"LO TAU APA TENTANG HIDUP GUE?!" Afrian berseru keras, pundaknya naik turun seiring dengan luapan emosinya yang mencuat keluar mencoba mengeluarkan perasaan yang selama ini ia pendam.
Devina tercengang, menatap Afrian dengan tatapan penuh penyesalan. Iris mata kecoklatan milik Adrian yang biasanya menatap Devina dengan tajam kini telah berubah. Aura mengintimidasi Adrian perlahan menghilang, berganti dengan aura kebencian yang begitu menusuk penglihatan hingga tembus ke relung hati terdalam.
"Gue emang nggak tau apa-apa tentang hidup lo. Tapi gue janji bakalan ngebikin lo ngerti kalau hidup itu bukan cuma untuk berdiam diri dan meratapi penyesalan masa di lalu." Devina berujar lirih, namun tersirat keyakinan yang begitu mendalam pada kalimatnya.
Afrian tersenyum miring sebelum akhirnya membalas perkataan Devina, "Gue kaktus. Gue punya duri, dan gue akan dengan senang hati ngelukain siapapun yang menurut gue mengganggu. Termasuk lo. Devina. Sabrina. Elfaza."
"Gue tau, gue bakalan luka kalo gue nyentuh kaktus dengan tangan telanjang, tapi gue nggak sebodoh yang lo kira, Afri. Gue emang bakalan nyentuh kehidupan lo, tapi nggak dengan tangan telanjang. Gue punya sarung tangan yang bisa gue pake untuk ngelindungin tangan gue dari tusukan duri lo yang tajam kalo lo lupa. Afrian. Putra Wiranata."
Afrian terdiam mendengar ucapan Devina. Ia masih belum bisa memahami pola pikir gadis keras kepala yang tengah berdiri di hadapannya ini. Sedetik kemudian Afrian tersenyum meremehkan, "Lakuin kalo lo bisa."
Mereka tidak sadar, sejak hari itu hidup mereka mulai berubah. Ucapkan selamat datang, karena drama kehidupan di masa SMA akan segera di mulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kaktus [Selesai]
Teen Fiction(Noted: Segera di revisi setelah menyelesaikan cerita selanjutnya) Masa SMA atau biasa dikenal sebagai masa putih abu-abu adalah masa dimana seorang anak remaja yang baru akan bertransformasi menjadi manusia dewasa, seseorang pada masa ini biasanya...