"Untuk siapa lagi aku tinggal jika bukan kamu satu-satunya alasanku untuk tetap bertahan?"
____________________________________
Suasana pagi di sekolah ini tampak begitu lengang. Maklum saja, diwaktu sepagi ini, para siswa masih bermalas-malasan di rumahnya. Sebagian dari mereka biasanya baru akan berangkat ke sekolah jika bel masuk sudah hampir berbunyi. Berbeda dengan cowok yang saat ini sedang duduk santai di sudut kantin seperti biasa. Ia memang terbiasa datang lebih awal ke sekolah, alasannya karena ia tidak betah berada di rumah dan terlalu muak mendengarkan ceramah panjang lebar dari Papanya.Cowok itu kemudian mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya dengan api hingga menyala. Surga dunia. Ia bahkan tidak peduli kalaupun nanti akan ketahuan guru bp atau apa saja itu namanya. Karena ia tahu, Mamanya pasti akan membela tidak peduli seberapa salahnya ia.
Kebiasaan buruk yang bahkan telah menjadi hobi tersendiri bagi cowok itu sejak dua tahun lalu. Keluarganya pecah, kisah cintanya yang hancur dan kesalahan fatal yang pernah ia lakukan membuatnya mau tidak mau menjadikan alkohol dan rokok satu-satunya benda yang dapat ia sebut sebagai teman.
Dengan bermodalkan wajahnya yang tampan rupawan serta dompetnya yang tebal, ia bahkan banyak bergonta-ganti pasangan, sekedar untuk bersenang-senang, mempermainkan, kemudian mencampakkan mereka begitu saja.
Afrian Putra Wiranata. Terlahir di keluarga Wiranata yang nyaris sempurna, nyatanya tak pernah seindah perkataan orang-orang kepadanya. Meski tak pernah kekurangan harta, sekalipun ia tak pernah bahagia.
Keluarga mereka sempurna pada awalnya, hingga kedua orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Nasib nahas menimpanya karena harus tinggal bersama Papanya yang pemarah dan gila bekerja. Meski sebenarnya ia lebih dekat dengan Mamanya, tapi sayang sekali Mamanya itu lebih memilih tinggal bersama saudara kembarnya.
"AFRIAN!!!" Cowok itu tersentak, hingga tanpa sengaja menjatuhkan rokoknya yang masih tersisa setengah itu ke tanah. Ia enggan memungutnya, sehingga memutuskan untuk menginjaknya hingga bara apinya tidak lagi menyala.
Cowok itu melongokkan kepalanya mencari siapa sosok yang berani memanggil namanya dengan berteriak seperti itu. Hingga sebuah ponsel terbanting tepat pada meja di hadapannya dengan Caramel yang menatapnya penuh amarah.
"Jelasin sekarang!!"
Afrian menaikkan sebelah alisnya, cowok itu terlihat bingung, "Apa?"
Caramel menarik ponselnya, kemudian menyodorkannya kasar kearah wajah Afrian agar cowok itu bisa melihatnya dengan jelas.
Afrian Putra Wiranata in relationship with Heramada Kurniar ♥♥
Afrian terkekeh santai, "Oh ini? Kenapa?"
"Lo masih bilang kenapa? Lo itu sebenarnya punya hati nggak sih? Lo nggak mikir perasaannya De-"
Afrian segera menyelanya, "Devina? Buat apa gue mikiran perasaan orang egois?"
"Lo masih mikirin kejadian dulu? Please, Yan, waktu itu gue tahu bener kalau Dee sama sekali nggak ada niatan bikin adeknya meninggal. Dee nggak bisa donorin darahnya ke Dea, karena dia punya alasan." Ucap Caramel, suaranya sedikit bergetar ketika mengingat kejadian dua tahun lalu yang menyebabkan Devina terus saja disalahkan dengan berbagai alasan.
Afrian memejamkan matanya entah untuk menghilangkan apa. Tapi kemudian, saat ia kembali membuka mata, hanya sebuah keseriusan yang terpampang nyata tepat di retinanya, "Ya. Dan gue juga punya alasan kalau lo mau tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kaktus [Selesai]
Roman pour Adolescents(Noted: Segera di revisi setelah menyelesaikan cerita selanjutnya) Masa SMA atau biasa dikenal sebagai masa putih abu-abu adalah masa dimana seorang anak remaja yang baru akan bertransformasi menjadi manusia dewasa, seseorang pada masa ini biasanya...