Part 55

2.1K 102 39
                                    

Mulmed: Brandon Satya Permana

Jika kau siap jatuh cinta, maka bersiaplah untuk patah hati dan kehilangan orang tersebut suatu hari nanti.
---

Brandon mengajak Dena tiba di suatu tempat yang membuat cewek itu takjub. Begitu turun dari motor Brandon, ia melihat sekitar dan tersenyum lepas menikmati suasana di sana.

"Keren banget... Gue baru tahu ada tempat seindah ini." Dena merentangkan tangannya sambil memejamkan matanya—menghirup udara segar.

"Hehe, iya dong. Waktu gue kecil dan lagi ngambek, Mama ngajak gue ke sini nih. Dan waktu itu Mama ngajarin gue main sepeda di sini." Brandon teringat masa kecilnya dengan hanya memandang lapangan yang dipenuhi rerumputan hijau dan pepohonan serta orang-orang yang sedang joging ataupun bermain sepeda.

"Sepeda?"

"Iya. Mau main sepeda sama gue?"

"Ayo!"

Mereka pun berjalan menuju tempat penyewaan sepeda dan menyewa sepeda untuk masing-masing. Brandon sudah menduduki sepedanya dan bersiap mengayuhnya saat ia masih melihat Dena memasang helm dan pengaman di siku dan lututnya.

"Kita balapan dari sini sampai ujung sana. Yang menang, boleh ngajuin satu permintaan dan wajib dikabulin sama yang kalah."

Dena mengangkat alisnya menoleh ke arah Brandon disertai senyum menantang. "Oke. Siapa takut!"

"Hitungan ketiga langsung jalan, ya." Brandon menatap lurus-lurus ke depan tapi sesekali sudut matanya melirik Dena di sisinya. "Satu, dua...tiga!"

Brandon dan Dena mengayuh sepeda dengan raut penuh semangat di wajah mereka masing-masing. Dena melewati pengendara sepeda yang lain dengan cepat, Brandon masih ada di belakangnya berkisar satu meter tapi Brandon terus sekuat tenaga mengayuh pedal dan terus mengayuh hingga ia berhasil melewati Dena jauh di depan.

Hanya beberapa menit, Brandon tiba duluan di ujung dan disusul Dena lima detik setelahnya. Napas keduanya memburu, wajah mereka berkeringat, tapi mereka malah tertawa lepas.

"Yah...lo curang! Tadi gue hampir menang tahu!" ucap Dena terengah-engah masih duduk di sepedanya. Brandon menatap Dena dengan tawa lalu mengelak dikatakan curang oleh Dena.

"Ih, lo baru kalah gitu amat ke gue. Pokoknya kesepakatannya yang menang harus ngasi satu permintaan ke yang kalah." Brandon menuruni sepedanya lalu men-standarkannya di tepi, Dena pun mengikuti hal yang sama.

Brandon menarik tangan Dena ke suatu bukit kecil yang mengarah ke danau.

"Duduk," pinta Brandon. "Bentar. Gue beli air dulu." Brandon berjalan meninggalkan Dena yang sudah duduk di bukit kecil itu.

Dena memandang danau yang airnya jernih dan tenang. Matanya menyipit melihat pancaran sinar matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. Kedua kakinya di selonjorkan lurus-lurus.

"Nih." Brandon mengulurkan satu botol air mineral ke Dena. Cewek itu menerimanya sambil membuka penutupnya terlebih dahulu.

Brandon duduk dan meneguk airnya lalu tetap fokus menatap pemandangan indah di hadapannya.

"Jadi...apa permintaan lo?" tanya Dena begitu di rasa napasnya sudah teratur lagi.

Brandon terdiam, lalu melanjutkan meminum airnya lagi dan lagi. Seperti menghindari pertanyaan dari Dena.

"Ndon?" Dena melambai-lambaikan tangannya di pandangan Brandon yang masih lurus ke depan.

Begitu Brandon sadar, ia mengerjap dan menoleh ke sumber suara. Brandon meletakkan minumannya dan mendekatkkan tubuhnya ke Dena. Dena masih menatap ekspresi wajah Brandon yang tak bisa ia artikan.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang