Part 35

2.4K 118 45
                                    

Mulmed: MV ST12 - jangan pernah berubah

Cintaku padamu begitu besar, namun kau tak pernah bisa merasakan. Meski sakit hati ini kau tinggalkam, ku ikhlas tuk bertahan. - Steve Boy Hilton

---

Dena memasukkan pakaiannya ke dalam mesin cuci. Sudah dua minggu ini dia belum mencuci pakaiannya yang kotor yang sudah menumpuk di kamarnya. Saat sedang membereskan baju-baju yang tergantung di kastock, ia teringat sesuatu kalau kemeja putih sekolah milik Brandon belum ia kembalikan. Segera cewek itu mengambil kemeja itu dan membawanya ke bawah untuk dicuci juga.

Vano menghampiri Adiknya yang sedang membawa keranjang berisi tumpukan pakaian kotor. Ia mengikuti langkah cewek itu sampai ke ruangan tenpat mesin cuci yang ada di dekat kamar mandi bawah.

Begitu sampai, ia memasukkan pakaian-pakaiamnya ke dalam mesin cuci, dan menyisahkan satu baju, yaitu milik cowok itu. Baju itu digenggam erat sambil tersenyum-senyum.

Tak berapa lama, terdengar suara derapan langkah seseorang dari belakang. Dena terkesiap dan menoleh ke sumber suara.

"Ngapain?" tanya Dena tanpa melihat Vano yang terus berjalan menghampirinya.

"Nggak sih. Pengen aja ikutin lo," jawab Vano yang sudah ada di samping Dena. Cewek itu masih terdiam menggenggam baju tadi dengan pandangan lurus ke depan. Karena penasaran, Vano merampas baju itu dari tangan Dena.

Dena setengah menganga lalu sontak merespons, "Kak, balikin bajunya!" Vano menyipitkan matanya makin penasaran dengan tingkah Adiknya itu.

"Lagian lo kenapa sih, tadi gue perhatiin senyam senyum ngeliatin nih baju." Vano mulai melihat-lihat baju apa yang ia pegang dan mengibaskannya lalu membolak balikkannya. Terdapat bedge nama disana.

"Brandon Satya Permana?" Vano melirik Dena yang menggigit bagian bawah bibirnya menatap mata Kakaknya. "Oohh...si Brandong itu? Kok baju dia bisa sama lo?" tanya Vano lagi.

Dena merebut baju itu dari pegangan Vano dan memasukkannya ke dalam mesin cuci. "Bukan urusan lo." Cewek itu memeletkan lidahnya yang membuat Vano gemas dan mengacak-acak rambut Dena. Cewek itu menjerit sambil tertawa dibuatnya. Laku Vano mengalungkan tangannya pada leher Dena, dengan menenggelamkan kepalanya di bahu cewek itu.

"Adik gue satu-satunya yang paling imut kayak marmut. Jangan pernah tinggalin gue, ya."

"Apaan sih, Kak? Lo lagi kesambet apa?" Tawa pun pecah di ruangan itu. Tanpa mereka tahu, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari jauh dengan senyum merekah dibibirnya.

---

Nadya membaca beratus-ratus pesan di Line nya dari Boy, dan berpuluh-puluh panggilan yang tidak ia jawab. Cewek itu menekuk kakinya di atas tempat tidur dan matanya berkaca-kaca membaca pesan-pesan cowok itu. Ia tidak menyangka hubungannya harus berakhir seperti ini. Padahal dalam hatinya, ia masih mencintai Boy. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam lewat lima belas menit. Nadya meletakkan kembali handphone nya di atas nakas dekat tempat tidur setelah air matanya sukses jatuh membasahi pipi. Ia mengusapnya dan beberapa menitnya, terdengar notifikasi Line dari handphone nya. Cewek itu menoleh, lalu mengambil benda canggih itu. Matanya terkaget melihat pesan dari Boy.

Boy: Nad, aku ada di rmh km.

Nadya segera membuka tirai jendela kamarnya dan benar saja Boy berdiri disana dengan menatap Nadya dari bawah. Kembali ia tutup tirai itu karena tidak ingin menemui cowok itu, mengingat janjinya dengan Feli.

"Nadya! Aku masih sayang sama kamu! aku masih cinta sama kamu! Please, jangan tinggalin aku dengan alasan yang nggak aku tahu!" teriak Boy agar Nadya mau turun untuk menemuinya.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang