Part 39

2.6K 118 33
                                    

Mulmed: Bastian Kejora

Gue pengen liat senyum lo lagi yang selalu buat gue tenang. - Bastian Kejora
---

"Hubungan khusus apa maksudnya?" Sebuah suara tiba-tiba hadir di antara mereka, membuat mereka benar-benar kaget ketika menoleh ke pintu masuk dan melihat siapa yang datang.

"Bukan apa-apa." Vano menjawab singkat sembari membalikkan badan lalu meninggalkan Clara dan Dena terdiam di tempatnya.

Dena mengernyit, tampak berpikir ada apa dengan Mama dan Kakaknya. Matanya melirik Mamanya sekilas dengan tatapan curiga kemudian berlari mengejar Kakaknya yang sudah menaiki anak tangga menuju kamar.

"Kak! Sebenernya ada apa?" tanyanya mengekori Vano dari belakang. Vano masih tak menjawab, ketika sudah sampai di depan pintu kamarnya, ia menghentikan langkah dan Dena refleks berhenti di pijakannya, menatap lekat-lekat Vano.

"Nggak ada yang terjadi, Denong!" Vano menjawab dengan nada panjang di akhir kata. "Udah, ah! gue mau tidur, capek. Jangan ganggu gue." Vano menguap singkat, kembali membalikkan badan dan membuka pintu kamar kemudian menutupnya dengan keras. Baru saja Dena ingin membuka mulut tapi terhalang oleh sikap acuh Kakaknya itu.

Dena mendengus kasar san kembali masuk ke dalam kamarnya, menaruh tasnya di meja belajar, dan menerjunkan tubuhnya di kasur dengan sikap terlentang. Matanya menatap langit-langit, kemudian di usapnya wajahnya. "Huuff..." Dena menghembuskan napas panjang, berharap memang tak terjadi apa-apa antara Mama dan Kakaknya.

Drrrtt....

Getar handphone nya menyadarkannya dari lamunan. Cewek itu bangun dan mencari benda yang bergetar itu di dalam tasnya. Setelah mendapatkannya dan membuka pesan Line yang masuk, sudut bibirnya menaik membaca pesan itu.

Brandon: jgn lupa ganti baju, trus makan, ya sayangku :*

Dena membalas pesan itu sambil masih tersenyum. Mengetikkan sejumlah kata-kata di keypad.

Dena: iyaaa sayangkuu. Lo juga makan ya, biar bisa ketemu gue tiap hari :*

Dena tertawa kecil mengingat-ingat betapa polosnya pacarnya tadi. Tidak sia-sia ia memberikan kode kepada Brandon agar ikut mencoba rok abu yang dipilihnya. Dia mengira cowok itu tidak akan mau menuruti kemauan anehnya yang membuatnya malu. Tapi ternyata di luar dugaannya, rasanya ia ingin selalu bertemu dengan Brandon. Memiliki pacar seperti Brandon membuat Dena semakin merasakan indahnya jatuh cinta seorang remaja.

Inget, ya. Lo pake rok ini mulai besok. Lebih sopan dan pastinya kecantikan lo nggak bakal hilang, kok.

Kara-kata terakhir Brandon terngiang lagi di kepalanya. Ia mengulum senyum dan segera mengambil rok abu barunya dari kantong plastik belanjaan tadi ke dalam lemari bajunya. Seusai itu ia berganti pakaian dan turun ke bawah untuk makan siang.

---

Hito dan Brandon menemani Boy di rumahnya, mengingat cowok itu belum sepenuhnya pulih. Brandon duduk di kursi meja belajar, sedangkan Hito duduk di kursi dekat tempat tidur Boy. Malam ini masih pukul delapan malam, tapi Boy sudah tertidur sejak satu jam tadi. Badannya masih terasa lelah, kegiatan sehari-harianya dari kemarin hanya makan, mandi, belajar seadanya, dan tidur. Tak disalahkan juga karena cowok itu harus memulihkan kondisinya agar bisa lebih aktif lagi dalam beraktivitas.

"Gimana lo sama Feli?" tanya Brandon tiba-tiba di tengah keheningan sedari tadi. Hito yang sibuk menatap layar handphone, mengalihkan pandangan ke depan yaitu ke arah temannya yang sedang tertidur, dari pandangan Hito hanya terlihat punggungnya saja karena ia duduk di belakang serong kanan posisi Brandon. Sambil berpikir, Hito menjawab polos. "Ya...seperti biasanya. Emang kenapa lo nanya gitu?"

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang