[9] (Miss)terious

175 7 0
                                    

Afrian meletakkan tasnya sembarangan, ia melepaskan kancing-kancing seragamnya dengan kasar, kemudian membuangnya ke lantai tanpa perasaan. Entah mengapa hari ini Afrian merasa begitu kesal. Afrian memang bukan tipe orang yang suka mengungkapkan emosinya dengan cara marah-marah atau memaki seseorang, Afrian lebih banyak diam. Namun dibalik diamnya itulah tersimpan ribuan rahasia yang bahkan terkadang Afrian sendiri saja bingung bagaimana cara menyikapinya.

Tidak lama kemudian, ponsel Afrian berdering. Sebuah nomor asing terlihat sedang berusaha menghubunginya. Tentu saja, Afrian segera menggeser tombol hijau, karena Afrian sudah hafal dengan benar pemilik nomor asing itu.

"Ya sayang?"

"Kamu dimana?"

Afrian mengernyit, "Baru sampai di rumah, kenapa?"

"......"

"Oke, tunggu disana dan jangan kemana-mana. Lima belas menit lagi aku sampai sana,"

Setelah memutuskan panggilan, Afrian membanting ponselnya ke lantai hingga seluruh badan ponselnya berserakan dimana-mana, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke sofa yang berada di belakangnya. Tangannya bergerak memijit pelan keningnya, mencoba membuat tubuhnya rileks.

"Bego banget sih jadi cewek. Mana mau gue peduli sama hal begituan. Mau nungguin sampai tua juga gue nggak bakal dateng," Afrian berujar sambil tertawa pelan.

Sungguh Afrian sama sekali tidak peduli dengan wanita berstatus sebagai pacar Afrian yang baru saja meneleponnya dan meminta Afrian datang untuk menyelesaikan masalahnya. Dalam kamus hidupnya, Afrian hanya akan menggunakan wanita untuk menemaninya bersenang-senang. Biasanya Afrian akan mengganti wanita yang dikencaninya dalam tempo paling lama satu minggu, bahkan terkadang jika sudah bosan, Afrian bisa saja mengganti wanitanya dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam. Dengan parasnya yang tampan rupawan, dan juga dompetnya yang super tebal, wanita mana yang akan berpikir dua kali jika diajak kencan oleh Afrian.

Afrian merogoh laci meja yang ada di samping sofa, meraih ponsel cadangannya yang memang sengaja ia persiapkan untuk keadaan seperti ini.

Triing. Satu pesan masuk ke dalam ponsel pribadi Afrian.

From : 082245989xxx

Dufan. Skrg.

Sebenarnya Afrian memiliki beberapa ponsel, satu ponsel pribadi Afrian ia gunakan untuk menyimpan kontak keluarga, teman-teman-teman sekolah, dan beberapa nomor yang ia anggap anggap penting, sedangkan ponsel cadangan ia gunakan untuk menyimpan nomor-nomor wanita yang akan menjadi teman kencannya nanti, dan kali ini Afrian sudah menentukan target wanita selanjutnya yang akan ia ajak kencan hari ini. Namun sebelum itu, Afrian penasaran dengan nomor misterius yang baru saja mengirimkan pesan kepadanya.

Tiga puluh menit kemudian, Afrian sudah sampai di tempat yang ditunjukkan oleh nomor misterius yang mengirim sms kepadanya, Dufan. Sebelumnya Afrian sempat ragu untuk datang ke tempat ini, karena ia berpikir mungkin saja orang yang mengirimkan pesan kepadanya adalah teman-teman sekolahnya yang iseng, atau mungkin Kevin yang berniat menjahilinya. Namun karena penasaran, Afrian pun memutuskan pergi ke Dufan untuk mengetahui motif sang pemilik nomor misterius itu mengirimkan pesan kepadanya.

Lima belas menit menunggu, Afrian belum juga menemukan apapun di tempat itu. Afrian memang sama sekali tidak berminat untuk turun dari mobil. Di tempat seramai ini, Afrian enggan turun walaupun sekedar untuk berkeliling. Tepat sebelum Afrian benar-benar memacu mobilnya keluar dari parkiran dufan, ponsel Afrian kembali berbunyi,

From : 082245989xxx

Liat ke arah jam dua. Skrg.

Afrian mengernyit heran, sepertinya sang pemilik nomor misterius itu mengetahui keberadaannya. Tidak ingin ambil pusing, akhirnya Afrian melihat ke arah yang ditunjukkan oleh pesan misterius itu. Benar saja, Afrian mendapati sebuah pemandangan yang begitu mengusik hatinya. Sepasang remaja seusianya tampak tertawa senang, keduanya tampak sedang bahagia, sang laki-laki sesekali terlihat mengacak rambut perempuan yang berada di sampingnya. Afrian sama sekali tidak terima, kebahagiaan itu seharusnya miliknya. Jika saja ia tidak menjadi laki-laki yang pengecut, Afrian pasti akan merebutnya saat ini juga.

Filosofi Kaktus [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang