Part 46

2.5K 96 64
                                    

Mulmed: Revano Jacob Islan

Hal yang membuatmu penasaran akan terus menari-nari di kepalamu sebelum kau bisa memecahkan rasa penasaranmu itu.

---

Setelah acara tiup lilin hingga potong kue, kini Dena dan Brandon duduk berdua di balkon lantai dasar sedang memandangi langit malam yang tampak mendung sambil menikmati sepotong kue mereka di wadah plastik dengan garpu kecil. Mengingat kejadian tadi, Dena tidak berhenti mencubit lengan cowok itu karena kegemasannya. Bagaimana tidak? karena Brandon, Dena menjadi galau seharian dan cowok itu juga yang membuat rencana yang tidak diduga Dena. Berawal dari pertemuan mereka di pantai saat itu, Brandon iseng melihat-lihat isi dompet Dena dan mendapati kartu pelajar yang membuat Brandon memerhatikan foto Dena yang begitu lucu. tetapi, entah kenapa matanya tertarik memerhatikan tanggal lahir cewek itu yang jatuh pada tanggal 17 september yaitu dua hari lagi. Saat itulah Brandon menyusun strateginya. Strategi yang bisa dibilang agak gila.

"Lo tuh udah gila tahu nggak?" ucap Dena dengan kalimat yang sama seperti sebelumnya. Brandon menyengir dan timbul tawa lagi ketika cewek itu berhasil mencubit lengan tangannya.

"Udah tiga kali lo ngomong kalimat yang sama. Capek kuping gue dengernya," balas Brandon sambil mengaduk-aduk kuenya, tapi tidak menoleh ke lawan bicara, matanya fokus memandang hamparan langit yang tampak hitam kelabu.

"Biarin! Habisnya gue nggak habis pikir, tahu nggak? Bisa-bisanya elo--"

"Karena lo tuh bego," sambung Brandon memotong perkataan Dena.

"Ih...lo ngatain gue apa?"

"Engga!" sergah Brandon cepat. Matanya melirik Dena yang ada di samping kirinya dengan kedua mata yang melebar. Cowok itu menahan senyumnya dan mulai berdiri untuk menghindari pukulan dari cewek tersebut.

"Eh! Jangan lari!" teriak Dena yang ikut berdiri mengejar kepergian Brandon.

Brandon mencolek kuenya dan menoelkannya ke pipi Dena yang menimbulkan reaksi kesal campur tawa oleh cewek itu. Dena tidak bisa tinggal diam membiarkan perlakuan Brandon terhadapnya, maka ia juga mencolek kuenya dan mengejar Brandon hingga dapat.

Dilain tempat, Bastian memerhatikan kebersamaan mereka yang tampak hangat dari balik jendela. Ia mengernyit sambil menjejalkan kedua tangannya di saku celana pendeknya. Terlalu terhanyut akan kebersamaan Brandon dan Dena, Bastian hampir tidak sadar seseorang merangkulnya dari belakang.

"Ngapain lo di sini? Nggak gabung sama temen-temen Brandon?" sapa Vano menatap ekspresi wajah Bastian yang melamun. Karena tidak ada respon dari cowok itu, Vano menatap arah pandang cowok yang dirangkulnya itu. "Ehem," Vano memecah keheningan, membuat Bastian mengerjap beberapa kali lalu menolehkan kepalanya ke arah Vano.

"Lo sejak kapan di sini?" Satu pertanyaan Bastian lontarkan ke Vano, membuat yang dilempari pertanyaan malah terkekeh geli.

"Kenapa ketawa?"

"Gue dari tadi ada di sini, dan lo baru sadar?" Vano menoyor kepala Bastian yang hanya bisa diam saja.

"Nggak usah cemburu lihat mereka. Entar gue cariin cewek yang lebih cantik dari Adik gue!" sambung Vano. "Yang lebih hot...." Kata-kata terakhir Vano terdengar jelas di telinga Bastian karena Vano mengucapkannya di dekat telinga cowok itu dengan pelan dan setengah berbisik.

"Apaan, dah lo...." Bastian memutar bola mata lalu bersedekap dengan pernyataan konyol temannya itu. Bibirnya tersenyum dengan pandangan masih tertuju pada Dena dan Brandon yang masih tertawa tak henti-hentinya.

"Tapi kalo gue lihat-lihat mereka serasi gitu, ya? Gue sih enggak tahu mereka bakal bisa sama-sama terus sampai nanti, tapi ya...mungkin aja mereka jodoh."

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang