Part 26

3K 134 89
                                    

Mulmed: Nichaphat sebagai Nadyana Prisca

Saat kau terjebak dalam sandiwaramu yang kau mainkan, kau akan merasakan hidup ini begitu mengerikan.
---

Brandon sudah kembali ke rumah Boy sejak lima belas menit lalu. Ia dan Hito malam ini akan menginap lagi di rumah Boy. Dua temannya masih asik bermain playstation di kamar Boy sebelum akhirnya Brandon mendekati mereka dan duduk sambil melipat kakinya.

"Gimana tadi? Lo udah ngasi kode ke dia?" tanya Boy tanpa memalingkan pandangannya dari layar TV.

"Udah." Brandon menjawab singkat sambil memegangi bibirnya sedari tadi. Ia masih memikirkan hal apa yang sudah ia lakukan tadi di teras rumah Dena.

"Trus, dia peka nggak?" tanya Hito yang masih serius memainkan stick nya dan menatap layar TV.

"Dia...menikmatinya, tapi setelah itu gue ditampar."

"Hah? Lo ngomong apa sih?" Boy semakin bingung dengan ucapan Brandon. Ia mematikan game nya dan membuat Hito yang sejak tadi serius menatap layar TV menjadi melongo dan memekik kesal.

"Emang lo apain dia?" Hito ikut bertanya, sok kepo.

"Gue cium dia." Brandon terkekeh, memperlihatkan giginya yang putih.

"HAH!?" respons Boy dan Hito bersamaan. Mereka tak menyangka Brandon akan berbuat sejauh itu. Tapi harapan Brandon tak sesuai ekspektasi, malam itu, belum ada satu menit, Dena mendorong tubuh Brandon menjauh darinya. Dengan ekspresi yang kaget dan mata yang terbelalak, saat itu Dena refleks menampar pipi Brandon kala cowok itu menyentuh tangannya untuk meminta maaf tapi sialnya ia malah kena tamparan yang mengenai pipi kanannya.

---

Dena sudah ada di kamarnya dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut sampai penuh. Jari-jari tangannya memegangi bibirnya dan mengingat kejadian tadi di teras. "Ahh!! Barusan itu apa? Gue mimpi kali ya?" Cewek itu bangun dari tidurnya dan mengomel sendiri, karena tidak percaya hal tadi, ia mencubit lengannya dan dirasa sakit. "Aw! Oke...ini bukan mimpi," ucapnya dan matanya membelalak lalu ia menutup tubuhnya lagi dengan selimut. "Enggak mungkin!"

"First kiss gue sama cowok itu?"

---

"Pa, Vano mencurigaiku...bagaimana ini?" ucap Clara kepada suaminya yang ada dihadapannya, perempuan itu merapikan dasi Raka, sebelum ia pergi bekerja.

Raka menatap Clara setelah sejak tadi ia sibuk dengan ponselnya. Clara terdiam setelah selesai merapikan dasi dan baju Raka. "Bersikap biasa saja. Waktunya belum tepat, aku takut kalau anak-anak nggak bisa menerimanya." Raka membalikkan badannya mengambil arloji di nakas dekat tempat tidurnya, dan mengenakannya, lalu mengambil tas jinjing di atas lemari.

"Baiklah, Pa. Aku harap semua akan baik-baik saja sebelum tiba waktunya." Clara masih berdiri di belakang Raka yang sudah bergegas meninggalkan kamar.

---

Dena and the genk's berjalan bersama menuju kantin. Feli dengan novel di tangannya, Cilla memainkan ponselnya, dan Dena masih terlihat memikirkan kejadian semalam. Sampai-sampai cewek itu tidak memerhatikan jalanan di depannya. Ia menununduk dan langkah kakinya terhenti saat ada sepasang kaki berdiri di depannya. Feli dan Cilla ikut berhenti kala menatap cowok yang mengalihkan perhatian mereka.

Kepala Dena mendongak dan mendapati Bastian yang ada di hadapannya sedang mengunyah permen karet sambil tersenyum genit ke arah Dena. Dena menaikkan satu alisnya. "Bas? Ada apa?"

Cowok itu tidak menjawab dan malah menggeret lengan Dena. Feli dan Cilla yang melihat kejadian itu hanya bisa menganga penasaran siapa cowok itu yang berani menggandeng tangan Dena. "Bas, apaan, sih? Tangan lo..." Dena mulai tak enak diperhatikan siswa-siswi yang berlalu lalang di sekitar mereka dan melihat mereka bahkan ada yang berbisik-bisik.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang