Part 38

2.4K 133 44
                                        

Mulmed: Alexandra Deviana Islan

Kamu terlalu mudah untuk dicintai. Cukup saat aku melihat senyum indah di bibir dan matamu. - Brandon Satya Permana
---

"Boy! Si Hito masuk ruang BK!" seru Brandon begitu kembali ke kelas untuk memberitahukan hal itu pada Boy. Cowok itu yang semula duduk tenang sambil memainkan handphone berubah membulatkan matanya dan beranjak berdiri—menyusul kepergian Brandon yang mengisyaratkan Boy untuk mengikutinya.

"Kenapa bisa?" tanya Boy setelah menyamakan langkahnya dengan Brandon. Terlihat raut wajah bingung sekaligus khawatir dengan temannya itu.

"Gue denger tadi dia mukul anak kelas XII IPS. Nggak tahu kenapa."

Boy kembali meluruskan pandangannya. Otaknya mulai berpikir kemungkinan-kemungkinan mengapa Hito bisa berbuat nekat seperti itu. Padahal, temannya itu tidak akan berbuat seperti itu jika tidak ada hal yang memancing emosinya.

Begitu mereka sampai di depan ruang BK, Brandon mengintip di jendela untuk melihat Hito. Sedangkan Boy menghentikan langkahnya di depan cewek yang duduk di kursi kayu panjang di depan pintu ruang BK.

"Feli?" Boy menaikkan satu alisnya menatap cewek itu yang spontan mengangkat kepalanya semenjak sejak tadi menunduk dan terlihat gelisah.

"Boy...."

Boy ingin menanyakan ada apa dengan kehadiran Feli disini, tapi Brandon melangkah mundur ketika ada seseorang yang keluar dan membuka pintu dari dalam ruang BK. Seorang laki-laki tinggi dengan bedge kelas XII IPS 3 berhenti sebentar menatap nanar Feli yang saat itu juga berdiri tapi memandang cowok itu dengan kebencian. Sudut bibirnya masih ada bekas luka akibat pukulan keras yang dibuat Hito. Boy memerhatikan arah pandangan Feli ke cowok itu. Lalu cowok itu melirik tajam ke arah Brandon dan Boy, sebelum akhirnya lenyap dari keberadaannya tadi.

Semenit kemudian datanglah Hito dengan menyisakan memar di bawah matanya. Feli menghampiri Hito dengan rasa bersalah.

"To, maafin gue, ya. Gara-gara gue, lo jadi kayak gini." Feli hampir saja menangis melihat keadaan Hito seperti itu. Hito tersenyum tipis, berusaha menenangkan Feli agar tidak khawatir kepadanya.

"Gue nggak pa-pa, Fel. Tangan lo nggak kenapa?" tanya Hito balik.

"To! Gue nggak kenapa! Lo yang kenapa-kenapa! Jangan buat gue semakin tambah ngerasa bersalah!" Hito malah menundukkan kepalanya dan tersenyum miring.

"Lo diapain barusan sama guru BP?" tanya Brandon yang mulai mendekati Hito.

"Nggak kenapa. Cuma dikasi nasihat aja." Hito mengangkat kepalanya, menyunggingkan senyum khas nya.

Sementara Boy masih terdiam di pijakannya, memandang ketiga temannya yang tepat di depannya. Ia menghembuskan napas panjang, lega karena Hito tidak mendapat hukuman dari apa yang ia perbuat.

Waktu menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas, UTS sudah dimulai sejak lima menit tadi. Feli sedang mengompres luka memar di bawah mata Hito dengan kapas yang berisi alkohol. Sudah berkali-kali Hito menyarankan agar cewek itu segera kembali ke kelas untuk mengikuti UTS, tapi Feli keras kepala untuk tetap ingin mengobati luka cowok itu. Padahal, Hito bisa mengobati lukanya sendiri.

"Ah...." Hito meringis, memejamkan matanya, "Fel, lo seharusnya balik aja ke kelas. Gue bisa ngobatin luka gue sendiri, kok." Untuk ke sekian kalinya Hito mengucapkan kalimat yang sama, tapi tak membuat Feli bosan dan pergi dari hadapan Hito.

"Jangan cerewet, deh! Bentar lagi kok!" Feli mengobati luka Hito secara perlahan dengan obat merah dan meniupinya pelan. "Nah, selesai! Yuk balik ke kelas!" ajak Feli dengan senyum manisnya.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang