Part 23

3.4K 143 103
                                    

Mulmed: MV D'Bagindas - suka sama kamu

Sebenarnya aku ingin mengungkapkan rasa, tapi mengapa aku slalu tak bisa.... -D'Bagindas - suka sama kamu.
---

Kelas X IPA 1 pagi ini akan memulai pelajaran olah raga hari pertama karena masa-masa kegiatan belajar mengajar belum efektif sepenuhnya mengingat libur semester kemarin. Murid-murid ada yang berjalan, berhamburan, bahkan berlarian dari parkiran menuju lapangan basket atas perintah dari Pak Jaya, salah satu guru olah raga di sekolah mereka. Dan sesampainya di lapangan basket, setelah menaruh tas masing-masing di dinding belakang ring basket, murid-murid X IPA 1 dipersilahkan untuk duduk.

Beberapa saatnya, datang lagi segerombolan murid-murid dari arah barat dengan pakaian olah raga menuju lapangan basket, dan dipersilahkan duduk juga oleh Pak Jaya setelah mereka menaruh tasnya masing-masing.

"Nah, anak-anak. Hari ini, kebetulan jadwal kalian bersamaan. Jadi hari ini Bapak akan mengajar kelas X IPA 1 dan IPA 2. Materi pertemuan pertama kita adalah permainan bola basket." Pak Jaya memberitahukan anak didiknya sambil berdiri dengan baju kaos dan celana training dan memegang bola basket.

"Sst, gebetan kalian, tuh!" bisik Boy bergantian kepada kedua temannya yang duduk mengapitnya. Brandon tersenyum dan matanya yang menelusuk puluhan murid-murid yang duduk di hadapannya, kemudian matanya berhenti melirik setelah mencari orang yang dimaksud. Hito dengan ekspresi yang tak seperti biasanya hanya memandang lurus dengan pandangan kosong dan terlihat cuek bebek.

Pak Jaya memerintahkan anak didiknya untuk berbaris sesuai tinggi tubuh, yaitu murid yang paling tinggi berbaris paling depan dan diikuti dengan tinggi tubuh yang rendah dan seterusnya. Dengan cepat dan hanya dalam hitungan detik, murid-murid berbaris menurut apa yang diperintahkan, dan tidak lupa bahwa kedisiplinan sangat penting bagi Pak Jaya.

Setelah semua selesai, Pak Jaya kembali berbicara. "Dena X IPA 1, Brandon X IPA 2, silahkan maju ke depan." Laki-laki dengan tubuh berotot itu memanggil Dena dan Brandon untuk maju ke depan. Yang dipanggil pun saling menoleh satu sama lain, kemudian berdiri dan melangkah ke depan bersama.

"Tolong pimpin doa untuk kelas kalian masing-masing," pinta Pak Jaya yang berdiri di tengah-tengah mereka.

Dena dan Brandon pun segera melakukan apa suruhan dari Pak Jaya. Selesai berdoa, sebagai awalan, guru itu menyuruh Dena dan Brandon untuk memimpin pemanasan sebelum berolah raga. Sekitar lebih dari tujuh teknik pemanasan sudah dilakukannya dan memakan waktu sepuluh menit, sekarang waktunya untuk berlari mengitari lapangan basket yang luasnya kira-kira 28,5 x 15 meter sebanyak sepuluh kali.

Murid-murid X IPA 1 memulai untuk berlari lalu diikuti oleh X IPA 2. Dena memimpin di baris pertama, tapi karena berlarinya bebas tak sesuai barisan, maka Dena dilewati banyak teman-teman sekelasnya.

"Tungguin gue!" ucap Feli yang kini mensejajarkan lari kecilnya dengan Dena di sebelah kirinya.

"Tungguin gue, guys!" ujar Cilla yang mulai mensejajarkan lari kecilnya dengan kedua temannya.

Waktu sudah habis lima menit, Dena and the genk's sudah berlari sebanyak tiga putaran. Karena merasa lelah, Dena memperlambat gerakan kakinya. "Den, lo capek?" tanya Feli yang ikut memperlambat gerakan kakinya. "Kenapa lo, Den? Lo sakit?" tanya Cilla yang memperhatikan wajah Dena yang pucat. Dena menggeleng, sesaat wajahnya tertunduk lalu diangkatnya lagi untuk melihat jalan. Sesaat kemudian, Brandon dan kedua temannya berlari mendahului mereka. Brandon sempat menoleh ke belakang memandang Dena dengan tersenyum miring dan menaikkan satu alisnya. Dena membalas senyum manis itu, ia menghembuskan napas dan mengeluarkan energinya untuk berlari sekuat tenaga agar bisa mendahului cowok itu. Sepertinya Dena mengerti akan isyarat yang cowok itu berikan padanya.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang