[37] Penyesalan

102 4 0
                                    

Afrian mengacak rambutnya kasar. Sedari tadi ia mencak-mencak tidak karuan sehingga mencuri perhatian beberapa pengunjung kafe. Afrian mengutuk cewek yang baru saja pergi setelah mengotak-atik ponselnya.

Cewek sialan, Batin Afrian.

Bagaimana Afrian tidak kesal jika cewek itu mengubah seluruh status Afrian di media sosial dengan menyatakan bahwa Afrian berpacaran dengan cewek itu. Heramanda Kurnia Raditama. Afrian berjanji suatu hari nanti akan membunuh cewek itu dengan tangannya sendiri.

Jika saja cewek itu tidak menggunakan nama gadisnya sebagai sasaran dari ancamannya, tentu saja, Afrian tentu tidak akan repot-repot membuat perjanjian dengan cewek gila itu. Afrian memanggil pelayan, setelah meminta bill dan membayarnya, Afrian segera bergegas memacu mobilnya ke tempat biasanya, klub.

Beberapa minggu setelah kejadian itu berlalu, rasa kesal masih terus menghinggapi Afrian. Cowok itu terlalu dongkol oleh kelakuan Hera yang menurutnya sudah diambang batas kewajaran.

Bahkan saking kesalnya, beberapa hari terakhir ini Afrian selalu menghabiskan malam-malamnya di klub.

Afrian butuh alkohol untuk melampiaskan segala keluh-kesahnya karena Afrian sadar bahwa ia tidak memiliki satupun teman untuk diajak bicara.

Afrian memesan dua botol minuman keras, malam.
ia sengaja memesan private room karena ia sedang tidak mau diganggu oleh wanita-wanita malam bayaran yang haus belaian.

Afrian menjambak rambutnya, ia tidak menyangka akan kembali menjadi cowok yang sangat lemah. Bahkan ia tak mampu melakukan apa-apa demi melindungi gadisnya.

Afrian menuangkan alkohol itu ke dalam gelas kecil, kemudian meminumnya dengan sekali tegukan.

Afrian merogoh sakunya, mengeluarkan ponselnya yang bergetar berulang-ulang, mungkin ini efek dari perbuatan Hera tadi.

Namun Afrian sama sekali tak menghiraukannya, ia bahkan tak berniat untuk tahu. Afrian hanya mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang.

Sebelum nanti ia benar-benar mabuk, ada baiknya ia menghubungi Kevin, sepupunya, untuk datang kemari menemani Afrian yang tengah kacau.

Beruntungnya, Kevin tengah berbaik hati kepadanya. Kevin bilang setengah jam lagi ia akan datang kemari karena ada beberapa urusan yang harus Kevin tangani sebelum pergi.

Maklum saja, karena Kevin adalah satu-satunya calon penerus perusahaan keluarga mereka.

Kevin sebenarnya memiliki saudara, tapi perempuan, lagi pula adik ceweknya yang menyebalkan itu tidak akan mau berhubungan dengan hal-hal yang berbau bisnis dan perusahaan.

Bikin pusing katanya. Mimpinya adalah menjadi desainer sekaligus model untuk produk yang ia buat sendiri. Benar-benar ciri khas wanita bukan?

Meleset dari perkiraan, Kevin ternyata baru datang satu jam kemudian. Matanya mebelalak kaget menatap sepupunya yang mabuk berat. Dilihatnya sekitar, ternyata Afrian telah selesai meminum dua botol alkohol.

Buset. Ini anak, gila gila gila. Kuat bener itu perutnya minum dua botol. MasyaAllah. Kalo gue yang begini sih bisa-bisa dirajam sama Mama. Batin Kevin.

"Lo tau nggak sih, gue itu sayang sama lo?!!" Umpat Afrian tanpa sadar. Alkohol-alkhol itu telah berhasil merebut paksa kesadaran Afrian rupanya.

Kevin meringis, ini memang bukan kali pertamanya menemani Afrian mabuk. Namun biasanya semabuk apapun Afrian, cowok itu tetap bisa memegang kontrol atas dirinya sendiri. Jelas ini untuk pertama kalinya Kevin melihat Afrian yang benar-benar lepas kendali.

Filosofi Kaktus [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang