Mulmed: Alexandra Deviana Islan.
Apa yang kau inginkan tidak akan mudah tercapai tanpa adanya perjuangan dan pantang menyerah.
---"Makasih ya, Nad." Feli memeluk tubuh Nad lagi, tapi cewek itu hanya terdiam tanpa membalas pelukan sahabatnya. Ia masih terpaku dan pandangannya kosong. Matanya mulai berkaca-kaca lalu Feli melepas pelukannya sambil tersenyum dan menatap wajah Nad yang pucat pasi.
"Lo kenapa, Nad? Muka lo pucet banget." Feli menyentuh dahi cewek itu karena kawatir akan keadannya.
"Nggak kenapa, kok. Gue cuma kecapean aja." Nad seperti memaksa tersenyum menatap Feli yang mengernyitkan dahinya.
"Badan lo anget. Ya udah lo istirahat aja. Kapan-kapan aja ceritanya kalo lo udah baikan." Feli melirik jam dinding yang terpasang di atas TV, dan ekspresinya cepat berubah karena ia teringat sesuatu.
"Ya ampun, gue lupa sesuatu!" pekiknya seraya mengambil ponsel dari dalam tasnya. "Gue pamit pergi dulu, ya, Nad. Lo jaga kesehatan. Kalo ada apa-apa lo hubungin gue, oke?"
Nad yang tak tahu apa-apa, hanya bisa tersenyum tipis dan membiarkan Feli pergi dari rumahnya. Ia sendirian lagi. Di rumah besar milik orangtuanya. Kali ini ia hanya ingin tertidur sendiri di sudut kamar, memandangi langit-langit, menyelimuti seluruh tubuhnya dan beberapa saatnya ia akan tertidur pulas.
---
Hito: feli.... Lo udah siap?
Hito: lo nggak lupa kan malem ini?
Hito: lo sibuk ya?
Hito: fel... Lo nggak ngecek hp ya?Begitulah kiranya pesan line dari Hito kepada Feli. Feli menatap layar ponselnya dan bergegas memasukkannya ke dalam tas, kemudian dengan cepat mengenakan helm dan mengendarai motornya menuju tempat yang harusnya ia datangi satu jam lalu.
---
Perempuan yang berusia sekitar dua puluhan itu berulang kali mendatangi meja Hito menanyakan hal yang sama: "Maaf dik, mau pesan apa?" dan Hito pun tak bosan-bosannya menjawab kalimat yang sama: "Emm, sebentar aja, mbak. Saya lagi nunggu seseorang."Cowok itu mendengus untuk ke sekian kalinya. Lehernya menunduk ke bawah dengan kedua tangan yang ia pakai sebagai tumpuan pada dagunya. Beberapa detik berlalu, Hito mengangkat kepalanya dan berdiri dari duduknya. Langkahnya pelan—kembali menuju parkiran dan bermaksud untuk pulang. Menyerah dengan keadaan.
Selang beberapa menit, Feli sampai di restoran tempat Hito tadi. Napasnya terengah-engah memandang ke sekitar ruangan yang lumayan ramai tapi tidak ada satupun tanda Hito ada disana. Maka, cewek itu merogoh ponselnya untuk menelfon cowok itu.
"Hallo? Lo dimana? Sori ya, gue telat. Tadi gue ada urusan."
"Gue di rumah. Nggak apa, kok. Gue belum sempet kesana juga. Nunggu balesan lo."
"Yang bener, To? Gue bener-bener minta maaf, ya. Lain kali deh gue ajak lo jalan-jalan. Nggak kenapa, ya nggak malem ini? Gue udah di sms nyokap buat pulang."
"Iya, nggak kenapa, kok. Santai aja, Fel."
"Ya udah, gue pulang dulu, ya."
Feli memutuskan sambungan telefonnya dan kembali mengendarai motornya untuk menuju rumah.
---
Hito meletakkan handphone nya di atas nakas. Direbahkannya tubuhnya ke kasurnya yang empuk. Malam ini mood nya benar-benar tidak baik. Mungkin karena cowok itu merasa terlalu menunggu sesuatu yang tak pasti. Matanya terpejam beberapa saat. Setelah membukanya lagi, ia mengacak-acak rambutnya dan memindahkan posisi tidurnya, merengkuk ke sisi kanan, memeluk bantal gulingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDENA [COMPLETED]
Novela Juvenil{Destiny} Manusia itu gampang berubah. Tapi berubah untuk ke lebih baik itu sulit. Hidup Dena berubah ketika bertemu dengan Brandon yang sebelumnya ia benci karena cowok itu suka ikut campur dengan masalah Dena. Tapi siapa sangka jika kebencian Dena...