Part 50

2.1K 90 53
                                        

Mulmed: Felicya Angel Christa

Hal yang paling bikin sakit hati adalah ketika sahabat lo sendiri ngambil semua yang lo punya. - Felicya angel Christa

---

"Nad," ucap Boy dengan nada rendah. Sekarang lawan bicaranya bangkit dari tidurnya untuk memposisikan badannya tegak dalam duduk dan mengambil potongan-potongan kuku yang berserakan di kasur lalu membuangnya di tempat sampah kecil di dekat meja belajar.

Nadya menoleh dan menatap mata Boy beberapa detik lalu bangkit berdiri menjauh dari cowok itu. Langkahnya pelan, tangannya bertautan di depan dada. "Aku terpaksa ngasi tahu kabar aku ke kamu karena Rafa."

"Rafa?" Boy mengerutkam kening tak mengerti.

"Iya, sepupu aku yang kebetulan beberapa hari lalu nemuin kamu di depan rumah. Waktu itu maunya dia bersihin rumah ini karena udah lama nggak aku tempatin tapi karena liat kamu, dia mastiin lagi kalo kamu itu yang pernah aku ceritain ke dia." Ada jeda, Boy mendengarkan dengan baik. "Sebenernya aku nggak mau buat ketemu kamu lagi," lanjut Nadya sambil berbalik badan menghadap Boy yang masih duduk di tepi ranjang. "Tapi karena dia, aku akhirnya nurut. Seenggaknya aku udah ngasi kabar ke kamu hari ini, kan?"

"Jadi maksud kamu...," balas Boy dengan nada menggantung.

"Jangan pikir aku nemuin kamu karena aku kangen sama kamu, aku pengen balikan sama kamu. Enggak Boy, hubungan kita udah berakhir, dan nggak bisa dilanjut lagi." Mendengar ucapan Nadya, Boy segera bangkit dan mendekati cewek itu.

"Tapi aku nggak bisa ngelupain kamu, Nad! aku cinta sama kamu!"

"Kamu bukan untuk aku, Boy. Tolong ngerti," ucap Nadya dengan suara serak. Boy lalu meraih kedua tangan Nadya.

"Plis Nad, jangan tinggalin aku dengan cara kayak gini. Aku nggak bisa."

"Kamu nggak cocok sama aku...." Nadya menunduk, nada bicaranya merendah.

"Terus cocoknya sama siapa? Kamu mau bilang aku cocoknya sama Feli? Iya?" Boy menatap cewek dengan rambut tergerai yang masih agak basah di hadapannya masih menunduk. "Nadya, tatap mata aku!"

Nadya terisak dan masih tetap menunduk. Boy menghembuskan napas pelan dan mencoba melanjutkan. "Nad, aku dulu suka sama kamu sebelum Feli nyuruh kamu buat deketin aku dan pura-pura suka sama aku. Aku udah suka sama kamu dari pertama kita kenal. Pas kita umur tujuh tahun dan pernah tetanggan dan main bareng. Aku udah suka sama kamu, Nad." Boy berhenti, lalu kedua tangannya menyentuh pipi Nadya, mencoba mengangkatnya. "Nadya, liat aku."

Perlahan bulir air mata berjatuhan membasahi pipinya. Nadya mendongak tapi matanya tak mau menatap mata cowok di hadapannya. Ia mencoba menahan tangisnya.

"Aku nggak bakal ninggalin kamu cuma karena cewek egois kayak dia! Kamu jangan mau ngorbanin perasaan kamu demi cewek nggak punya hati kayak dia!"

"STOP! DIA ITU SAHABAT AKU, BOY! JANGAN SESEKALI KAMU JELEK-JELEKIN DIA!!" Bentak Nadya dengan nada meninggi dan tangis yang terus menghujam. "Dari pada buang-buang waktu, kamu cepet pergi dari rumah aku! Aku nggak mau liat muka kamu lagi!" Nadya bersusah payah mendorong tubuh Boy keluar kamarnya, lalu menutup pintu keras-keras. Boy mengernyit dengan mata memerah. Salah satu tangannya mengepal kuat, matanya terpejam sesaat sebelum akhirnya langkah kakinya dengan cepat meninggalkan rumah itu.

---

Brandon memantul-mantulkan bola lalu matanya tajam menatap ke ring basket yang tidak jauh darinya. Di hadapannya ada Bastian yang menghadang jalannya, tapi Brandon berusaha untuk bisa lari dari jeratan tipu muslihat Bastian. Beberapa menit, Brandon berhasil menembus benteng pertahanan Bastian laku tubuhnya melompat dan melemparkan bola ke ring.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang