Autor pov
Mobil yg di kendarai reva meluncur dengan kecepatan sedang. Jarak rumah adam dan kota memang sedikit jauh. Tidak ada kendaran lain yg melewati jalan mulus ini. Hanya ada hamparan pepohonan yg menjulang tinggi. Reva tidak habis pikir saat adam membangun sebuah rumah yg terbilang bukan seperti rumah. Rumah itu seperti mansion yg cukup membuat siapapun yg melihatnya akan menatap takjub. Ya walau pun lokasi tempatnya berada di tengah hutan namun pemandangan yg di sajikan cukup untuk memuaskan mata.
Di samping nya steven sibuk dengan gadget dan beberapa ponsel lain nya. Entah apa yg sedang ia lakukan namun terbilang cukup sibuk setelah mereka keluar dari rumah adam. Begitu pun dengan tya. Gadis yg biasanya membuat rusuh dan membuat kepala reva pusing kini dia hanya sibuk dengan ponsel nya yg terus berbunyi tanda pesan masuk. Entah apa yg si lakukan tya dengan ponsel nya yg terlihat sibuk sekali. Tangan mungil nya bergerak lincah mengetik pesan balasnan. Reva sesekali melirik tya di belakang. Tidak ada tanda2 jika tya akan berhenti.
Reva berdehem pelan. Suasana jalanan yg sepi di tambah suasana di dalam mobil yg tak kalah sepinya membuat reva seperti supir yg sedang mengantarkan majikannya pergi. Dan sial ia tidak tahu harus melakukan apa untuk menghentikan suasana yg tidak ia sukai .
Steven masih sibuk dengan ponsel canggih nya. Ia sedang berkomunikasi dengan ayah nya tentang pelaku pencurian data yg terjadi di markas FBI. Steven juga mengerahkan anak buahnya untuk membantu ayahnya. Di samping itu semua steven juga sedang mengerjakan tugas akhir sekolah nya. Ia bisa saja langsung loncat sekolah seperti adam. Namun ia masih ingin merasakan bagaimana rasanya bersekolah pada umumnya. Otaknya bukan tidak mampu hanya saja ayahnya leo menyuruhnya untuk tetap sekolah layaknya anak sekolahan yg lainya. Tapi meski ia sibuk dengan aktifitas nya di dunia FBI. Steven tetap mengerjakan tugas yg masuk kepada email nya. Dengan begitu ia bisa tetap menjalankan kedua nya dalam waktu bersamaan.
Berbeda dengan tya. Ia sedang memberitahu tahu pada yona jika ia telah berhasil menemukan elsa dan mengatakan semua yg perlu ia katakan. Tya juga menceritakan keadaan elsa yg jauh lebih baik.
Yona pun memerintahkan tya untuk menemuinya di perempatan jalan menuju sekolah nya. Tya langsung saja menyetujuinya karena ia memang searah dengan jalan menuju rumah steven dan reva.
" emm om. Nanti turunin gue di perempatan jalan SMA purnama ya" pinta tya tanpa mengalihkan pandanganya dari ponsel nya. Steven melirik kebelakang lalu melirik pada reva. Reva hanya menghadikan bahunya acuh. Tapi ini sudah larut malam. Untuk apa tya turun di perempatan jalan SMA purnama. Bukan kah di tempat itu rawan kejahatan.
" kau yakin tya" steven bertanya lebih dulu. Tya hanya mengaguk tanpa mengalihkan pandanganya.
" untuk apa kau memperdulikan dia stev. Mau dia turun di kuburan juga gue ga peduli " sergah reva. Tya menghentikan jarinya yg sedang mengetik. Ia menatap tajam reva.
" jangan begitu bang. Tya pergi bersama kita. Kita juga harus mengantar kanya sampai rumah. " bela steven. Tya tersenyum kecut. Steven aja peduli padanya. Tapi reva, sedikit pun ia tidak peduli. Heh
" ckkkk... Ada angin apa kau membela gadis menyebalkan ini. Toh dia sendiri yg mau ikut. Kita ga ngajak dia kan. Jadi bagus donk dia turun. Jadi ga perlu ngerepotin gue" timpal reva sengit. Apa pun yg menyangkut tya reva selalu saja di buat emosi. Entahlah dia juga bingung.
Tya masih tidak menanggapi ucapan reva. Sakit hati memang. Tapi ia segera enyahkan itu dari dirinya. Lebih baik ia diam karena ada hal penting dari pada meladeni ucapan reva dan unjung2 nya akan berakhir dengan perdebatan.
" kau telah menyakiti nya bang" bisik steven namun masih terdengar oleh tya. Tapi ia tidak memperdulikan nya. Sekarang mood nya benar benar sedang tidak ingin di ajak bercanda. Lebih baik ia diam dari pada ia menumpahkan segala emosi nya. Ya diam lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Brandalan season2
Randomperjuangan seorang gadis untuk mendapatkan kebahagian nya. tapi masalah demi masalah terus datang silih berganti. Cacian, makian, setiap hari ia dengar dan dapatkan. seperti sudah menjadi santapan sehari harinya. akan kah kebahagian itu ia dapat...