Menemui pengikut semesta

2.3K 195 1
                                    

Jason terbangun dari tidurnya. Rasa sakit menjalari bahu sebelah kanannya yang diperban dan hanya bertelanjang dada.
Ia mengamati ruangan tempat ia terbaring. Sebuah ruangan berdinding batu dengan pencahayaan yang berasal dari nyala api pada obor yang di tempel di dinding. Jason sama sekali tidak ingat bagaimana ia bisa berada di tempat itu. Semakin ia mencoba mengingat, semakin sakit menjalari kepalanya. Seberkas ingatan mengenai sepasang simbol pentagram berwarna merah menyala terngiang-ngiat dikepalanya. Begitu pula saat ia berada di dalam kegelapan, mata itu seolah menyala dan memandang jason dengan tatapan menusuk dan mengerikan. Mengingat hal tersebut, tubuh jason kembali bergetar, keringat dingin turun membasahi pelipisnya.

"Prangg!!" Bunyi suatu logam yang menghempaskan lantai menyadarkannya dari ketakutannya. Tampak di depan pintu, seorang anak kecil berusia sekita 10 tahun tampak terkejut dan ketakutan melihat jason. Nampan yang berisi segelas air dan semangkuk bubur yang ia bawa jatuh berserakan di lantai. Anak itu kemudian lari ketakutan dan meninggalkan jason dalam kebingungan.

Jason mencoba membaringkan tubuhnya dan meminjat kepalanya yang terasa sakit. Tak berapa lama sesosok berbadan besar masuk ke ruangan itu. Alangkah terkejutnya jason ketika melihat seekor beruang berwarna coklat lengkap dengan baju perang masuk ke kamarnya.

"Siapa kau?!" teriak jason yang kemudian meloncat berdiri ke samping ranjang

"Bruk!" Ia Kemudian terjatuh karena kedua tungkai kakinya tidak kuat menopang tubuhnya. Beruang itu lalu mengangkat tubuh jason dan menaruhnya di atas ranjang dengan hati-hati. Jason yang merasa tak berdaya hanya bisa pasrah saat hewan itu mengangkatnya dan meletakkannya dengan lembut di kasur.

Beruang itu lalu keluar sebentar kemudian masuk lagi sambil membawa nampan berisi segelas air dan semangkuk bubur uang masih hangat. Ia lalu duduk di kursi di samping kasur jason dan menyendok sesendok bubur ke mulut jason yang kemudian membuka mulutnya dan melahap habis bubur tersebut. Entah karena jason merasa sangat kelaparan atau memang rasa bubur itu sangat nikmat dimulutnya.

Beruang itu memberikan segelas air kepada jason yang kemudian menelannya sampai habis. Perutnya kini benar-benar sangat kenyang.

"Bagaimana keadaanmu?" Beruang itu tiba-tiba berbicara kepada jason yang terkejut, bagaimana bisa seekor beruang dapat berbicara dengan bahasa manusia? Pikirnya

"Eh, emmm.. sudah lebih baik" jawab jason, beruang itu tampak memperhatikan jason dengan seksama, terutama tanda pentagram yang tertera di dahi jason. Beruang itu lalu berdiri sambil memegang nampan berisi gelas dan mangkuk di tangannya.

"Beristirahatlah, nanti aku akan kesini lagi untuk membawa mu kepada pemimpin kami" kata beruang itu kemudian pergi sambil menutup pintu.

"Pemimpin kami?" Seru jason bertanya-tanya dalam hati. Sejuta pertanyaan kini memenuhi otaknya. Sampai akhirnya tak lama ia tertidur dengan lelap.

****

Seperti yang dikatakan beruang tadi, beruang itu kini berdiri di samping ranjang jason untuk menjemputnya . Beruang itu lalu memberikan jason sebuah sweater berwarna abu-abu dan celana panjang hitam berbahan kain halus.

Jason berjalan mengikuti beruang coklat yang berukuran sangat besar itu.
Tak berbeda dengan ruangannya, lorong-lorong di tempat itu terbuat dari bebatuan berwarna gelap dan hanya di terangi oleh kobaran api pada obor yang menempel di dinding. Beberapa kali jason melihat sosok bertubuh seperti monster lalu-lalang sambil melihatnya dengan tatapan bingung, namun saat itu juga mereka membungkuk memberi hormat kepada jason. Jason hanya membalas dengan senyum dan sedikit anggukan kepada mereka.

Tak lama, mereka tiba di sebuah pintu besi ganda dengan lambang pentagram besar di tengah-tengahnya, mirip seperti yang mereka temui saat mengambil jubah semesta.

"Jason!" Sebuah suara tak asing terdengar di telinga jason, ia kemudian menoleh kebelakang dan melihat 4 sahabatnya berjalan diiringi oleh sosok bertubuh besar bertopeng setengah yang menutupi wajahnya.

"Austin! Rafe! Gwynn! Dylan!" Seru jason lega karena ternyata ia tidak terpisah dengan sahabat-sahabatnya.

Sosok bertopeng setengah dan beruang itu berdiri membelakangi mereka yang kemudian diam gugup menantikan sesuatu yang sda dibalik pintu itu.

Pintu itu lalu terbuka dengan sendiri. Tampak ratusan pasang mata menatap mereka berdua.
Mereka terpukau melihat ratusan monster berbaju perang dengan bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda-beda dan siap dengan senjata masing-masing di tangan sedang berbaris rapi.

Mereka lalu berjalan di tengah-tengah barisan monster itu yang menatap setiap gerak-gerik langkah mereka, dan tentu membuat mereka merasa tak nyaman bak selebriti yang sedang lewat di tengah-tengah massa.

Beruang coklat dan sosok bertopeng itu lalu berlutut dihadapan seorang pria berusia sekitar 40an tahun yang sedang duduk di atas singgasananya. Mereka berlima yang melihat hal itu, akhirnya ikut-ikutan berlutut pula.

"Hahaha, tidak perlu berlutut seperti itu" Tawa pria itu kepada mereka berlima

"Justru aku yang seharusnya berlutut di hadapan kalian " kata pria itu lagi kemudian berdiri dari singgasananya dan berjalan mendekati mereka kemudian ia membungkuk hormat diikuti ratusan monster di belakang mereka.

"Eh.. ehmmmm. Maksud mu?" Tanya jason merasa canggung karena sikap pria tersebut.

"Menjadi suatu kehormatan bagi kami dapat bertemu dengan kalian para utusan semesta, perkenalkan nama ku adalah Aries, pemimpin dari para pasukan semesta" kata pria itu ramah.

Mereka berlima sontak terkejut. Pria itu ternyata pemimpin pasukan semesta, pasukan yang mereka cari.

"Akan lebih baik jika kita bercerita di tempat lain, bagaimana?" Tanya pria itu

*****

Disisi lain zeithor tengah berdiri di hadapan sesosok monster dengan tubuh penuh dengan luka dan ke dua tangannya diikat dengan kuat di belakang tubuhnya. Sosok itu berjalan terseok-seok saat anak buah zeithor mendorongnya dengan kuat hingga membuatnya hampir terjatuh.

"Jadi kau tak ingin membantu kami?" Tanya Zeithor dengan suara yang menggelegar.

"Uh, aku tidak sudi membantu orang jahat" jawab sosok itu.

"Sayang sekali, jika kau menolak, aku dan bala tentara ku akan membinasakan semua tentara mu dan tak akan membiarkan satu orang pun hidup" lanjur Zeithor

"Terserah kau! Yang jelas saat ini pasukan ku sedang bersembunyi di tempat yang tidak kalian tau" jawab sosok itu lagi sambil menunjukkan senyum sinisnya.

"Baiklah kalau memang begitu" Zeithor lalu mengambil pentungan kayunya yang tergantung di bahunya, pentungan itu lalu berubah wujud menjadi sebuah kapak besar.

"Apa daya sebuah pasukan besar tanpa pemimpin seperti anak burung yang terbang tak tau arah kemudian mati dan binasa tak tersisa" seru Zeithor sambil mengusap ujung tajam kapaknya.

"Biarkan aku membunuh pemimpin burung kecil itu!" Zeithor lalu mengayunkan pedangnya hendak menebas kepala sosok tersebut.

Tiba-tiba sebuah bayangan hitam melesat ke arah kapak itu hingga terlepas dari tangan Zeithor dan terlempar jauh.

Bayangan hitam itu lalu membentuk sesosok bertopeng Vendetta yang kemudian berjalan mengambil kapak Zeithor.

"Kau lagi!" Dengus Zeithor kesal.

"Jangan terburu-buru" seru sosok bertopeng tersebut sambil mengembalikan kapak milik zeithor

"Aku kesini atas nama tuan ku belvendor hendak memberi tau mu strategi perang kita..... dan tampaknya Keios termasuk dalam strategi itu" katanya sambil memandang sosok tadi yang bernama Keios.

"Cih! Dasar pengkhianat!" Seru Keios geram

The Scepter : Armageddon WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang