Arsen memandangi pedang yang berada di samping Jason
"Apakah itu Alzeir?" Tanyanya
"Ya, katanya sih begitu" Jawab Jason, Arsen hanya mengangguk paham
"Baiklah, sebentar lagi kalian akan pergi menjalankan misi kalian yaitu mencari para pengikut semesta dan mengajak mereka untuk kembali berperang" Jelas Arsen
"Lakukanlah semua rencana sesuai yang telah kami beri tau kepada kalian" Lanjut Abegiel
"Dan berhati-hatilah, karena di sana banyak pula pemberontak semesta, jangan sampai identitas kalian diketahui oleh mereka. Kalian paham?" seru Arsen
"Ya!" Jawab mereka berlima bersamaan
"Baiklah, kalau begitu ayo kita berangkat!" Seru Abegiel kemudian pergi diikuti Jason dan yang lainnya
"Jason!" Panggil Arsen yang kemudian menyerahkan sesuatu di genggaman tangannya
"Pakailah ini dan pimpinlah teman-teman mu. Aku percayakan semua tugas ini kepada mu" kata Arsen, Jason membuka telapak tangannya, sebuah kalung dengan bandulan berbentuk pentagram.
"Maksudmu aku jadi pemimpin?" Tanya Jason tak percaya
"Ya, aku percaya hanya kau yang bisa memimpin mereka" Sahut Arsen sambil menepuk pundak Jason
"Dan lagi semesta mempercayakan mu menggunakan pedang terkuat itu, pergunakanlah dengan baik. Kau akan aman jika bersama dengan pedang itu" Pesan Arsen, Jason hanya menggangguk dan tersenyum kemudian pergi mengikuti Abegiel dan teman-temannya.
********
Gillian duduk di atas singgasananya sambil memandang ratusan tentara monsternya yang tengah berlutut memberi hormat. Sesosok bertubuh besar berwarna merah dengan tanduk panjang yang tajam dan gigi taring yang keluar dari mulutnya berjalan kearah Gillian lalu berlutut di hadapannya
"Kami sudah siap yang mulia kapan pun kau perintah" Katanya
"Bagus!" Jawab Gillian sambil mengamati jari tangannya tanpa memandang kearah sosok tersebut
"Akhirnya kau berhasil menipu si tua belvendor itu lagi untuk pergi berperang setelah sekian lama kau di tolak untuk membantunya karena telah berkhianat dan merebut scepter" Kata seorang gadis cantik dengan rambut dan iris mata yang berwarna merah. Gadis tersebut menggunakan baju berwarna putih panjang seperti pakaian gadis yunani.
"Yah kali ini aku tidak menipunya dan sudah tidak berniat dengan tongkat itu" Jawab Gillian yang masih asyik memperhatikan jari tangannya. Gadis tersebut mengerutkan dahinya tak percaya.
"Lalu?" Tanya gadis itu
"Aku ingin melanjutkan permainan yang dulu sempat terhenti karena si tua Bangka belvendor itu mengganggu ku dan pengikut setianya, Zeithor si wajah banteng bertubuh gorila" Gillian lalu menjatuhkan pandangannya ke arah jari tangannya yang lain tanpa memandang ke gadis itu.
"Siapa?"
"Seorang utusan semesta yang kekuatannya sebanding dengan ku" Jawab Gillian sambil mengeluarkan senyuman licik dan mengalihkan pandangannya ke arah ratusan tentara neraka dan berdiri dari singgasananya. Jubah hitamnya yang panjang berkibar saat ia berjalan ke arah bala tentara itu.
"Aku perintahkan kalian untuk tidak menggangguku bertarung dengan utusan semesta! Jika kalian melanggar, aku tak akan segan memberi kalian penyiksaan kekal. Mengerti?!" Teriak Gillian di balas dengan sorakan dari bala tentara itu.
*******
Kereta kuda itu melesat dengan cepat diudara membiarkan angin menerpa wajah mereka. Sejak mereka berangkat, Rafe merasa sangat gugup. Jantungnya berdetak tidak karuan dari tadi. Bukan karena ia takut atau apa, tapi karena ia penasaran dengan banyak hal yang tengah menunggu mereka entah itu kejadian yang akan terjadi nantinya maupun orang-orang yang akan dijumpainya.
Kekuatan yang telah ia latih hingga setahun tersebut membuatnya merasa sangat percaya diri dan tidak sabar untuk mengembalikan dunia seperti semula. Terutama karena ia rindu dengan neneknya yang telah begitu lama ia tinggalkan. Ia rindu dengan masakan neneknya yang begitu enak, suara neneknya yang menyuruhnya untuk tidur, dan juga belaian sayang sang nenek setiap ia akan pergi sekolah maupun bekerja.
