Mulmed: Steve Boy Hilton
Biarkan aku tahu kabarmu. Setidaknya aku tahu kalau kamu baik-baik saja di sana. - Steve Boy Hilton.
---Hito meneguk ludahnya, matanya mengerjap beberapa kali dan memandang ke lain arah. Kini mulutnya mulai setengah terbuka, mencoba berpikir kata-kata apa yang tepat yang akan ia ucapkan.
"Aaa...iya! September Mob!"
"Emang ada, ya, September Mob?" Feli terkekeh geli dengan menautkan alisnya.
"Ada, kok."
"Siapa bilang?"
"Gue tadi."
Lantas gelak tawa mengisi suasana yang sempat sunyi tadi. Feli menepuk-nepuk paha Hito dengan tawanya. "Lo ada-ada aja, sih."
Ternyata lo gak peka'an. Untung cantik. Batin Hito.
Hito hanya ikut cengar-cengir tak karuhan dengan ekspresi datarnya, padahal maksudnya tadi adalah serius tapi malah dianggap bercanda oleh cewek itu. Benar-benar Hito yang tabah.
---
Bel tanda istirahat pertama sudah berbunyi sejak sepuluh menit tadi, Dena kembali dari kantin bersama Cilla, mengingat Feli tidak berniat ke kantin karena ingin mengembalikan buku dan meminjam buku baru lagi.
"Cill, anterin gue ke kelas X IPA 2, ya?"
"Ngapain? Malu ih,"
"Bentar aja, please...."
Cilla menghembuskan napas singkat, kemudian mengiyakan permintaan temannya itu. Mereka pun berjalan menaiki anak tangga menuju kelas X IPA 2.
Sesampainya di depan pintu, Dena menengok-nengok ke dalam tapi hanya beberapa murid saja yang ada. Wajah Dena berubah seketika. Bibirnya ia kerucutkan karena orang yang dicarinya tidak ada.
"Nyari bebep lo? Dianya nggak ada?" tanya Cilla.
Dena hanya mengangguk, masih memasang wajah cemberut. Mereka berjalan beriringan sampai menuruni anak tangga.
Sampai akhirnya langkah mereka terhenti saat Hito dan Boy menghalang jalan. Hito mengernyit dengan senyum mesumnya, sementara Boy hanya tersenyum samar.
"Lo nyari Brandon, ya?" goda Hito.
"Ah? I--iya. Lo tahu dia dimana?" Dena menyembunyikan rasa gengsinya.
"Tadi sih katanya nggak ikut ke kantin karena males. Emang di kelas nggak ada, ya?" Hito menengok ke dalam kelas yang ternyata tak ada sosok temannya itu. "Nggak tahu sekarang kemana." Hito menaikkan bahu.
"Ke toilet kali tu anak," tebak Boy asal.
"Oh. Ya udah, gue balik, ya." Dena dan Cilla membalikkan badan meninggalkan Boy dan Hito.
"Eh, mau kemana?"
"Mau nyari Feli di perpus."
"Gue ikut!" sahut Hito dengan ekspresi sumringah.
---
Karena Cilla memilih untuk kembali ke kelas, Hito dan Dena berjalan beriringan menuju perpustakaan sekolah yang letaknya di bawah dekat lapangan upacara, berada di ujung lapangan.
Walaupun baru pertama kali mengobrol dengan Hito, tapi Dena sudah merasa dekat dengan cowok itu. Selain mudah bergaul, cowok itu juga humoris. Melihat wajahnya saja, Dena rasanya ingin tertawa.
"Lo tahu nggak sih, ide Brandon pas nyuruh gue sama Boy buat bantu dia ngerencanain biar lo panik dan mau ke rumah dia? Gila banget! Lebih gila dari orang yang mau gantung diri di pohon tomat! Nggak masuk akal. Antara otak dia lagi kesemsem sama lo atau otak dia udah konslet gara-gara lo." Dena mulai tertawa lagi mendengar penuturan cowok itu sambil memerhatikan ekspresinya yang konyol. "Awalnya gue sama Boy nggak yakin ide itu bakal berhasil. Tapi tahunya...lo khawatir banget dan malah keceplosan nerima cinta dia. Hahaha...niat gue sama Boy pengen nyeburin dia di kolam ikan pun akhirnya sirna karena lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDENA [COMPLETED]
Teen Fiction{Destiny} Manusia itu gampang berubah. Tapi berubah untuk ke lebih baik itu sulit. Hidup Dena berubah ketika bertemu dengan Brandon yang sebelumnya ia benci karena cowok itu suka ikut campur dengan masalah Dena. Tapi siapa sangka jika kebencian Dena...