Mulmed: Alexandra Deviana Islan
Jika hari ini kesialanku datang silih berganti, aku harap ini cuma mimpi, dan aku akan segera terbangun dari keterpurukan. - Alexandra Deviana Islan
---Setelah berlari sekuat tenaga, Dena akhirnya bisa jauh dari perpustakaan. Hatinya berkecamuk dan bercampur aduk mengingat ucapan Feli barusan terhadapnya. Terlebih lagi sikap Brandon yang polos dan tidak balik menyapa Dena. Kenapa cowok itu tidak memberikannya senyuman? kenapa dia malah terdiam begitu Feli muncul? kenapa? sebenarnya apa yang terjadi? Dena memutuskan untuk menyendiri dengan memasuki kelasnya.
Kreok....
Suara perutnya memberontak membuatnya meringis pelan. Dena kelaparan. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 09.16. Itu berarti tersisa tinggal empat belas menit lagi bel masuk kelas. Dena berusaha mengusap air mata yang mulai membanjiri pipinya. keadaan kelasnya masih sepi. Cewek itu memutuskan untuk beranjak pergi dari kelas. Baru saja ia melangkah ke ambang pintu, depukan di bahu Dena sontak membuatnya menoleh ke sebelahnya.
"Bastian?" sahutnya dengan menaikkan kedua alis.
"Kantin, yuk?" Bastian sudah ada di dekatnya dengan senyum khasnya. Cowok itu tiba-tiba muncul ketika Dena membutuhkan seorang teman. seakan-akan Bastian orang yang dikirimkan Tuhan untuk menghiburnya. Dena terdiam cukup lama sambil menatap ke bawah. "Kenapa ngeliat ke bawah gitu? Nggak ada uang kali," celotehnya bercanda. Seketika itu Dena mengangkat wajahnya dan terbit senyum menghiasi bibirnya.
"Apaan, sih," balas Dena terkekeh.
Bastian pun menarik tangan Dena dan mereka berjalan bersama menuju kantin. Di perjalanan, Bastian mencoba menghibur cewek itu dengan obrolan-obrolan ringan.
"Lo tahu nggak? Si Vano tadi telat masuk kelas. Terus, pas banget lagi di ajar Pak Oki di kelas. Dia permisi dan bilang 'maaf' dengan polosnya. Baru tahu rasa dia setelah dapat pelototan dari Pak Oki. Hahaha, padahal gue awalnya kasihan sama dia Den, tapi karena ekspresi dia lucu banget pas ketakutan gitu ditatap sama Pak Oki, udah kayak dia nahan mau ee'." Bastian bercerita penuh semangat dengan tawanya yang malah membuat Dena ikut tertawa.
Melihat respon Dena, Bastian memandang cewek itu sambil tersenyum. Tawanya terhenti, cowok itu melirik Dena dari sudut matanya. Bibirnya ikut tersenyum.
"Nah gitu dong, senyum. Kan makin cantik."
"Bisa aja ya lo," ucap Dena yang kemudian duduk mendahului di meja kantin yang kosong terletak paling ujung. Bastian pun ikut menarik kursi dan mendudukinya.
"Terus, Kak Vano mana?"
"Di hukum suruh bersihin toilet guru," Bastian menyengir sekilas, lalu melanjutkan berbicara. "Eh, lo mau pesen apa? Biar gue pesenin."
"Em, ya udah soto ayam aja, deh."
"Oke, tunggu, ya." Bastian berdiri lagi dan menuju pedagang kantin yang tidak jauh dari posisinya.
Sambil menunggu makanannya datang, Dena mengecek handphone nya dan membuka aplikasi instagram—untuk membuang rasa jenuh dan pikirannya yang masih kacau.
Beberapa detik melihat post an gambar dari follower nya, ada satu gambar yang membuatnya membulatkan mata. Post an dari Brandon, menampilkan foto dirinya dan Feli di perpustakaan. Keduanya tampak tersenyum sangat manis, dengan tangan Brandon yang merangkul bahu cewek itu, dengan caption "lagi di perpus bareng cewek cantik. 😳"
Tanpa disadari, genggaman Dena menjadi mengendur. Cewek itu melipat bibirnya untuk menahan sesuatu di dalam sana yang baginya sangat sakit. Ia berharap bahwa ini semua hanya mimpi panjangnya. Matanya ia perjamkan dengan kuat-kuat dan keluarlah air mata yang membasahi sekitar matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDENA [COMPLETED]
Teen Fiction{Destiny} Manusia itu gampang berubah. Tapi berubah untuk ke lebih baik itu sulit. Hidup Dena berubah ketika bertemu dengan Brandon yang sebelumnya ia benci karena cowok itu suka ikut campur dengan masalah Dena. Tapi siapa sangka jika kebencian Dena...