[31] Sebenarnya Ada Apa

112 9 1
                                    


"Kamu adalah malam yang kehilangan bintang. Temarang memang, tapi satu pesanku, tetaplah berjuang menemukan terang, hingga kelak kamu akan menjadi pemenang."


August 04, 2018

____________________________________


Suara gemricik air terdengar dari dalam bilik toilet. Disini, dibalik tembok pemisah antara kamar mandi dengan koridor, adalah tempat Devina bersembunyi sekarang.

Setelah berhasil mengembalikan akal sehatnya, tadi pagi Devina menolak ajakan Gilang untuk membolos.

Cewek itu bahkan harus meminta maaf berkali-kali pada dan berjanji untuk pergi bersama lain kali. Devina benar-benar merasa tidak enak pada Gilang.

Devina sadar, ada hal yang perlu ia selesaikan. Devina tidak bisa terus-terusan menghindar.

Tidak masalah, jikapun nanti semua orang di sekolah ini akan tetap berkomentar miring tentangnya. Tidak apa-apa, kalaupun semua teman membencinya. Devina sudah benar-benar siap bertempur.

Siapapun lawannya, Devina berjanji untuk tidak menyerah apalagi kalah. Karena Devina tahu, ada yang sudah kembali.

Satu hal yang jika tidak segera dimusnahkan maka akan mengancam kelangsungan hidup keluarga dan seluruh teman dekat serta kerabat Devina.

Devina sudah tahu sejak lama. Orang itu. Adalah orang yang sama dengan kiriman kaktus berdarah setiap harinya tepat satu bulan sebelum Deandra kecelakaan kemudian meninggal dunia.

Devina juga yakin orang itu pasti yang menyebabkan perusahaan keluarga Devina diambang kehancuran seperti sekarang.

Dan kiriman kaktus berdarah itu kini kembali. Devina mengerti, bukan dirinya yang diincar, tapi nama yang tertulis pada kertas di dalam pot.

Jika dulu nama yang tertulis adalah Deandra Fildza Faradisty, maka sekarang adalah....

Ardevanso Satyatama, atau akrab dipanggil Devan, Kakaknya.

Maka sebelum hal itu terjadi, Devina harus buru-buru mencegahnya.

Untuk itulah Devina berada disini sekarang, mengintai cewek yang baru saja keluar dari bilik toilet. Nama yang semalam disebut-sebut oleh Rezka dan Lingga, Devina jelas mendengarnya sebelum ia benar-benar pingsan karena syok.

Nadya Sabira Raditama. Salah satu teman dekatnya di kelas. Devina benar-benar tidak menyangka jika memang Nadya adalah pelakunya.

Devina mengikuti Nadya yang baru saja keluar dari toilet, kemudian berjalan menuju depan gerbang sekolah. Devina tahu tujuannya, Nadya tengah menunggu jemputan.

Maka dari itu Devina bergegas menuju Nadya. Setengah berlari Devina menghampiri Nadya. Hingga tak sadar jika ada sebuah mobil yang sedang mengincar nyawa Devina.

Mobil itu melaju dengan sangat kencang dari belakang. Aksinya semakin mudah dilancarkan, mengingat Devina yang berlari tepat di pinggir jalan, bukan di trotoar.

Kejadiannya begitu cepat. Mata Devina yang tetap terfokus menatap Nadya tanpa memperhatikan sekitar.

Hingga sebuah tarikan membuat Devina tersungkur di trotoar. Devina meringis kecil melihat lututnya berdarah. Namun rasa sakit itu segera menghilang ketika Devina melihat Nadya dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil.

Devina berdiri, mengenyahkan segala rasa sakit yang menyerang tubuhnya. Tidak. Ia tidak boleh kehilangan Nadya.

Devina hendak berlari mengejar Nadya, namun lagi-lagi sebuah tarikan keras membuat langkahnya kembali harus terhenti.

Filosofi Kaktus [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang