Setiap pertemuan pasti mengandung maksud tertentu meski pada akhirnya berakhir perpisahan. Jangan menyesalinya jika kau tak suka. Semua sudah diatur, kita tak bisa tahu apa yang akan terjadi nanti atau esok hari. Yang jelas, setiap perpisahan mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
***
"Kita udahan aja, ya. Kayaknya gue sama lo nggak cocok," ujar cwok yang sedang ada di hadapanku dengan nada datar tanpa menatapku sedikit pun. Ia berdiri dengan posisi kepala yang mendongak ke atas sambil menyelipkan kedua tangan di saku celananya.
Mendengar kata-kata itu aku terkaget, darahku seakan berhenti mengalir, jantungku berdegup kencang tak karuhan, dan mataku membulat. Perlu beberapa detik untukku mencerna perkataannya itu. Aku perlahan mengatur napas agar sedikit menjadi lebih tenang. Kemudian air mata pun menetes satu persatu membuat mataku berkaca-kaca.
"Kenapa? Salah gue apa?" tanyaku dengan suara serak. Bibirku gemetaran menahan perih yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata.
Cwok itu pun menurunkan kepalanya dan menoleh ke hadapanku, tepat di manik mataku. Sepersekian detik ia menatapku dengan tatapan yang penuh amarah, kebencian dan sulit diartikan lagi.
"Kenapa? Lo tanya sama diri lo sendiri!" jawabnya ketus dengan emosi sambil menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya. Wajahnya memerah, dahinya berkerut.
Seketika itu, aku refleks menampar pipinya karena terbawa emosi.
Plak.
Ia terdiam kemudian menatapku kembali dengan mata sayu.
"Maaf," ucapnya pelan sambil menundukkan kepala.
Cowok itu lalu membalikkan badan dan pergi meninggalkanku yang masih terisak tangis. Aku hanya bisa menangis sambil menutup mulut dengan kedua tangan melihat kepergiannya di depanku. Badanku ambruk tak terkontrol dan tergeletak di lantai dengan bahu yang bergetar serta tangis yang tak bisa dibendung lagi.
Aku menyesali semuanya, termasuk mengenal dan membiarkannya masuk ke kehidupanku. Dia yang selama setahun ini menemaniku, dia yang selama ini aku cinta dan sangat aku sayang, dia yang malah pergi meninggalkan aku tanpa alasan yang jelas.
Di sinilah kisahku berawal. Hidupku yang penuh suka-duka dan misteri. Ketika aku merasakan bahagia, tapi takdir malah mempermainkan hidupku.
***
Maaf ya, ini ceritanya aku ubah judul dan alurnya. Semoga ini lebih baik dari sebelumnya. Kalau suka, jangan lupa add library and add reading list ya. Ditunggu ya vote dan komentarnya :) Makasih yang udah baca. ;)
Fyi, kalo ngerasa ngga sreg sama ceritanya, boleh tinggalkan. Jangan hanya boom votes tapi tidak dibaca, itu lebih menyakitkan seperti berstatus pasangan namun pura-pura mencintai. *eakenadeh
Kalau sudah membaca cerita ini, tolong-lah sempatkan meng-klik atau menekan tanda bintang di bagian bawah atau ketikkan pendapat dan atau pikiranmu dalam kolom komentar.
Bukan bermaksud mengemis, hanya sebagian harapan kecil dari penulis amatir seperti saya yang menunggu aliran semangat dari pembaca seperti kalian : )
Terima kasih banyak buat kalian, para pembaca yang budiman. : )
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDENA [COMPLETED]
Teen Fiction{Destiny} Manusia itu gampang berubah. Tapi berubah untuk ke lebih baik itu sulit. Hidup Dena berubah ketika bertemu dengan Brandon yang sebelumnya ia benci karena cowok itu suka ikut campur dengan masalah Dena. Tapi siapa sangka jika kebencian Dena...