Part 49

2.1K 96 21
                                    

Mulmed: Boy dan Nadya

Setelah sekian lama, rasa itu masih ada. Terbungkus rapi di dalam sini.
---

Dena sudah berbaring di tempat tidurnya sejak setengah jam lalu. Feli menatap temannya itu disertai ingatannya tadi di rumah Bastian.

Gue minta tolong, jangan bilang ke dia kalo dia sempet ketiduran di rumah gue.

Kenapa? Dan kenapa lo ngirim foto dia ke gue? Itu....

Lo simpen aja. Gue yakin suatu saat berguna buat lo.

Jam dinding berdetik menunjukkan pukul sepuluh malam. Feli berusaha menyingkirkan pikirannya yang terus terbayang-bayang di kepalanya. Kemudian cewek itu memutuskan untuk tidur.

---

Dena terbangun dan perlahan membuka matanya. Ia mengernyit menatap keadaam sekitar. Setelah mengusap-usap matanya, ia mencoba duduk di tepi tempat tidur.

Perasaan terakhir kali gue kemarin ada di rumah Bastian.

Suara pintu terbuka membuat cewek itu mengangkat kepala dan menoleh. Feli sudah rapi dengan kaus dan celana pendeknya.

"Yuk, bangun!" ajaknya tetap berdiri di sisi pintu.

"Kemana?" Dena melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul enam pagi lalu menoleh ke belakangnya, mendapati Cilla masih tertidur pulas.

"Joging. Yuk, bangun! Lo cuci muka, ya! Biar gue yang bangunin Cilla." Feli melangkah dan menarik selimut Cilla lalu menepuk-nepuk pipi cewek tembem itu.

"Hah? Tumben...," gumam Dena pelan dan langsung bangun sambil merentangkan tangan-tangannya lalu bergegas mengambil handuk dan menuju kamar mandi di dalam kamarnya.

Lima belas menit pun mereka habiskan untuk bersiap-siap sebelum berangkat kecuali Feli yang sudah menunggu di ruang tengah. Clara sedang menyiapkan makanan di meja makan, sementara Raka duduk di kursi sambil membalas pesan bawahannya di aplikasi whatsapp.

"Kamu mau ke mana, Feli? Rapi banget," tanya Clara yang sejak tadi melirik Feli yang bersandar di sofa ruang tengah.

Feli menghentikan pandangannya dari layar ponsel dan menoleh ke belakang. Feli menyengir. "Mau joging, Tante," jawabnya seraya memperlihatkan deretan giginya yang putih.

"Wah, tumben. Dena juga jarang banget olah raga."

Feli hanya mengulum senyum. Bersamaan dengan itu, terdengar langkah kaki dari atas. Dena dan Cilla menuruni anak tangga. Badan Dena terlihat berisi dengan kaus biru longgar dan celana kain pendek yang memperlihatkan kulit putih mulusnya, serta sepatu nike biru muda. Cilla juga tidak kalah mengenakan kaus putih polos dengan celana jins pendeknya, serta balutan sepatu nike putih hitam memberikan kesan walaupun Cilla tidak begitu tinggi namun terlihat menarik dengan pipi tembem dan rambut bergelombang.

Sebelum pergi, Clara meminta mereka untuk meneguk susu yang sudah tersedia di dalam teko kaca, kemudian mereka mengambilnya sesuai keinginan.

---

Sejak bangun tidur pagi tadi, Boy masih mengurung dirinya di kamar. Semalam ia tidak bisa tidur tenang. Pikirannya masih tertuju pada Nadya. Pesan yang dikirimkannya kepada cowok kemarin belum terbaca di akun Line nya. Boy sangat takut kalau terjadi sesuatu yang buruk terhadap Nadya. Gelisah. Itu juga yang cowok itu rasakan. Kepalanya ia benturkan di dinding sudut kamarnya beberapa kali sambil memejamkan mata. Dentingan notifikasi Line menghentikan aktifitasnya itu.

Ketika sudut matanya melirik benda yang ia letakkan begitu saja di lantai di dekatnya, Boy mendengus kasar. Dikiranya pesan yang ia harapkan tapi ternyata bukan.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang