Sudah satu minggu gadis ini tidak sadar.
Manusia biasa pasti akan mati jika dibiarkan seminggu tanpa asupan makan apapun, tapi gadis ini tidak ada bedanya dari orang yang tertidur. Tubuhnya tidak terlihat kurus, warna mukanya tidak terlihat pucat, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi apapun darinya, seolah tubuhnya hidup sendiri dalam satu minggu ini.
Itu hal yang aneh, mengingat dia bukan Elder ataupun pelintas zaman.
Yah, aku rasa Spesies Langka itu memang sulit mati, walau hanya tiruannya sekalipun.
Sekali lagi aku mengecek denyut nadi dan kondisi vitalnya, sesuatu yang biasa aku lakukan selama satu minggu.
Masih tidak ada perubahan. Dia masih hanya memejamkan mata dan bernapas. Persis orang yang tertidur pulas. Sejujurnya, dia hanya tinggal membuka mata. Luka tikam di dadanya sudah lama menutup. Luka-luka lain pun menunjukkan proses penyembuhan dengan kecepatan gila-gilaan yang membuatku kagum.
Namun pada kenyataannya tidak sedetik pun dia pernah membuka mata. Pastinya ada satu hal yang membuat kesadarannya sungkan untuk kembali walau tubuhnya sudah menyuarakan alarm pemulihan.
Pertanyaannya adalah, apa?
Apa yang membuatnya tidak kunjung sadar?
Mungkinkah lukanya belum sepulih yang aku kira?
Kurasa tidak ada salahnya mengansumsikan demikian. Luka-lukanya sangat dalam untuk bisa pulih dalam satu minggu. Jika dia Budak biasa, sudah pasti dia akan mati. Hanya faktor dirinya lahir bukan sebagai manusialah yang membuatnya masih bisa bertahan sampai sekarang. Jika jantungnya tidak masih berdetak saat aku tolong pun, ceritanya akan lain dan tidak mungkin dia ada di sini sekarang.
Kurasa tidak ada salahnya menanti lebih lama lagi. Toh dia memang menunjukkan kemajuan beberapa hari ini.
Aku menyugar rambut frustrasi. Sudah terlampau banyak hal yang aku lewati hanya untuk menyelamatkan nyawa gadis ini.
"Tolong Ratna. Hanya itu yang aku minta, Albert."
Permintaan yang tolol. Di saat hidupmu ada di titik nadir sekalipun, kau masih saja memikirkan orang lain ... Lydia.
"Jangan membawa permintaan orang lain sebaga keluhan di saat kau sendiri yang memutuskan untuk membawanya di pundakmu, Bocah."
Tanganku merogoh saku jaket dan mengeluarkan tabung suntik kosong, memilin-milin tabungnya di antara jari jemari.
"Semua gencatan senjata ini ... buatku ini hanya bom waktu yang terus berdetik mundur. Tugas ke Taraksa itu bukan kebetulan." Kata-kata Ratna sebelum konflik ini dimulai, bergema di dalam kepalaku. "Bawa darahku sebagai jaminan. Eka ada bersamamu kan? Kalau ada sesuatu terjadi pada anak itu, berikan dia ini. Aku tahu ini gagal dicoba padamu, tapi pada gadis itu mungkin ... akan berhasil."
Dan terbukti firasat burukmu itu sekali lagi benar, Ratna.
Namun tetap saja ... Pandanganku jatuh ke wajah Eka yang masih belum sadarkan diri. Kenapa aku harus menyelamatkan gadis ini? Tidakkah Ratna takut gadis ini saat bangun nanti ... justru akan berpihak Yusriza atau Aruna dan bukannya pada kita?
"Aku hanya ingin menolong orang yang bisa bertengkar denganku sampai sedemikian hebat." Ratna berkata. "Dia akan memilih siapa, sama sekali bukan urusanku. Kita berdua cukup lakukan bagian kita bersama yang lain. Karena kita ... tau betul siapa lawan yang harus kita hadapi kan?"
Aku tidak punya daya maupun pikiran yang cukup untuk melawan gadis berusia lebih dari satu milenium. Dia bukan seorang pemikir strategis yang handal, tapi aku bisa memercayai semua tindakan yang ia ambil. Dan aku mendapati diriku bisa begitu mudah mengikuti segala perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood and Destiny
Wampiry[ARUNA SERIES #3] [Young Adult Fiction! Rated for Detailed Violence!] Aruna kini diburu untuk dimusnahkan. Mereka menjadi mangsa bagi predator baru yang lebih ganas dan tidak memiliki akal maupun hati nurani yang diciptakan oleh Yusriza Ganen...