[27] Alasan Sebuah Dendam

103 5 0
                                    

Gilang menatap nanar fotonya bersama seorang gadis yang merupakan cinta pertamanya. Deandra Fildza Faradisty. Gilang memejamkan matanya pedih, ia bahkan belum sempat menggenggam, namun gadis itu terburu pergi.

Andai saja, andai kala itu Gilang dapat menahan gadis itu sedikit lebih tegas, ia pasti takkan menjadi sebuah kenangan sekarang.

Andai saja, andai cewek sialan itu mau mendonorkan sedikit saja darahnya pada Deandra, Deandra pasti masih berada di sini sekarang.

Siang itu, Gilang mengantar Mamanya pergi ke rumah sakit, karena beberapa hari ini Mama Gilang sering mengeluh pusing dan tenggorokannya sakit. Papa Gilang sedang sibuk menangani perusahaan, sedangkan saudara kembarnya selalu sibuk dengan dunianya sendiri, jadi untuk saat ini hanya Gilang lah satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab menemani Mamanya.

Karena bosan menunggu Mamanya yang sedang diperiksa oleh dokter, Gilang memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar keliling rumah sakit. Hingga ia bertemu dengan seorang gadis cantik yang duduk diatas kursi roda. Wajahnya sedikit pucat, namun aura gadis itu tetap menawan membuat Gilang sampai terkagum akan keelokan parasnya.

Gilang terperanjat kaget ketika cewek itu tiba-tiba jatuh dari kursi rodanya. Gilang menghampirinya, "Kamu nggak apa?"

Gadis itu mengangguk, Gilang membantunya naik kembali ke kursi rodanya.

"Kamu ngapain disini?"

"Lagi nungguin Mama yang nebus obat dan Papa yang lagi ke toilet."

Gilang mengangguk sembari mengulum senyumnya dalam diam. Ia ingin berkenalan, tapi sedikit ragu, ini adalah kali pertama Gilang menaruh hati pada seorang cewek.

"Emmm, na-"

"Nama Kakak siapa?" Ujar Gadis itu menyela ucapan Gilang.

Gilang menyeringai, "Namaku Gilang, kalau kamu?"

Cewek itu mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Gilang, "Aku Deandra, panggil aja Dea."

Perkenalan mereka pun terus berlanjut dan keduanya menjadi semakin dekat. Deandra sering sekali datang berkunjung ke rumah Gilang dan satu hal yang Deandra tahu bahwa Gilang mempunyai saudara kembar. Deandra mengenalnya, karena saudara kembar Gilang itu adalah teman dekat kakaknya, Devina. Namanya Afrian.

Gilang diam-diam menyukai Deandra. Namun Gilang tetaplah Gilang. Ia tidak semudah itu mengungkapkan perasaannya. Gilang tetap menjadi cowok pemalu dengan ego yang tinggi.

Hingga beberapa bulan kemudian, tepat di hari Sabtu, Gilang mendapati Deandra yang terlihat masuk ke dalam mobil yang disupiri Mang Ujang bersama Afrian. Tentu saja, Gilang marah. Karena hari itu Gilang mengajak Deandra jalan sekaligus ingin mengungkapkan perasaannya, tapi sangat disayangkan karena Deandra menolak pergi dengannya.

"Kita pergi sekarang?"

Sayup-sayup Gilang dapat mendengar percakapan antara Afrian dan Deandra dari jauh.

"Iya, Kak."

Hati Gilang semakin memanas melihat Deandra tersenyum pada Afrian sebelum memasuki mobil.

Hari itu Gilang nekat membuntuti mobil yang dinaiki oleh Afrian dan Deandra dengan menggunakan motor milik Mbak Surti yang merupakan asisten rumah tangga. Ia tahu ini salah, karena bagaimana pun juga ia masih dibawah umur dan belum memiliki surat izin mengemudi. Tapi Gilang sudah termakan emosi.

Filosofi Kaktus [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang