Part 41

2.6K 106 30
                                    

Mulmed: Felicya Angel Christa

Aku belum sepenuhnya mengenalmu, tapi aku sudah menaruh rasa percaya terhadapmu. Namun ini, kenapa kau buat seakan hatiku tercabik-cabik? - Alexandra Deviana Islan

---

Brandon berdiri lalu membantu Dena untuk ikut berdiri. Tangannya membersihkan wajah cewek itu namun tampaknya tidak berhasil. Karena semakin merasa kotor, ia mencari ide dengan tampak berpikir keras. Pandangannya melihat sebuah warung di seberang jalan. Brandon menyuruh Dena agar menunggunya karena ia akan membeli air minum di warung itu. Setelah membangunkan motor yang terjatuh dan hanya sempat meminggirkannya di tempat teduh di bawah pohon rindang, dan melepas helm kemudian ia taruh di spion, Brandon mulai menyeberang menuju warung.

Sementara Dena masih berdiri di posisinya, membuka helmnya lalu memeriksa bagian motornya yang lecet. "Ah, sial! Kalo Papa tahu, bisa gawat!" Dena memerhatikan bagian sayap motornya yang lecet serta plat depannya yang bautnya terlepas satu buah. Masih meratapi nasibnya, suara Brandon membuat cewek itu menoleh ke sumber suara.

"Lecet, ya?"

"Ah? I...iya, nih." Brandon melihat raut wajah Dena yang begitu khawatir.

Brandon membuka segel air minumnya kemudian membersihkan wajahnya. Setelah dirasa sudah bersih, ia memanggil Dena untuk mendekat dengan lambaian tangannya. Awalnya Dena mengernyit dari jarak yang terbilang hanya dua meter dari hadapan cowok itu. Ketika Brandon menyadari bahwa Dena kurang memahami maksudnya, ia pun memperjelasnya lagi. "Sini, sayang."

Ragu-ragu, Dena melangkahkan kakinya ke depan mendekati Brandon. Masih tersisa dua jengkal kaki di antara keduanya, sebelum akhirnya Brandon menarik lengan tangan Dena untuk mendekat dihadapannya sampai menghabiskan jarak di antara mereka.

Brandon menuangkan airnya ke tanah dan mulai membersihkan bagian wajah Dena yang kotor. "Pejamin mata lo dulu," perintah Brandon yang langsung dituruti oleh Dena. Kedua matanya tak menutup seperti biasa, tapi ada kerutan di keningnya, menandakan ia menutup matanya secara paksa. Dipikirannya tiba-tiba teringat saat ia memejamkan mata, cowok itu menyuruhnya karena ada bulu matanya yang rontok dan menempel di kelopak matanya. Namun ketika ia membuka kedua matanya, ia malah mendapat kecupan lembut mengenai bibirnya yang membuat jantungnya berdebar-debar tak karuhan.

Hal itu sekarang ia rasakan, takut-takut kalau kejadian waktu itu terulang lagi. Sentuhan-sentuhan dari jemari cowok itu membuatnya merinding, merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya. Kedua tangannya ia kepalkan karena menahan rasa grogi. Karena penasaran, sebelah matanya ia sengaja buka sedikit untuk melihat cowok itu. Brandon tampak serius membersihkan wajah Dena. Sampai akhirnya cowok itu menyadari bahwa Dena memerhatikannya dengan sebelah matanya yang terbuka. Brandon menghentikan aktivitasnya dan tersenyum bersamaan menghembuskan napas singkat.

"Kenapa?" Brandon menaikkan kedua alisnya menatap Dena yang tengah terkejut bahwa pandangannya tertangkap oleh Brandon. Matanya yang tadi ia buka pun ia tutup kembali.

"Nggak kenapa!" jawabnya ketus masih dengan mata terpejam.

"Ngapain lo merem terus? Muka lo udah bersih."

Kata-kata Brandon membuatnya malu sekali dan otomatis membuka kedua matanya secara perlahan. Dena mengerutkan dahi sambil melipat bibirnya dan agak menunduk untuk menutupi rasa malunya. Jalan rumah Dena ini tidak begitu ramai pada pagi hari, mengingat masih pukul tujuh pagi lewat. Karena bingung dengan tingkah cewek di hadapannya, Brandon memegang kedua bahu Dena dan memandang lekat-lekat wajah cewek itu.

"Hei, lo kenapa?" Belum juga Dena mau mengangkat kepalanya, Brandon mengangkat dagu cewek itu dengan tangannya. Begitu Dena menatap mata Brandon yang kini juga menatapnya serius, jantungnya terus berdebar cepat tak seperti biasanya. Brandon mendekatkan wajahnya ke wajah Dena. Kening cewek itu semakin berkerut kala jaraknya dengan cowok itu hanya satu jengkal tangan. Lantas Brandon menghentikan gerakan wajahnya yang mendekati Dena. "Gue seganteng itu, ya? Sampai lo speechless kayak gini?" Brandon mulai mengeluarkan kepercayaan dirinya yang disambut dorongan pelan oleh Dena.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang