Part 6

6K 255 58
                                    

Mulmed: Bank Thiti berperan sebagai Steve Boy Hilton

Hari ini aku melihatmu lagi. Dan hari ini juga, aku merasakannya lagi. Rasa yang belum dirasa sebelumnya. Rasa yang buatku ingin bertemu denganmu lagi. -Immanuel Christian Hito

Author POV

Sinar mentari menyinari Kota Surabaya, merasuk ke dalam celah jendela sudut kamar Hito di lantai atas. Gordennya masih terbuka setengah, berhubung tadi Mama nya membukanya tapi tak berhasil membangunkan anaknya itu dengan temannya, Brandon. Ya, Brandon menginap di rumah Hito karena bosan berada di rumah mendengar ceramah Papanya. Selain itu dia juga merasa kesepian karena ia merupakan anak tunggal.

Jam dinding berdetak menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh, tapi dua laki-laki itu belum juga membuka matanya. Mungkin karena semalam mereka asik begadang bermain playstation sambil mengobrol-didampingi snack ringan dan soft drink.

Dug dug dug dug!

Suara pintu kamar Hito terdengar diketuk dari luar beberapa kali, tapi tidak direspon juga. Maka si peng-ketuk pintu pun memasuki kamar tanpa menunggu balasan dari pemilik kamar.

"HITO BANGUN!!" teriak seorang perempuan paruh baya sedang mengguncang bahu anaknya. Yang dibangunkan pun hanya mendesah dan malah membalikkan badannya malas. Brandon yang tidur di sebelah Hito-dekat jendela, masih molor dengan selimut yang menutup semua bagian tubuhnya. Karena kesal, perempuan paruh baya itu pun membuka gorden secara keseluruhan dan mengomel-ngomel sendiri.

"Anak malas, ya! Kalo dibiarin ya malah ngelunjak! Hito Hito..."

Medina-Mama Hito pun sekali lagi membangunkan anaknya dengan mencubit kecil bagian lengannya. Hito mengerang kesakitan lalu langsung terlonjak bangun.

"ADUH AMPUN MA!"

Medina menyeringai melihat anaknya terlonjak kaget dan langsung dalam posisi duduk. Ia melotot kemudian memberitahu anaknya itu untuk melihat jam dinding yang terpasang di hadapannya sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh menit.

"Kamu nggak sekolah? Lihat tuh udah jam berapa! Bangunin tuh Brandon juga, trus kamu cepet mandi. Sarapan udah siap. Mama tunggu di bawah."

Mendengar semua penjelasan Mamanya itu, mata Hito membulat melihat jarum jam yang terpampang di dinding. Ia langsung bergegas membangunkan Brandon dengan membuka selimut yang ia kenakan.

"BANGUN WOI! KITA TELAT NIH!" Teriakan Hito tadi lumayan keras untuk terdengar di ruangan kamarnya yang berukuran 5x6 meter itu. Namun, Brandon masih asik dengan dunia mimpinya, teriakan Hito malah tak digubrisnya dan tetap masih memejamkan matanya.

Hito bergegas menuju kamar mandi yang ada di kamar tidurnya.

Tak lama, ia sudah memakai seragam sekolah yaitu baju batik dan celana abu-abu. Masih dilihatnya temannya itu belum bangun juga, maka ia mengambil sesuatu untuk membangunkan Brandon yang dirasa akan berhasil.

Dan..
Byuurr..

Seperempat air disiramkannya ke wajah Brandon yang membuat laki-laki itu terbangun dengan ekspresi kagetnya.

"Tai lu!" ucapnya yang kemudian membuka mata dengan posisi duduk sambil mengelap mukanya dengan tangan.

Brandon bangun dari tidurnya, berjalan gontai ke kamar mandi setelah mengambil handuknya dari tas miliknya.

"Cepetan, ya! Jangan pake lama! Gue tunggu di bawah!" Hito yang sudah selesai memakai sepatu pun agak berteriak ke arah kamar mandi karena temannya itu sedang gelagapan untuk mandi secepat mungkin. Ia pun melangkah menuruni anak tangga dengan suara gaduh.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang