Autor pov
Tya, elsa bak penjahat yg sedang di sidang. Mereka berdua merasakan aura yg mencekam di ruang tamu yg tersedia di rumah elsa akibat pancaran mata reva dan steven. Berbeda dengan yona yg menanggapi nya dengan santai dan tanpa beban. Dia bukan orang yg gampang terintimidasi oleh tatapan seseorang. Dia bukan wanita lemah yg hanya akan menundukan kepalanya saat orang lain tengah menatapnya dengan tatapan nyalang. Dua pasang mata yg tengah menatapnya bukan lah seberapa. Reva dan steven bagi yona tidak ada apa2 nya. Masih banyak tatapan yg ia dapatkan lebih dari ini. So untuk apa ia takut. Bukan kah ia seorang pemimpin.
Seorang pemimpin bukan lah dia yg hanya akan berlindung di balik punggung anak buahnya. Seorang pemimpin ialah orang yg mampu melidungi semua anak buahnya.Reva memperhatian setiap inci tubuh tya dan gadis yg ia ketahui bernama yona. Dan sial nya ia tidak bisa fokus karena wajah yona mengingatkan nya pada tiffany. Sial.. Benar benar sial. Di saat seperti ini mengapa ada orang yg begitu mirip dengan tunangan nya.
Mengapa... Mengapa luka lama nya harus terbuka kembali. Reva tidak bermaksud untuk melupakan tiffany. Tapi ia tidak ingin terpuruk begitu dalam. Reva sadar, kepergiam tiffany itu karena tuhan lebih sayang padanys. Tuhan tidak ingin meligat tiffany lebih lama tersiksa dengan penyakitnya. Reva ikhlas . dia sudah ikhlas. Tapi jika tuhan mendatangkan seseorang yg membuatnya kembali mengingat tiffany bagaimana dia akan menata hatinya lagi.
Brengsek umpat reva.
" stev bawa wanita itu pergi dari hadapan ku" teriak reva. Dia sudah tidak kuat, mata itu. Tatapan itu sungguh milik tiffany.
" rev___"
" bawa saja. Cepat" bentak reva.
" memang nya kau siapa hah. Mengusir ku. Tanpa kau suruh pun aku akan pergi. Tya berdiri. Di sini hanya membuang waktu saja " balas yona datar.
" ka__"
" hentikan tya, sejak awal aku ga pernah setuju untuk datang kesini. Kau itu anak orang terhormat untuk apa merendahkan diri di hadapan mereka. Dan kau" tunjuk yona pada reva. " aku tidak ada urusan denganmu. Siapan pun orang itu aku tidak peduli. Karena tubuh ku bukan tubuh nya. Wajah boleh sama tapi jangan pernah kau sama kan aku dengan nya. Camkan itu" tegas nya.
Reva bangkit berdiri, tangan nya sudah terkepal dan memperlihatkan buku bukunya yg memutih. Elsa dan steven mencoba menahan dan meredam amarah reva. Bagaimana mana pun yona bukan lawan yg sebanding dengan reva. Elsa cukup tahu siapa yona dan tya sebenarnya.
Untuk pertama kalinya ia terpancing emosi oleh seorang wanita. Terlebih dia yg.. Brengsek.. Memaki yona sama seperti ia memaki tiffany. Hatinya merasakan sakit dan sesak.
" tya kita pulang. Dan untuk mu elsa kita selesai. Urusan kita sudah selesai. Dan jangan dengarkan permintaan tya karena aku masih sanggup hanya untuk melawan seratus orang sekaligus. " ucap yona. Tidak ada nada kesombongan di setiap kata yg di ucapkan. Karena dia mampu, seratus orang buksn lah hal sulit.
" tunggu" cegah steven. Dia tidak akan menyianyiakan kesempatan yg tuhsn berikan padanya. Bertemu kembali dengan yona adalah anugrah yg tak terduga. Setiap malam ia hampir memimpikan yona. Gadis brandalan yg memikat hatinya. Sungguh steven tidak ingin menyembunyikan tentang perasan nya. Jujur saja ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Lalu bagaimana dengan yona sendiri.
" bisa kita bicara. Please" mohon steven.
" stev apa apa an kau ini" sergah reva.
" bang, dia bukan tiffany. Dia yona. Aku tahu wajah nya begitu mirip dengan nya tapi please jangan sama kan dia dengan yona. " ucap steven.
" stve bawa yona keluar, tya kau tetap di sini bersama ku dan reva " kali ini elsa yg bicara. Nada bicara nya tak terbilang ramah. Tya mengangguk, meski hatinya kini sudah hancur berantakan. Entah apa sebabnya hanya saja ia merasa sakit hati kala reva menyebut tiffany. Gadis yg ia cintai bahkan ia tidak tahu di mana gadis itu. Pergi meninggalkan reva atau justru reva yg telah di campakan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Brandalan season2
Randomperjuangan seorang gadis untuk mendapatkan kebahagian nya. tapi masalah demi masalah terus datang silih berganti. Cacian, makian, setiap hari ia dengar dan dapatkan. seperti sudah menjadi santapan sehari harinya. akan kah kebahagian itu ia dapat...