sang jalanan

12.6K 811 36
                                    


Autor pov

Seorang dengan pakaian serba hitam, di balut jaket kulit yg sama sama hitam pekat. Rambut terikat keatas lalu tak lupa topi untuk menutupi wajahnya. Kini dia terlihat seperti laki laki. Tidak seperti kodratnya yg berjenis kelamin perempuan.
Dia memandang wajah dan memandang dengan takjub. Hanya tinggal menaruh sentuhan terakhir nya. Yaitu penutup mulut.

Setelah selesai baru lah ia keluar dan mendapati beberapa orang suruhannya sudah berjejer rapih. Ia pun duduk di singga sananya, melipat kedua tangannya. Sambil memandang satu persatu orang di hadapanya.

Ia masih memandang dengan dingin dan datar. Membuat mereka yg di pandang seperti itu seketika menciut. Tidak ada yg berani menatap wajah nya saat ini. Karena yg mereka tahu saat ini bos nya tengah murka. Jadi mereka memilih untuk diam dan mendengar amarah bos nya.

" apa yg kalian sudah dapat"  tanya nya dingin.

" dia berada di selatan negara indonesia. Kehidupan nya sudah terjauh dari misi dan pelindung negara. Karena menurut berita yg kami dapat. Dia sudah menikah dengan salah satu agent FBI " jelas pria berpakaian serba hitam itu.

" lalu apa yg dia lakukan sekarang. " tanya lg.

" belum tahu. Yg kami tahu jika saat ini nona elsa jauh dari hiruk pikuk markas FBI "

" ketat kan  pengawal untuknya. Dan pantau dia dari jauh. Karena kita membutuhkan dia untuk membuka berkas negara" ujarnya datar. Semua mengagguk dan mulai mengerjakan pekerjan. Sedangkan wanita itu kini duduk termenung di kursinya. Ia blm bisa menunjuk kan jati dirinya. Karena belum saatnya. Hingga ia mendapat kan apa yg dia butuhkan. Mungkin yg bisa dia lakukan saat ini adalah melindungi gadis itu. Gadis yg memegang kendali ke amanan negara. Gadis yg memilih mengasingkan diri dari kelompok Black widow. Dan memilih masuk ke dalam markas FBI.

" aku akan melindungi mu teman " ujarnya berdiri. Membenarkan lelat topinya dan memulai hidupnya sebagai sang jalanan yg di takuti. Dia akan tetap berperan seperti ini hingga tiba saatnya dia harus menunjukan siap dirinya.

***

Elsa sedang membantu menyiapkan makan malam bersama melisa. Tidak banyak memang pengetahuan ia tentang memasak tetapi setidaknya ia bisa membantu mertuanya. Mencoba untuk berbaur dengan keluarga barunya itu. Ia tidak mau di pandang dan di lihat sebagai istri yg tidak becus mengurus urusan rumah tangga. Meski ia tahu ia tetap lah di pandang sebelah mata oleh mereka.

Melisa yg sibuk menguluk bumbu balado melirik elsa yg ikut bergabung dengan. Membantu seolah dia mengerti apa yg sedang ia kerjakan saja. Padahal melisa tidak sudi di bantu oleh elsa. Ia masih cukup mampu untuk menyiapkan masakan untuk suami dan anaknya.

Dan apa gunanya juga ia berada di dapur kalau ia tidak tahu harus melakukan apa. Sama saja tidak membantu.

" istri macam apa kamu ini. Mengurus suami saja tidak becus. Kau lihat putra ku kurus begitu" cibir melisa. Elsa hanya diam dan mencoba untuk tersenyum. Bukan salahnya jika adam kurus, salahkah putranya yg tidak pernah memakan makanan yg ia siapkan. Ya hanya angan elsa saja jika ia bisa berkata seperti itu. Namun nyatanya ia hanya diam saja.

" sebagai seorang istri itu harus pandai memasak. Supaya suami betah di rumah. Dan tidak menecari makan di luar. Terlebih jika dia mencari pengganti mu" tambah melisa.

Lagi, elsa hanya diam. Ia membantu memotong terong yg seperti akan di buat balado oleh mertuanya itu.
Melisa kembali melanjutkan kegiatan. Ia seperti bicara dengan tembok. Selalu melihat kan senyum yg membuatnya muak.

Situasi seperti ini yg elsa benci, ia selalu merasa menjadi yg terendah di mata mereka. Tapi tak apa, ia tetap bertahan. Demi hidupnya yg sudah tak berarti lagi. Hidup yg sudah ia pasrah pada tuhan. Karena ia telah mati, mati dalam kebekuan dan kesakitan.

Gadis Brandalan season2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang