Part 12

4.4K 206 85
                                    

Mulmed: Brandon Satya Permana

Berhenti mengeluh, dan nikmati hidupmu.

---

Tak terasa, marahari sudah menampakkan dirinya di ufuk timur. Ketiga cowok itu masih pulas tidur di kamar Brandon. Tempat tidur Brandon cukup luas dan cukup untuk tiga orang. Dengan posisi Hito yang berada di sisi kanan—memeluk bantal guling, Boy berada di sisi kiri memeluk tubuh Brandon yang berada di tengah. Memang miris bagi Brandon, kedua temannya itu jika tidur tidak bisa diam—membuatnya agak susah tidur nyenyak. Terlebih tubuh Brandon yang menjadi korban kena tendang atau kena jambak oleh kedua temannya itu.

Hari ini hari Rabu, dan sudah pukul enam pagi. Brandon beranjak bangun dari tempat tidurnya kemudian duduk di ubin lantai masih berusaha mengumpulkan nyawanya dengan rambut yang berantakan.

Terdengar suara dengkuran dari Boy yang sangat mengganggu. Mulut Hito masih menganga sedari tadi, membuat Brandon yang melihat kedua temannya itu menjadi bergidik ngeri. Lalu ditinggalkanlah teman-temannya itu menuju kamar mandi.

Tak lama kemudian, Hito pun membuka mata perlahan sambil melirik ke seluruh ruangan.

"HAAHH...." teriaknya langsung dalam posisi duduk dan membuat Boy ikut terbangun karena kaget.

"Apaan lo teriak-teriak? Bikin kaget aja." Kini Boy mengusap-usap matanya sambil menguap kecil.

"Ternyata gue masih utuh!" jawab Hito sambil memegangi tubuhnya dari kaki sampai kepala.

Boy dibuat bingung dengan tingkah temannya itu. "Utuh apaan? Lo habis mimpi apa, sih? Nggak jelas banget."

"Mimpi basah." Hito tertawa seperti sedang kesurupan lalu lagi-lagi hanya direspon kerutan dahi oleh Boy.
"Gila, udah jam enam lebih, nih. Si Brandon mana?" lanjutnya lagi—panik setelah melihat jam dinding kemudian bergegas bangun dari tempat tidur.

"Mandi kali." Boy merentangkan tangan-tangannya sambil duduk dipinggiran tempat tidur.

"Ya elah, nggak bangun-bangunin temen tuh anak." Hito membuka tasnya, mengambil handuk dan sikat gigi.

Beberapa menitnya pun datanglah Brandon dari kamar mandi lengkap dengan pakaian putih abunya. Ia ditatap secara intens oleh Boy dan Hito. Brandon pun menoleh ke arah keduanya.

"Tuh siapa yang mau mandi duluan." Brandon menyisiri rambutnya menghadap ke cermin, lalu Hito mendekati cowok itu.

"Ndon, gue boleh minta tolong?" Hito berbisik ke telinga Brandon tapi masih didengar oleh Boy yang masih ada di sana.

"Ya udah, gue duluan mandi, ya," ucap Boy yang kemudian membuka tas untuk mengambil handuk, sikat gigi dan pakaian ganti.

"Apaan?" tanya Brandon sambil menaikkan kedua alisnya menatap Hito penuh tanda tanya.

"Pinjemin gue CD lo, dong."

"CD apa?"

"CD, celana dalam."

Mendengar ucapan Hito yang bisa dibilang menjijikkan untuk Brandon, cowok itu mengerutkan dahinya menatap Hito.

"Sori, gue lupa banget bawa CD," jawab Hito dengan cengirannya.

"Trus lo bawa tas sebesar itu bilangnya udah lengkap semua, malah lupa bawa celama dalem?" Brandon marah-marah di depan Hito dengan suara lantang, membuat Boy terkikik geli mendengarnya.

"Gila lo, pakaian paling sakral sampe lo lupain. Ckck." Boy pun berdecak setelah sekilas menoleh ke Hito lalu menuju kamar mandi.

"Ya gimana lagi, namanya juga lupa. Boleh, ya?" jawab Hito dengan memelas, memegang lengan tangan Brandon yang semakin melotot ke arahnya.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang