, Yuni langsung menimpali dengan nada ceria, "Yah, dia peringkat satu dalam ujian tulis beasiswa Dewan Persatuan Esperheim! Nilainya yang paling tinggi, lho."
Ainun tersenyum lebih lebar, matanya menatapku penuh rasa penasaran.
"Wow, kalau begitu, bisakah kamu menjelaskan segalanya tentang espers padaku? Aku benar-benar ingin tahu lebih banyak," pintanya dengan nada lembut, tapi tegas. Saat dia menatapku, lagi-lagi perasaan aneh itu menyusup ke hatiku, tapi aku berusaha mengabaikannya dan fokus pada pertanyaan yang diajukan.
"Bisa," jawabku, mencoba tetap tenang. Aku memulai penjelasanku dengan nada yang lebih formal. "Mari kita mulai dari elementalis. Ras Elementalis adalah ras yang paling dominan di Esperheim saat ini. Mereka terkenal dengan kemampuan mengendalikan elemen-elemen alam, seperti api, air, angin, dan tanah."
"Hmm, jadi setiap elementalis lahir dengan elemen tertentu, ya?" Bintang menyela dengan antusias. "Berarti keluarga bangsawan elementalis itu punya keahlian yang spesifik, kan?"
"Benar," lanjutku, "Struktur sosial mereka berpusat pada harmonisasi elemen, dan marga-marga aristokrat biasanya memiliki kemampuan khusus dalam elemen yang mereka kuasai. Marga-marga itu memegang kendali dalam pemerintahan dan pengelolaan provinsi, sehingga kemampuan elemental juga menjadi simbol status."
"Menarik," Ainun mengangguk pelan, tampak terpukau dengan konsep itu. "Tapi... apakah semua elementalis bisa mengendalikan lebih dari satu elemen?"
Sebelum aku sempat menjawab, Bulan ikut menyela dengan rasa ingin tahu yang terpancar jelas di wajahnya. "Bagaimana kalau dua elemen yang berlawanan? Misalnya, api dan air? Apakah itu mungkin?"
Aku tersenyum kecil, mengapresiasi rasa ingin tahunya.
"Itu sebenarnya sangat jarang terjadi. Umumnya, esper hanya bisa mengendalikan satu elemen. Tapi, ada esper elementalis hibrida yang bisa mengendalikan dua elemen sekaligus, meski mereka biasanya menghadapi kesulitan besar untuk menyatukan kekuatan tersebut."
Aku mengambil jeda sejenak, lalu melanjutkan, "Kakakku, Seila Toya, misalnya. Dia bisa mengendalikan dua elemen yang saling berlawanan, api dan air. Awalnya, ini membuat dia sulit berkembang, karena elemen-elemen itu bertentangan satu sama lain. Namun, setelah bertahun-tahun melatih dirinya, dia berhasil mengharmonisasikan keduanya dan menciptakan kemampuan baru—mengendalikan uap panas."
"Wow, itu keren sekali," Bulan tampak terkesan.
"Lalu bagaimana denganmu, Savil?" tanyanya penuh rasa ingin tahu yang tulus. "Apakah kamu bisa melakukan hal yang sama?"
Meski tahu bahwa dia tidak berniat mengejek, pertanyaan itu menusuk hatiku lebih dalam dari yang kusangka. Luka tentang ketidakmampuanku sebagai seorang esper yang jatuh kembali terbuka. Aku terdiam sejenak, merasakan beban pertanyaan itu. Sebelum Bintang sempat mengatakan sesuatu, aku mengumpulkan keberanian untuk menjawab.
"Aku... tidak bisa mengendalikan elemen apa pun," kataku dengan nada pelan, tapi tetap terdengar jelas. "Karena itulah, aku lebih memilih untuk fokus belajar daripada mencoba melatih kemampuan yang tidak kumiliki."
Keheningan sejenak menyelimuti. Bulan tampak sedikit terkejut dan segera menyesal setelah mendengar jawabanku. "Ah, maaf... aku tidak bermaksud..."
Aku tersenyum tipis, berusaha meredakan suasana yang mulai canggung.
"Tidak apa-apa. Kamu tidak perlu khawatir soal itu," kataku sambil mengalihkan topik dengan cepat. "Ngomong-ngomong, ada ras esper lain yang menarik juga, seperti Ras Eklipsian."
"Eklipsian?" tanya Ainun, matanya berkilat penuh rasa ingin tahu. "Apa kemampuan mereka?"
"Ras Eklipsian dikenal karena kemampuannya yang unik dalam memanipulasi cahaya dan ilusi. Mereka bisa menciptakan ilusi yang sangat kompleks, mempengaruhi persepsi orang lain, bahkan mengendalikan cahaya untuk tujuan defensif maupun ofensif."
"Hebat sekali. Jadi mereka bisa membuat orang melihat sesuatu yang tidak nyata?" Ainun terlihat terpukau. "Apa mereka bisa mempengaruhi pikiran orang lain dengan ilusi itu?"
"Benar, dalam batas tertentu," jawabku, senang melihat Ainun tertarik. "Tapi kekuatan mereka cenderung lebih fokus pada manipulasi indera, jadi mereka tidak langsung mempengaruhi pikiran, melainkan persepsi visual dan sensorik."
Yuni yang dari tadi mendengarkan dengan penuh perhatian tersenyum lebar dan tiba-tiba menimpali, "Jangan lupakan Ras Penenun, ya. Meski kami tidak sekuat elementalis atau eklipsian dalam hal ofensif, tapi kami punya kemampuan yang cukup istimewa."
Ainun tersenyum, tampak ingin mendengar lebih lanjut. "Apa yang membuat Ras Penenun begitu istimewa?"
Yuni menegakkan tubuhnya dengan bangga, jelas senang bisa menjelaskan. "Kami, Ras Penenun, dikenal karena kemampuan unik kami dalam memanipulasi pikiran, emosi, dan realitas melalui kekuatan psionik. Dengan keahlian khusus dalam teknik penenunan, kami bisa 'menenun' jalinan energi mental yang dapat mempengaruhi persepsi orang lain."
Ainun tampak lebih tertarik, lalu bertanya, "Memengaruhi persepsi? Maksudmu seperti membuat seseorang melihat atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada?"
Yuni mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Tepat sekali! Kami bisa mengubah cara seseorang merasakan realitas. Kami mungkin tidak sekuat ras lain dalam hal serangan langsung, tapi kami bisa memanipulasi pikiran dan emosi, membuat musuh kebingungan atau ragu-ragu."
Bintang menyela dengan nada bercanda, "Jadi kamu bisa mengelabui orang dengan mengubah realitas di sekitar mereka? Hmm, rasanya seperti taktik curang."
Yuni terkekeh. "Bukan curang, lebih tepatnya strategis. Kami Penenun dikenal sebagai pengamat cermat dan strategis, itulah sebabnya kami sering berperan sebagai mediator dalam konflik. Kami memahami cara berpikir orang lain, mempengaruhi mereka tanpa harus bertarung secara fisik."
"Jadi begitu," kata Bintang dengan tangan didagunya, memikirkan sesuatu, "Jadi, jika Ras Eklipsian dapat menciptakan ruang ilusi dengan cahaya, kalian bisa menciptakan ilusi langsung ke dalam pikiran target."
"Ding-dong!" sahut Yuni bangga, "Kamu menebak dengan tepat."
"Ehem!" suara deheman seorang pria tua tiba-tiba menyela pembicaraan kami. Dia membungkuk sopan sebelum berbicara dengan suara rendah, penuh kewibawaan. "Mohon maaf, Tuan dan Nona Muda sekalian. Ada pesan dari adipati muda yang harus saya sampaikan."
"Pesan dari kakanda?" Bintang mengerutkan keningnya, menatap selidik pada pria tua berseragam abdi dalem tersebut, "Apa itu?"
✨️✨️✨️
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Fiksi IlmiahSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...