Perjalanan di daratan tanpa nama

2.7K 250 2
                                    


Note : Bercetak miring adalah flashback

Angin bertiup sangat kencang menerbangkan serpihan debu diudara sehingga membuat kabut debu yang lumayan tebal. Cahaya berwarna orange kekuningan yang menerangi tempat tersebut semakin lama semakin panas, membuat siapa pun di tempat itu merasa gerah. 5 orang berjalan di tengah-tengah daratan tersebut sambil menutup kepala dengan tudung jubah mereka dan menggunakan masker agar tidak menghirup udara yang telah di penuhi debu. Berhari-hari mereka berjalan di daratan tersebut tanpa henti. Perjalanan yang cukup panjang seperti tanpa akhir. Tak ada tanda-tanda kehidupan di tempat itu. Semua hanyalah hamparan tanah tandus dan retak, tak ada tumbuhan yang hidup, hanya beberapa ranting pohon yang telah kering dan mati. Bahkan binatang kecil pun tak terlihat melintasi tempat tersebut. Benar-benar tempat mati.

Jason berdiri di tumpukan batu yang menjulang tinggi ke atas sambil memperhatikan tempat tersebut. Jubah merahnya berkibar di tiup angin. Seandainya saja mereka dapat menggunakan kekuatan semesta mereka, tentu perjalanan tersebut akan menjadi lebih cepat. Mereka bisa menggunakan kekuatan Gwynn atau Austin untuk terbang di udara.

"Kalian tidak akan bisa menggunakan kekuatan semesta di tempat itu karena tempat itu bukan milik semesta. Meskipun kalian menggunakan kekuatan, itu akan membuat tempat tersebut menyerap energi kehidupan kalian dan akan membuat kalian mati saat itu juga, jadi jangan sampai kalian terpisah dan berusahalah untuk menjaga satu sama lain" Pesan Arsen

Kalimat tersebut selalu teringat di pikiran Jason. Entah berapa lama lagi mereka akan tiba di perbatasan antara tempat ini dengan dunia tidak nyata. Yang pasti perjalanan mereka masih sangat panjang.

"Jason? Apakah kau melihat sesuatu?" Tanya Rafe dari bawah

"Tidak" Jawab Jason sambil melompat turun dan mendarat di depan Rafe

"Ayo kita lanjutkan perjalanan lagi dan berharap semoga ada tempat untuk beristirahat" Seru Jason, mereka lalu melanjutkan perjalanan kembali.

5 jam telah berlalu, angin bertiup tambah kencang dari yang sebelumnya. Langit yang selalu berwarna oranye kekuningan kini mulai berwarna gelap.

"Jason, kita harus menemukan tempat berlindung. Sepertinya badai akan datang" Usul Gwynn, Jason mengangguk paham sambil menatap kelangit, gumpalan awal berwarna kehitaman bergerak di langit dengan mengeluarkan beberapa kilatan cahaya.

"Jason, jika kau bergerak ke sebelah kiri, akan ada gua. Sebaiknya kita berlindung di gua itu" Kata Alzeir berbicara di pikiran Jason

"Bagaimana kau tau?" Tanya Jason bingung

"Eh, jangan remehkan aku, meskipun aku pedang tapi hanya aku yang bisa mendeteksi seluruh tempat ini" Kata Alzeir terdengar sedikit kesal karena merasa diremehkan oleh Jason

"Guys, Alzeir berkata tak jauh di samping kiri kita ada gua, lebih baik kita berlindung di sana sebelum badai datang" Mereka lalu berjalan berbelok ke sebelah kiri, dan benar, tak jauh dari mereka, terlihat sebuah gua yang tidak terlalu besar. Paling tidak mereka masih cukup untuk berlindung di dalamnya.

Rafe menyalakan senter yang ia bawa. Gua tersebut dalamnya berbentuk seperti huruf "L". Mereka lalu duduk sambil menyalakan api unggun kecil di bagian yang melengkung untuk menghangatkan tubuh mereka. Di luar suasananya sangat mencekam. Hujan yang turun sangat lebat membasahi area tersebut, angin kencang berhembus dengan sangat ganas dan puluhan bunyi petir terdengar menggelegar. Jika mereka tidak menemukan gua itu, mungkin saja mereka bisa mati tersambar petir atau mati kedinginan karena suhu di tempat tersebut bisa mencapai 5⁰c. Suhu yang turun dengan sangat drastis secara cepat.

Jason membuka salah satu bungkus roti yang ia bawa di ranselnya dan memberikan kepada yang lainnya. Mereka makan dalam keheningan, hanya bunyi ranting kering yang terbakar oleh api terdengar memecah keheningan.

"Teman-teman, coba lihat" Seru Rafe sambil menunjuk ke salah satu dinding di tempat itu. Mereka lalu berdiri dan mengamati dinding yang ditunjuk oleh Rafe. Terdapat beberapa kalimat terukir di dinding tersebut.

"Terperangkap karena badai berhari-hari sungguh menyebalkan - Casey"

"Terus berjuang teman-teman semesta ku - Daryl"

"Diam kau Daryl! Hahaha - Joe"

"Aw! Ketua kita sedang tidur! - Daryl"

"Ckckckck, berisik!!! - Michael "

"Hei, mereka utusan semesta, pendahulu kita" pekik Dylan

"Sepertinya mereka dulu pernah berada di tempat ini juga " Sambung Austin

"Ya dan mereka membuat tulisan didinding untuk mengusir kebosanan mereka, bagaimana kalau kita melakukan hal yang sama?" usul Dylan disetujui oleh yang lain, kecuali Jason yang tampak mengamati tulisan tersebut dengan seksama. Ada yang aneh. Gumamnya.

"Ada apa Jason? Kau terlihat sangat serius melihat tulisan itu" Tanya Austi

"Tidak kah kau merasa aneh?" Tanya Jason balik membuat Dylan, Rafe dan Gwynn menghentikan aksi tulis-menulis di dinding

"Maksud mu?" Tanya Dylan. Jason lalu menarik Alzeir keluar dari tempatnya dan melayang secara berdiri di depannya

"Hei kenapa kau mengeluarkan ku?" Tanya Alzeir bingung

"Ada yang ingin ku tanyakan kepada mu, bisakah kau berbicara juga di pikiran teman-teman ku?"

"Tentu saja!" Alzeir lalu mengeluarkan pendaran berwarna biru

"Ehm!!!" Serunya membuat ke 4 teman Jason terkejut

"Wow, dia beneran bisa berbicara!" pekik Dylan

"Jadi apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Alzeir yang kini berdiri melayang di tengah-tengah mereka

"Bagaimana bisa utusan semesta menemukan tempat ini? Kau bilang hanya kau yang bisa mendeteksi seluruh tempat ini" Tanya Jason, Alzeir tampak diam sejenak, hingga akhirnya ia berbicara kembali

"Baiklah aku akan menceritakan semuanya kepada kalian. Dengar kan baik-baik, ini mungkin akan sedikit membuat kalian terkejut"

The Scepter : Armageddon WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang