Mulmed: Felicya Angel Christa
Ketika saatnya janji harus ditepati bagaimana pun kondisimu.
---Dengan raut wajah yang kecewa, mereka berbalik arah karena warung tersebut sudah tutup. "Yah, gimana dong?" tanya Dena dengan nampak berpikir sambil menggaruk kepalanya yang yang gatal. Sedangkan Brandon masih memegangi perutnya yang terasa lapar.
"Ya udah, nggak apa-apa, deh. Nanti gue bisa ke rumah Hito atau Boy." Brandon pasrah dengan situasi, tapi tetap berjalan dengan tenang. Ia tak tahu bahwa Dena memperhatikannya sedari tadi di sampingnya.
"Engga bisa gitu, dong. Lo belum siap ya untuk balik ke rumah? Mama Papa lo pasti khawatir sama lo." Cewek itu menepuk bahu Brandon lalu menghentikan langkah yang membuat cowok itu ikut berhenti melangkah. Dena mendapat balasan tatapan dari Brandon. Begitu nyaman. Sampai akhirnya cowok itu memalingkan pandangannya ke lain arah dan segera menjawab, "Untuk saat ini gue belum siap, Den."
"Ah! Gimana kalo lo sementara tinggal di rumah gue?"
Brandon menoleh ke arah Dena yang memasang ekspresi sumringahnya dengan mata berbinar dan anggukan kepalanya yang mengisyaratkan agar Brandon mau dengan ajakannya. "Gila lo! Gue nggak mau kena tatapan curiga orangtua lo, gue juga males ketemu Kakak lo yang serem itu."
Mereka melanjutkan langkahnya tetap berjalan kecil memasuki wilayah gereja tadi, karena motor Brandon yang masih terparkir disana. Mendengar jawaban temannya itu, Dena tertawa cekikikan. Brandon tak mengerti entah apa yang cewek itu tertawakan dari dirinya.
"Kok malah ketawa?"
"Jadi lo takut sama Kakak gue gitu? Santai aja kali, dia nggak akan marah kalo kayak gini keadaannya. Papa gue belum pulang, kalo Mama mungkin ada. Tapi bereslah itu bisa diatur."
"Siapa juga yang takut...."
"Ya udah ayok. Lo bawa motor, kan? Sekalian sini ke rumah gue, deket kok dari sini."
"Iya iya. Gue tahu." Brandon menaiki motornya dan membobceng cewek itu sampai ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Dena membuka pintu rumah dengan pelan, Brandon mengikuti dari belakang. Keadaan masih dengan ruangan yang gelap karena lampu belum dinyalakan. Saat Dena berjalan ke arah TV untuk menghidupkan lampu, Brandon masih diam berdiri di depan pintu yang sudah tertutup. Begitu lampu menyala, timbul teriakan yang mengagetkan Dena.
"HAAA!!!!"
Teriakan secara bersamaan yang membuat ruangan menjadi bergema akibat teriakan tadi. Ternyata, Brandon kaget dengan seseorang yang berdiri tepat di depannya tanpa suara sedikit pun. Siapa lagi kalau bukan Vano. Vano pun juga demikian kagetnya dengan Brandon yang ada di depannya. Sepertinya, sudah dari tadi Vano diam disana untuk mengetahui Dena pulang dengan siapa.
"Anying! Lo siapa, sih? Masuk ke rumah orang sembarangan!" bentak Vano kepada Brandon yang kini menunduk.
Dena tertawa lepas mendengar respon mereka, lalu ia mendekati keduanya untuk menjelaskan semuanya.
"HAH? Ngasi ijin si cowok aneh ini nginep di rumah kita?!" Vano kaget dengan permintaan aneh adiknya itu. Matanya melotot menatap wajah Brandon yang masih tertunduk tak berani melihat tatapan Vano. Tangannya ia lipat di dada setelah Dena memohon sekali lagi untuk meyakinkan Vano jika Brandon hanya tinggal sementara dan tidak akan berbuat yang macam-macam.
"Dena mohon, Kak. Kasi ijin dia tinggal disini, ya? Ngertiin lah kondisi dia sekarang...."
"Aahh... Ya udah, ya udah! Dia boleh tinggal disini tapi cuma sampe besok! Kalo Mama tahu, bisa-bisa tambah masalah lagi!" Vano melempart pandangan kesalnya ke Dena yang mulai tersenyum senang karena ijin dari Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDENA [COMPLETED]
Teen Fiction{Destiny} Manusia itu gampang berubah. Tapi berubah untuk ke lebih baik itu sulit. Hidup Dena berubah ketika bertemu dengan Brandon yang sebelumnya ia benci karena cowok itu suka ikut campur dengan masalah Dena. Tapi siapa sangka jika kebencian Dena...