063: Waktunya Kembali

4 2 0
                                    

"Apa yang Kakanda katakan?" seru Bulan, suaranya melengking dan memekakkan telinga. Wajahnya memerah, entah karena malu atau marah, mungkin malah keduanya. "Aku bahkan belum lulus sekolah menengah."

Surya menanggapinya dengan ekspresi santai, senyum tipisnya tetap terpajang seolah tak peduli. "Apa salahnya? Kamu akan lulus sebentar lagi. Kita bisa melaksanakan pernikahanmu dalam waktu dekat. Pria di depanku ini adalah pria berkualitas."

"Mohon maaf, Yang Mulia," potongku dengan nada sopan sambil menundukkan kepala sedikit, "Kontrak beasiswa saya melarang pernikahan sampai masa studi selesai."

"Itu juga bukan masalah," sahut Surya tanpa kehilangan ketenangannya, seakan-akan aku tidak sedang menolak dengan alasan serius. "Kita bisa mencabut beasiswa Esperheim-mu, lalu menggantinya dengan beasiswa Burlian."

"Itu..." Aku berhenti, lidahku seakan kelu. Mataku sekilas bertemu dengan tatapan Yuni yang tidak berhenti memelototiku sejak tadi, seakan menyalahkanku atas sesuatu yang bahkan tak kusadari.

Tekanan aneh semakin menekan pikiranku. Apakah Surya benar-benar serius dengan ide ini? Atau hanya bercanda? Tapi, dari ekspresinya, dia terlihat sungguh-sungguh.

"Kakanda!" Bulan berseru dengan suara yang lebih rendah, tetapi tak kalah tegas. Wajahnya merah padam, tatapan matanya campuran antara malu dan kesal yang tak tertahankan. "Jangan putuskan sesuatu tanpa persetujuanku, atau aku akan membencimu!"

Surya hanya tersenyum, seolah tak terganggu oleh ancaman Bulan.

"Ups...! Jangan khawatir," ucapnya dengan suara main-main. Kali ini, nadanya terdengar lebih santai, bahkan menenangkan, "Aku hanya bercanda. Tapi siapa tahu, kan?"

Bulan mendengus kecil, menggembungkan kedua pipinya sambil menatap Surya dengan pandangan penuh kekecewaan. Tanpa sepatah kata lagi, dia berbalik dan melangkah keluar dari ruangan dengan langkah cepat. Surya hanya menggeleng sambil menyunggingkan senyum kecil, seperti biasa.

Bintang, yang berdiri tidak jauh dari pintu, segera mengeluarkan gawainya. Dengan gerakan cepat, ia mengetik sesuatu di layar sebelum akhirnya mengangkat gawainya, siap menghubungi seseorang.

"Aku akan melaporkan ini pada ibunda," ucapnya, ekspresinya serius, tapi ada sedikit senyuman geli di ujung bibirnya.

"Oh, tenang, Bintang," Surya tiba-tiba sudah berada di hadapan Bintang dalam sekejap, menahan pergelangan tangan adiknya dengan senyum yang, kali ini, tampak agak gugup. "Aku akan minta maaf pada adik kecil kita. Jangan laporkan ini pada ibunda."

"Huh?" Bintang menatap kakaknya dengan tatapan tajam, senyuman licik menghiasi wajahnya. Dengan santai, ia menengadahkan satu tangan, isyaratnya jelas—permintaan imbalan tutup mulut.

"Beri sesuatu yang pantas," kata Bintang sambil melirik Surya dengan mata menyelidik.

Surya mendesah pelan, senyum politiknya menghilang seketika. "Aku akan memberimu chip yang kamu minta terakhir kali."

Bintang tersenyum puas.

"Sepakat." Dia menurunkan gawainya, lalu mengalihkan pandangannya padaku. "Kakanda, kamu sudah tidak ada urusan dengannya, kan?"

Surya berpikir sejenak, lalu akhirnya mengangguk, "Sebenarnya ada, tapi kurasa lebih baik kalau itu ditunda dulu. Kalian boleh pergi."

"Baiklah," Bintang melambaikan tangannya kepadaku dengan santai. "Ayo, Savil. Kita harus segera kembali ke akademi."

Aku berdiri, mengangguk pelan, dan mengikuti Bintang menuju pintu keluar. Ainun dan Yuni bergabung di belakang kami, mengikuti tanpa banyak bicara.

Awalnya, aku kira perjalanan pulang ke akademi akan menjadi perjalanan biasa saja—tenang dan tanpa gangguan. Namun, semakin kami mendekati pusat Kota Dirgantara, firasat buruk perlahan tumbuh di benakku.

Aku tak menyangka bahwa ternyata kami akan segera bertemu dengan orang gila dan berbahaya yang selama ini hanya ada dalam laporan—seorang "penumpang gelap" yang lolos dari radar keamanan Burlian.

✨️✨️✨️

Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.

Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.

Makasih udah mampir😉

Kronik Perang Sang Esper yang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang