Part 22

3.1K 136 137
                                    

Mulmed: Brandon Satya Permana

Kenangan tidak bisa kita lupakan. Ia akan selalu ada di dalam pikiran kita kemana dan dimana pun kita berada.

---

Ponsel Brandon bergetar dari dalam saku celananya. Ia menghentikan aksi kejar-kejarannya dengan Dena. Setelah merogoh benda canggih itu, terdapat satu pesan dari Papanya.

From: Papa
Brandon, kamu dimana? Pulang kamu sekarang, Mama kamu dari kemarin mikirin kamu. Dan sekarang dia demam karena nggak mau makan dari pagi.

Membaca pesan itu, cowok itu terdiam masih menatap layar ponselnya. Dena mendongak untuk mengintip ponsel Brandon. Cewek itu mengisyaratkan agar Brandon segera pulang untuk menemui Mamanya yang sakit.

Akhirnya, Brandon bergegas dan pamit untuk pulang sore ini. Ia menggendong tasnya, masih dengan seragam sekolahnya semalam, cowok itu menaiki motornya lalu memanaskannya. Dena ada di sampingnya untuk melihatnya sebelum pulang.

Brandon tersenyum membalas pandangan Dena. Sebelum akan benar-benar pergi, Brandon mengelus rambut Dena lalu pamit untuk pulang.

"Gue pulang, ya, Den. Makasih tumpangan rumah lo."

"Iya, Ndon. Hati-hati."

---

Sesampainya di rumah, Brandon berlari kecil menuju kamar Mamanya. Disana sudah terdapat Papanya yang duduk mengompres dahi istrinya. "Pah, Mama gimana?" tanya Brandon khawatir dengan memegangi tangan perempuan itu. "Tangan Mama dingin."

"Demamnya belum turun. Dari tadi Mama kamu nyebut nama kamu terus waktu tidur. Lagian kamu kemana aja sih? Kamu nggak peduli lagi sama orangtua kamu, hah? Masih kecil kerjaannya kabur, belum bisa apa-apa juga." Tanu menatap anaknya serius dengan nada suara yang menyinggung.

"Aku nggak bakal pulang kalo bukan karena Mama. Jadi tolong Papa jangan pancing emosi aku lagi," ucapnya sambil memegangi dahi Mamanya—mengukur suhu badan perempuan itu.

Tanu pun meninggalkan istri dan anaknya berdua di kamar. Brandon melirik kepergian Papanya, kemudian mengambil bubur yang masih hangat di atas nakas. Cowok itu mengaduk-aduk bubur itu, sampai akhirnya Mamanya mengigau lagi. "Brandon...Brandon...."

Cowok yang dipanggil namanya itu meletakkan kembali mangkuk buburnya, lalu memegangi tangan Mamanya. "Mah, aku disini, Mah. Bangun dong, Mah. Brandon kangen." Beberapa saatnya, Talia membuka matanya perlahan. Dilihatnya Brandon sudah ada di depannya dengan senyum merekah. "Brandon?"

"Mama udah bangun? Makan yuk, Mah. Aku suapin." Cowok itu kembali mengambil mangkuk bubur dari atas nakas. Kemudian di sendokkannya bubur dan di dekatkannya ke mulut Talia.

Talia tersenyum dan satu bulir air mata menetes membasahi pipinya. Brandon mengerutkan keningnya, dan memgembalikan sendok ke dalam mangkuk. "Lho, Mama kok nangis? Kenapa, Mah? Brandon disini." Brandon kembali meletakkan mangkuk bubur di tempatnya, lalu mengusap air mata Talia, dan memeluknya agar perempuan itu tenang.

"Kamu jangan ninggalin Mama lagi ya, sayang. Mama nggak bisa tidur karena kamu." Talia menyentuh dan mengelus rambut sampai wajah Brandon. Cowok itu tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. "Iya, Mah. Maafin Brandon, ya. Brandon nggak akan pergi lagi dari Mama."

"Maafin sifat Papa kamu, ya. Tolong jangan dimasukin ke hati. Kamu tahu sendiri bagaimana sifat Papa kamu dari dulu."

"Iya, Mah, iya. Ya udah, sekarang buburnya di makan habisin, ya? Brandon suapin." Brandon mengaduk bubur dan menyuapkannya ke Talia. Perempuan itu pun mau memakannya dengan wajah yang berseri-seri.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang