"Lo mau itu?"
Jasmine bergeming, tak menjawab Marvin. Saat ini keduanya sedang berada di perpustakaan, kebetulan Pamela dan yang lainnya sedang mampir ke supermarket.
"Lo marah sama gue?"
Lagi dan lagi, Marvin tak mendapat jawaban apapun. Jasmine sibuk melihat - lihat buku. Tangan cantiknya memegang buku tentang mendesign.
"Ini keluaran terbarunya, yang. Beli dua aja gimana?" Marvin belum menyerah, ia mengambil edisi terbaru dari buku tersebut. Menunjukkannya pada Jasmine.
Masih tak ada respon.
Kesal, Marvin merebut buku yang di pegang Jasmine, melemparkannya pada petugas perpustakaan yang kebetulan sedang membereskan buku di dekat mereka.
Untung saja tertangkap!
"Marvin," tegur Jasmine dengan kedua mata birunya yang menajam.
Marvin mengangkat alis kirinya, tak takut sekalipun dengan Jasmine yang nampaknya sedang emosi.
"Maaf kak, tolong jangan mengobrol berisik. Disini area senyap," peringat petugas perpustakaan.
Perpustakaan yang mereka kunjungi memang memiliki dua area; area senyap ( khusus untuk membaca langsung ) dan area bebas.
Marvin berdehem, tanpa peduli sikap dingin Jasmine; ia merangkul gadisnya untuk keluar perpustakaan.
Jasmine seperti kesal padanya, jadi Marvin harus menemukan apa kesalahannya dan meminta maaf.
Terkadang, Jasmine menjadi sebagaimana jadinya tingkah perempuan. Enggan memberitahu kesalahannya, tapi ingin Marvin sadar sendiri dan meminta maaf.
"Lepas!" Jasmine menepis kasar, dengan berani kedua matanya menatap Marvin marah.
"Gue cuma mau lo tau, kalau gue dan keluarga lo bakal selalu ada di sisi lo tanpa peduli apapun dan kapan pun. Dengan lo minta begitu, malah lo seakan gak anggep kita apa - apa, kaya orang lain," ucap Marvin tiba - tiba, membahas perkara sebelumnya.
"Di kepala aku sekarang, aku cuma inget aku ini anak buangan di panti asuhan, dapet banyak bullying verbal dan non verbal. Dan aku gak inget kalian semuanya, aku cuma takut kalian bakal pergi ninggalin aku," jawab Jasmine menggebu - gebu.
Sejujurnya, Jasmine bingung harus bagaimana. Ia ingin berjuang 'sembuh' tapi di memorinya, ia tidak ingat apapun tentang mereka semua yang saat ini ada di hadapannya.
Justru banyak sekali rasa khawatir yang tiba - tiba datang, Jasmine masih butuh waktu sebentar lagi untuk ——
"Lo.. bener - bener gak ngerasain cinta gue? Gue tau mungkin gak seharusnya gue tanyain ini ke lo, kesannya gue egois. Tapi gue beneran hopeless sama hubungan ini sekarang."
"Aku gagar otak, Marvin. Aku amnesia. Kamu pikir aku bisa sengaja lupain semuanya yang ada di hidup aku?"
Marvin mengangguk, "tapi apa bener - bener lo gak ngerasain apapun?" Tanyanya dengan suara memberat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...