Mulmed: Immanuel Christian Hito
Sepertinya hati kita sama. Sama-sama ingin bersama. Tapi gengsi yang menghalanginya. - Brandon Satya Permana
---
Brandon duduk dipinggiran tempat tidur UKS saat sisa istirahat tinggal sebentar lagi. Tidak lain dan tidak bukan karena Dena memaksa agar luka di telapak tangan cowok itu segera di obati. Cewek itu membersihkan luka Brandon dengan alkohol lalu mengoleskannya dengan obat merah. Terakhir, ditempelkannya plester luka agar tidak terkontaminasi dengan udara kotor dan cepat kering.
"Ahh...." pekik Brandon saat Dena tidak sengaja menyentuh lukanya setelah ditempelkan plester. Satu matanya ia tutupi dan satunya lagi mengintip cewek itu yang menatapnya khawatir. Setelah mata mereka bertemu, Dena memukul lengan Brandon karena cowok itu menyeringai jahil—pura-pura kesakitan.
"Tapi, gimana pun juga makasih, ya. Gue nggak bakal bisa keluar dari toilet itu kalo misalnya lo nggak dateng." Dena menunduk tanpa menatap mata cowok itu.
Brandon menyentuh dagu cewek itu dan mengangkatnya. "Nggak usah mikirin hal yang udah berlalu. Liat, gue disini dan akan selalu lindungin lo."
Dena tersenyum lebar dan mencubit perut cowok itu. Brandon lagi-lagi memekik kesakitan, tapi kemudian tertawa lepas bersama Dena.
"Tapi semua ini nggak gratis lo," ucap Brandon sambil memandangi dinding lalu melirik Dena. Cewek itu mengernyit, mencoba mencerna maksud kata-kata Brandon.
"Trus, gue harus bayar kebaikan lo pake apa?" tanya Dena dengan menaikkan kedua alis.
"Pake ini." Brandon menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk sambil terus menatap serius Dena.
Dena terdiam, matanya membulat. Karena respons cewek itu, Brandon turun dari tempat tidur dan menutup tirai biru yang ada di sekitaran kasur tersebut, yang memang UKS jam segini terbilang sepi.
Dena memandang apa yang dilakukan Brandon, perasaannya mulai risau, jantungnya berdetak sangat kencang, tangannya meremas rok abu nya untuk tidak gugup. Perlahan, Brandon mendekati Dena dari jarak radius satu meter dengan langkah perlahan. Dena terus melangkah mundur sampai punggungnya menyentuh dinding. Brandon menahan tawanya dengan tersenyum miring, lalu jaraknya sudah sangat dekat dan salah satu tangan cowok itu menyentuh dinding agar Dena merasa terkurung. Cewek itu tetap membuka matanya saat Brandon mendekatkan wajahnya pada wajah Dena, hampir saja bibir mereka bersentuhan, Dena menghindar dengan mendahului mencium pipi kanan Brandon dengan sekali kecupan. Cowok itu langsung terdiam kaget dengan respons yang dilakukan cewek itu. Tepat lima detik setelah Dena mencium pipi Brandon, ia spontan mengambil jalan untuk keluar dari UKS dan meninggalkan Brandon sendirian terpaku seperti patung. Ia mendegus bersamaan senyum miringnya sambil memegangi pipi yang menjadi target cewek itu. Tak disadari, jantungnya berdegup kencang setelah mendapat kecupan langsung dari Dena. Brandon masih tertawa sendiri dengan masih menyenderkan beban tubuhnya dari satu tangannya di dinding.
---
Dena berlarian memasuki kelas dan duduk di bangkunya. Di kelasnya sudah banyak teman-teman yang duduk di bangkunya masing-masing, siap menerima pelajaran kedua. Feli dan Cilla memandang Dena dengan heran, cewek itu terdiam dengan tersenyum sendiri dan beberapa kali menutup kedua matanya. Tangannya menyentuh bibirnya dari tadi, tapi karena bel masuk kelas baru saja berdering, Feli dan Cilla yang ingin memergoki temannya itu tidak jadi saat guru mulai memasuki kelas.
---
Malam yang terasa dingin, dengan langit mendung tanpa bintang. Hito berada di teras rumah Feli sedang duduk di sisi memandang langit. Cowok itu ke rumah Feli atas suruhan cewek itu sendiri. Entah kenapa ia hanya ingin ditemani Hito malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDENA [COMPLETED]
Teen Fiction{Destiny} Manusia itu gampang berubah. Tapi berubah untuk ke lebih baik itu sulit. Hidup Dena berubah ketika bertemu dengan Brandon yang sebelumnya ia benci karena cowok itu suka ikut campur dengan masalah Dena. Tapi siapa sangka jika kebencian Dena...