Part 48

2.4K 94 68
                                    

Mulmed: Hito (jaket merah) & Brandon (jaket abu). (Masa-masa SD)

Manusia akan merasa kecewa jika kepercayaannya dipermainkan oleh suatu kebohongan.
---

Info bentar, hehe. Cuma mau ngasi tahu, ini akun ig roleplayer nya Hito dan Brandon, ya. Yg lain masih nyusul.
Brandon: brandonsatyap
Hito: pendekarhito

Bagi yg punya ig, follow yaa, trus kepoin, dan komen post mereka yaa! Wkwk :v
---

Pagi ini cukup cerah karena matahari menyinari sinarnya ke bumi dan membantu pakaian-pakaian yang dijemur cepat kering. Brandon sudah ada di meja makan bersama kedua orangtuanya, mengingat Tanu kemarin malam baru pulang setelah dua minggu ini di pindahkerjakan di Jakarta.

"Jadi, gimana hasil rapot kamu?" tanya Tanu senagai awal pembicaraan.

"Aku peringkat dua, Pah," jawab Brandon datar. Dari nada suaranya terlihat Brandon agak ragu menjawabnya.

Tanu terdiam. Rahangnya mengeras. Kemudian matanya menatap anaknya dengan tajam.

"Siapa peringkat pertama? Teman dekat kamu itu lagi?" tanya Tanu menerka-nerka.

Brandon hanya mengangguk dan dilihat oleh Tanu. Laki-laki berkumis itu menyuapkam makannya ke mulut dan mengunyahnya. "Kamu ini selalu saja kalah cepat sama dia. Papa nggak mau tahu, semester depan kamu harus bisa di peringkat pertama. Jangan malu-maluin."

"Pah," sela Talia mengusap lengan suaminya.

Baru saja Brandon hendak mengaduk makanannya untuk di makan, tapi nafsu makannya sudah tidak ada lagi. Ia kembali meletakkan sendok di atas piring. Sedangkan Talia memerhatikan sikap anaknya itu.

"Brandon, kenapa kamu nggak makan?"

"Aku nggak nafsu makan, Mah." Brandon beranjak dan berlalu meninggalkan orangtuanya menuju kamar.

"Anak itu benar-benar susah di atur!" Tanu naik darah dengan mata yang melebar. Talia hanya bisa menenangkan laki-laki tersebut untuk tidak menekan Brandon lagi.

---

Setelah menutup pintu kamar dan menguncinya rapat-rapat, Brandon duduk bersandar di penyangga tempat tidur. Kedua tangannya mengusap rambutnya ke belakang sambil terpejam. Kata-kata Papanya tadi masih teringat jelas di otaknya.

Kamu ini selalu saja kalah cepat sama dia. Papa nggak mau tahu, semester depan kamu harus bisa di peringkat pertama. Jangan malu-maluin.

Apakah Papanya pikir, dia tidak berusaha belajar mati-matian selama ini? Apa Papanya pikir, dia hanya santai, makan tidur tanpa belajar? Semua sudah ia lakukan sebisa mungkin, tetapi memang dasarnya Hito lebih pintar darinya. Ia akui itu. Otak temannya itu memang lebih kuat menyimpan materi pelajaran dibanding dirinya. Karena sepintat apapun kita, tetap ada yang lebih pintar di atas kita. Di atas langit masih ada langit.

"Aarrgghh...." Brandon mendesah, menutup mata dan menengadahkan kepalanya ke atas. Namun getaran ponselnya membuatnya membuka mata dan menoleh ke sumber suara. Cowok itu merangkak untuk menuju meja belajarnya meraih benda canggih itu yang terus bergetar hebat.

Ema added you as a friend

Sebuah notifikasi pertemanan muncul di Line nya. Entah siapa itu ia tidak tahu pasti. Tunggu dulu, ia mencoba berpikir sejenak.

Ema? Siapa, ya?

Bola matanya mengarah ke atas, menandakan ia sedang berpikir keras. Tiba-tiba matanya membulat sempurna. Jarinya memutuskan untuk menyentuh layar ponsel untuk menerima pertemanan.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang