Mulmed: Phet Thakrit sebagai Revano Jacob Islan
Dan bibir ini tersenyum saat melihatmu. Anehnya, aku tak bisa menghentikan senyuman itu. - Alexandra Deviana Islan
---
Setelah berperang hebat di kamar mandi dengan segala kemaksiatan, akhirnya cowok itu keluar dengan lega. Boy berjalan menyusuri koridor kelas dengan santai. Sampai seseorang menyapanya.
"Boy?" ucap Feli tersenyum dengan cowok di hadapannya.
"Feli?" balas Boy dengan senyum tipisnya.
---
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas yang berarti tinggal lima menit lagi bel masuk kelas berbunyi. Suasana kelas X IPA 2 masih seperti tadi—gaduh seperti pasar.
"Si Boy belum muncul juga. Sampe segitunya ya tuh anak sakit perut?" tanya Hito heran sambil menaikkan satu alisnya dengan bola mata yang diarahkan ke atas.
"Nggak tau, tuh. Salah dia siapa suruh semalem makan banyak." Brandon hanya terkekeh tanpa memalingkan pandangannya dari buku yang sedang dibacanya.
Beberapa saatnya, datanglah Boy dengan ceria menuju kelas.
"Hallo, i'm back!" ucapnya sembari menduduki kursinya.
"Seneng banget kayaknya. Bukannya tadi lo sakit perut?" tanya Hito memerhatikan wajah temannya itu yang berseri-seri.
"Iya, nih. Tadi gue berjuang hidup dan mati di WC!" balas Boy sambil memegangi perutnya dengan ekspresi kesakitan.
"Lo kira melahirkan?" lanjut Brandon menimpali dengan tampang sengit.
Boy menyengir, lalu menoleh satu persatu temannya.
"Jadi gini, gue punya berita bahagia buat lo, To!"
Yang disebut namanya pun langsung sumringah dengan mata berbinar-binar.
"Berita bahagia apa, Boy? Kulit manggis kini ada ekstraknya?" balas Hito dengan agak memiringkan kepalanya menatap Boy.
Boy menampar wajah Hito dengan telapak tangannya. "Ya enggak juga. Gue dapet id line nya Feli. Tadi kebetulan ketemu dia di lorong kelas."
"Mana, mana?" Hito bersemangat menunggu agar Boy cepat-cepat mengeluarkan ponselnya.
"Oke. Makasih, ya! Semoga remidial fisika lo lancar. Muach." Karena terlalu senang, Hito sampai-sampai mengerucutkan bibirnya dan hanya memberi kecupan dari jauh ke arah Boy yang dibalas dengan kecupan juga oleh Boy.
Brandon yang mendengar itu hanya bisa melirik-lirik dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nah, lo kan udah dikasi bantuan sama Boy. Sekarang lo harus bisa entar chat dia duluan." Brandon menasihati Hito dengan gaya sok jadi mak comblang.
Hito pun mengangguk tanda mengerti. Ia merasa sangat senang hari ini.
Setelah bel berbunyi, Boy pun bersiap dan bangun dari duduknya untuk remidial fisika di ruang guru.
---
"Eh, lo deket sama Boy dan Hito gtu?" celetuk Cilla di tengah kesunyian ketiganya setelah menyantap makanan masing-masing di kantin.
"Deket? Kalo sama Boy dulu deket karena temen SMP. Sama Hito sih baru kenal. Emang kenapa, Cill?" balas Feli menoleh ke arah temannya.
"Enggak kenapa, sih. Tapi lo jangan mainin hati mereka ya kalo mereka misalnya suka sama lo." Cilla tertawa kecil lalu menyipitkan matanya untuk mengingatkan Feli.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDENA [COMPLETED]
Teen Fiction{Destiny} Manusia itu gampang berubah. Tapi berubah untuk ke lebih baik itu sulit. Hidup Dena berubah ketika bertemu dengan Brandon yang sebelumnya ia benci karena cowok itu suka ikut campur dengan masalah Dena. Tapi siapa sangka jika kebencian Dena...