Jangan lupa, tinggalkan vote dan komentar kalian ya teman-teman!!😙😙
Selamat membaca!!!
-o0o-
"Nadya Sabira Raditama.""Anak pertama dari Sella Rahmayanti dan Aditya Raditama. Penerus kedua perusahaan keluarga Raditama, Amatidar Corporation."
"Jadi Nona Nadya, bisa lo bertanggung jawab atas semua hal yang lo lakukan, hm?"
Nadya tidak tahu apa yang terjadi. Sepulang sekolah tadi, seingatnya, ia berdiri di depan sekolah, menunggu jemputan seperti biasa. Namun tiba-tiba ada orang yang membungkamnya dengan sapu tangan, dan kemudian kesadaran Nadya berangsur menghilang.
Begitu sadar, mata Nadya mendapati dirinya duduk di sebuah kursi dengan tangan yang terikat ke belakang. Ikatannya tidak terlalu kencang memang, tapi untuk ukuran cewek seperti Nadya, itu sudah saja sudah cukup tanpa harus mengikat kakinya juga.
"Gue nggak ngerti, sialan!!" Nadya berteriak membentak.
Cowok yang berada di depan Nadya kini menyeringai. Sebenarnya di ruangan ini ada dua pria, hanya saja satu dari dua pria itu satunya sedang sedang berkutat serius di depan laptop pada sudut ruangan. Ia terlihat misterius dan pendiam, berbeda dengan pria yang ada di depannya sekarang, bawel dan menyebalkan tentunya.
"Wadawww. Santai mbak santai. Putus semua urat lo entar." Ujarnya sembari mengeluarkan sebuah pisau lipat dari dalam sakunya.
Keringat dingin membanjiri pelipis Nadya. Ia terlihat ketakutan saat ujung pisau itu menyentuh kulitnya.
"Ga, udahlah jangan gitu. Kasihan tuh cewek udah keringat dingin gitu."
Lingga berdecak, "Ck. Tapi, Ka, nggak mau ngaku dia."
Rezka menggelengkan kepalanya, "Dee bisa ngamuk kalo tau lo nyulik anak orang."
"Apalagi cewek ini."
Lingga menggeleng tidak peduli.
"Ternyata dalang dibalik semua ini itu, Dee? Sialan tuh cewek!"
Namun umpatan itu seketika berubah menjadi rintihan ketika Lingga menjambak keras rambutnya, "Awwws sakit!"
Lingga mendekatkan wajahnya ke arah Nadya, menatapnya tajam.
Nadya merasakan berdegub dengan kencang, baginya, Lingga itu psikopat gila yang sudah kehilangan otaknya.
"Lo denger baik-baik ya, Nadya Sabira Raditama."
"Gue tahu kalo lo udah nge-hack akun pribadi milik perusahaan keluarganya Dee. Lo juga nyuri beberapa aset penting di dalamnya, lalu lo jual ke oknum-oknum nggak bertanggung jawab. Lo juga yang ngirim e-mail atas nama perusahaan itu ke beberapa investor penting, dan membuat mereka batal menanamkan sahamnya. Sampai perusahaan itu hampir bangkrut sekarang." Ujar Lingga dengan nada rendah tapi penuh penekanan.
Lingga manarik diri menjauh kurang lebih dua meter dari Nadya. Membuat cewek itu langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya. Berada dalam radius sedekat itu dengan manusia Lingga benar-benar membuatnya susah bernafas.
"Tapi.... Dee sama sekali nggak tau tentang ini!!! Jangan sekalipun lo nyalahin Dee, bitch!!!" Cetus Lingga dengan nada tinggi di akhir kalimatnya.
Nadya bergidik ngeri, ia hampir menangis. Seumur hidupnya, Nadya tidak pernah dibentak oleh siapapun termasuk kedua orang tuanya.
Lingga menyeringai melihat nata Nadya yang mulai berkaca-kaca, tubuhnya gemetaran ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kaktus [Selesai]
Teenfikce(Noted: Segera di revisi setelah menyelesaikan cerita selanjutnya) Masa SMA atau biasa dikenal sebagai masa putih abu-abu adalah masa dimana seorang anak remaja yang baru akan bertransformasi menjadi manusia dewasa, seseorang pada masa ini biasanya...