Kereta kuda itu lalu melesat di atas sebuah kota. Kota dimana dulu tempat Jason dan Austin menyelamatkan Rafe, kota diujung dunia.
"Bagaimana bisa kota tersebut masih ada sementara kota-kota lain sudah hancur dan tenggelam?" Tanya Austin kepada Abegiel
"Kota itu sebenarnya adalah peninggalan dari orang-orang dunia tidak nyata. Dulu sekali manusia dunia nyata dan dunia tidak nyata hidup bersama. Mereka dari dunia nyata bisa berpergian ke dunia tidak nyata dan sebaliknya. Namun, sebuah konflik besar terjadi antara orang dari ke dua dunia itu dan tidak dapat diselesaikan. Salah satu caranya hanyalah dengan membuat perjanjian untuk tidak saling memasuki dunia masing-masing. Oleh sebab itu lah kenapa kota tersebut ditinggalkan dan manusia dunia tidak nyata kembali ke dunianya. Hal tersebut membuat orang dunia nyata sudah tidak dapat memasuki kota itu. Tempat tersebut telah di beri mantra agar hal-hal yang terjadi di dunia ini yang berhubungan dengan dunia nyata tidak akan bisa merusak kota tersebut. Makanya ia tetap berdiri kokoh meskipun dunia nyata telah hancur" Jelas Abegiel.
"Lalu kenapa saat itu aku dan Jason dapat memasuki kota itu?"
"Itu karena kalian utusan semesta, kalian memiliki ke dua dunia tersebut" Austin hanya mengangguk paham mendengar penjelasan Abegiel. Ia menjadi sangat tertarik untuk mengetahui banyak hal lagi semenjak ia menjadi utusan semesta karena begitu banyak informasi yang orang biasa tidak ketahui mengenai dunia ini. Abegiel lalu memacu kudanya melewati kota tersebut yang terlihat seperti kota mati.
30 menit telah berlalu semenjak mereka melewati kota di ujung dunia.
"Kita sudah sampai nak!" Teriak Abegiel membangunkan mereka berlima. Tampak di kejauhan seperti sebuah garis cahaya berwarna merah kekuningan.
"Itu kah tempatnya?" Tanya Rafe
"Ya, itu adalah pintu gerbang antara dunia nyata dengan dataran tanpa nama, berpegangan nak!" Teriak Abegiel, kereta kuda tersebut lalu masuk menembus garis cahaya tersebut.
Memasuki tempat penghubung antara dunia nyata dengan dataran tanpa nama tidak semudah yang mereka pikirkan. Seperti terisap ke dalam "Black hole". Tubuh mereka seolah tidak berbentuk lagi karena tarikan yang sangat kuat. Jason merasa tubuhnya seperti terpisah-pisah dan di tarik dengan sangat kencang. Dylan merasa sangat mual, kepalanya seperti diputar berkali-kali dengan sangat cepat.
"BRUAKKK!!!" Kereta kuda tersebut keluar dan mendarat dengan sangat kasar di tanah membuat Jason, rafe, dan Dylan terhempas keluar dari dalam kereta kuda dan jatuh terpelanting ke tanah.
"ugghhh!" erang Jason mencoba berdiri, kepalanya masih terasa berputar-putar.
"Cepat bangkit nak!" Seru Abegiel. Mereka berlima lalu berdiri sambil sesekali menyeimbangkan tubuh mereka.
"Cepat minum ini" Abegiel lalu memberikan sebuah botol kaca berisi air ke pada mereka yang bergantian meminumnya. Seketika itu juga mereka sudah tidak merasa pusing lagi dan bisa berdiri dengan tegap.
"Baiklah nak, aku hanya bisa mengantar kalian sampai disini, aku serahkan sisanya kepada kalian, semoga beruntung" Seru Abegiel kemudia memacu kudanya kembali memasuki garis cahaya itu dan hilang.
Mereka berlima lalu berdiri menghadap sebuah hamparan tanah kering dengan beberapa pohon yang sudah tak berdaun lagi. Mati. Kata yang tepat untuk menggambarkan suasana tempat tersebut. Hembusan angin menerbangkan debu dari tanah tersebut membuat udara dipenuhi dengan debu. Cahaya berwarna orange kekuningan menerangi tempat tersebut entah darimana asalnya, yang jelas mereka sama sekali tidak melihat ada matahari di langit.
"Ok, guys! Saatnya menjalankan tugas kita yang sebenarnya!" Seru Jason di balas dengan anggukan mantap dari ke 4 temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scepter : Armageddon War
AdventureDunia sudah binasa. Tak ada satu pun lagi yang tersisa. Hanya sebuah lautan luas yang menyimpan sejuta kota di dasarnya. Daratan gersang tanpa ada satu pun makhluk hidup di atasnya. Tanpa di sadari, di balik semua itu akan terjadi sebuah peperangan...