Atreis masuk ke dalam pintu gerbang tersebut. Tampak di dalamnnya terdapat beberapa gedung besar bertingkat 3 yang terbuat dari kayu dengan lumayan banyak jendela. Sepertinya gedung-gedung tersebut adalah gedung kamar para pasukan Armasoul. Beberapa orang terlihat sedang berlatih perang di sebuah area kosong yang cukup besar, ada yang menggunakan pedang, tombak, dan panah.
Mereka masuk ke sebuah gedung bertingkat 1 yang cukup besar dan berada di tengah-tengah area tersebut. Isi dari gedung tersebut sangat luas, mirip sebuah aula sekolah.
Seorang pria tengah membelakangi mereka tepat saat mereka masuk ke dalam aula tersebut.
"Salam Tuan Dies, kami membawa keturunan dari utusan semesta, Arkos dan juga satu utusan semesta" salam pria yang ditengah kepada pria yang membelakangi mereka, pria itu lalu berbalik dan menatap ke arah Hideo dan Atreis. Pria itu tampak sangat berwibawa dan memiliki aura yang sangat kuat.
"Hideo sang utusan semesta pengendali es dan kau Atreis, keturunan Arkos utusan semesta sang pengendali pikiran, huh?" kata pria tersebut, Atreis terkejut, bagaimana bisa pria tersebut tau namanya.
"ehm.. iya benar" Jawab Atreis kikuk
"Jadi, apa tujuan mu datang ke sini ?" tanya Dies, Atreis lalu menceritakan semuanya, Dies tampak mendengarkan dengan seksama, sesekali ia mengangguk paham, ketiga remaja yang menyambutnya tadi juga terlihat mendengar semua cerita Atreis seolah tak ingin tertinggal satu kalimat pun.
"... jadi begitulah ceritanya. Kehadiran kami ke sini adalah untuk mengajak pasukan Armasoul kembali berperang bersama kami untuk melawan pasukan Belvendor" jelas Atreis, Dies tampak menghela napas panjang
"maaf saja nak, tapi pasukan yang telah kau cari itu telah lama tiada" jawab Dies
"Maksud mu?" Tanya Atreis
"Berawal setelah pertarungan melawan Belvendor. Sejak saat itu kakek mu diangkat menjadi pemimpin pasukan semesta di usianya yang masih sangat muda. Aku sebagai pemimpin pasukan Armasoul awalnya tidak setuju dengan pengangkatan kakekmu sebagai pemimpin sebuah pasukan yang begitu besarnya dikarenakan kakekmu adalah seorang yang sangat keras kepala dan sulit diajak bekerja sama. Sudah beberapa kali aku mencoba meyakinkannya untuk menyerahkan The scepter kepada kami untuk menjaganya sampai utusan semesta yang baru lahir, namun ia tetap bersikeras untuk tetap mengembalikan the scepter ke dalam inti bumi. Aku telah mengatakan kepadanya bahwa untuk masuk ke dalam labirin, butuh seseorang yang dapat menggunakan eyes of the truth, karena saat itu tidak ada salah satu orang dari utusan semesta yang dipilih oleh eyes of the truth untuk menggunakannya, dan kami hanya berniat menyimpan the scepter sampai ada utusan semesta baru yang dipilih oleh eyes of the truth untuk mengembalikannya lagi kedalam inti bumi. Kakekmu sama sekali tidak menghiraukan perkataan ku, ia justru menggunakan kekuatan semestanya untuk menentangku dan membuat ku hampir mati. Kau tau apa yang terjadi? Kakek mu bersama dengan teman-teman semestanya tetap masuk ke dalam labirin tersebut, mereka terperangkap dan berjalan tanpa tau arah di dalam labirin tersebut selama hampir 500 tahun. Ketika akhirnya mereka hampir berhasil mengembalikan the scepter pada tempatnya, mereka dihadapkan oleh suatu hal yang sangat sulit, dan itu membuat teman semestanya harus mempertaruhkan nyawa mereka agar Arkos berhasil mengembalikan the scepter. Setelah kejadian itu Kakekmu merasa sangat sedih hingga membuatnya hampir gila. Melihat hal tersebut, kami para pasukan Armasoul memutuskan untuk pergi dan tidak akan mau bekerja sama lagi dengan kakek mu. Kami memilih untuk tinggal jauh dari dunia tak nyata agar para pasukan semesta tidak dapat melacak jejak kami lagi. Awalnya kehidupan kami masih baik-baik saja, hingga pada suatu saat terjadi perselisihan antara 2 pemimpin pasukan Armasoul yang sudah tidak dapat ditengahi lagi, akhirnya sejak saat itu pasukan Armasoul terbagi menjadi 2 kelompok. salah satu kelompok tersebut adalah kami yang sekarang tinggal di dalam hutan ini, dan kelompok lainnya kami sudah tidak tau dimana mereka berada" Cerita Dies sambil menghela napas panjang, tampak di ekspresi sedih dan menyesal tersirat di wajahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scepter : Armageddon War
AdventureDunia sudah binasa. Tak ada satu pun lagi yang tersisa. Hanya sebuah lautan luas yang menyimpan sejuta kota di dasarnya. Daratan gersang tanpa ada satu pun makhluk hidup di atasnya. Tanpa di sadari, di balik semua itu akan terjadi sebuah peperangan...