[42] Awal Mula (Satu)

79 3 3
                                    

HAIIIIIII, LAMA TIDAK BERJUMPA!!! Hehe, maaf udah gantung lama

Semoga suka dengan jalan ceritanya! Next chapter enaknya di update kapan nih?

Tahun depan? WKWKWK

Sebelum membaca, jangan lupa vote dan tinggalkan komentar jika berkenan, karena dua hal itu akan sangat berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya aku update cerita ini

Terima kasih^^ 

Selamat membaca!





Beberapa bulan sebelum peristiwa terjadi......

Rezka berkali-kali menghela napas gusar menunggu seseorang yang seharusnya sudah berada disini sejak setengah jam yang lalu.

Rezka meradang. Ia adalah orang yang disiplin dan tepat waktu dalam segala hal. Dalam segala pertemuan, tentu saja Rezka tidak pernah terlambat datang barang satu atau dua menit sekalipun.

Merasa dipermainkan, Rezka akhirnya meminta bill pada pelayan yang kebetulan lewat di depannya. Setelah menyelesaikan pembayaran, Rezka hendak berdiri untuk kemudian pergi. Namun saat baru saja ia akan melangkah, seseorang yang ia telah tunggu sejak tadi tiba-tiba saja duduk tepat hadapannya.

"Sorry gue telat." Ucap seseorang itu pada Rezka.

Rezka mengangguk singkat. "Gue ikut rencana lo." Katanya langsung pada inti. Benar-benar tipikal Rezka yang tidak suka berbasa-basi.

Cewek di depan Rezka itu kemudian melotot. Secara tidak sengaja menyemburkan minumannya.

"LO GILA YA?!" Umpat Rezka. Cewek itu nyengir lalu mengangkat dua jarinya.

"Hehe sorry nggak sengaja." Cewek itu mengulurkan sebungkus tissu yang tersimpan ditasnya. "Nih."

Rezka berdecak sembari membersihkan kemejanya dengan tissu pemberian si cewek itu.

"Lo serius?" Cicitnya pelan. Ia kehilangan keberanian karena telah menyemburkan minuman di mulutnya pada Rezka meski itu sama sekali tidak disengaja.

Rezka hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Bukannya lo adalah salah satu orang yang bersikeras melindungi Dee?"

"Itu cuma alibi." Ujarnya santai.

"Bukannya dia sepupu lo?" Tanya cewek itu lagi.

Rezka mengangguk. "Memang. Tapi jelas gue sakit hati dan mau balas dendam atas apa yang udah mereka lakukan terhadap keluarga gue."

"Hanya karena ingin menguasai harta warisan, mereka membunuh orang tua gue." Rezka menatap serius gadis yang berada di depannya dan tanpa sadar membuat pipi gadis itu merona dibuatnya. "Jadi gue berharap lo menerima gue untuk ikut dalam rencana balas dendam lo. Gimana?"

Gadis itu tampak berpikir sejenak. Menatap ragu pernyataan Rezka yang ingin bergabung dengannya. Sebenarnya ia bisa saja langsung menyetujuinya. Hanya saja, rencana ini tidak main-main, butuh waktu bertahun-tahun untuk benar merealisasikan acara balas dendamnya.

Hmmm... Untuk Gilang, tentu saja, Hera bisa langsung menerimanya karena kebetulan, dibalik wajahnya yang tampan, cowok itu terlalu naif dan mudah ditipu.

"Lo nggak percaya sama gue?" Ujar Rezka seakan bisa membaca pikiran Hera.

"B..bukannya ng..nggak percaya. Cuma--"

Filosofi Kaktus [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang