Part 24

3.1K 132 74
                                    

Mulmed: Popezaao sebagai Bastian Kejora

Meskipun baru pertama kali bertemu, tapi sepertinya aku tertarik padamu. - Bastian Kejora.

---

Sinar mentari pagi bersinar sangat terang membuat semangat tersendiri bagi Dena untuk menjalani hari-harinya. Pagi ini, ia duduk di meja makan bersama Mama dan Vano-menyantap sarapannya yaitu roti selai cokelat dan susu full cream. "Nanti siang Papa landing. Aku yang jemput." Dena memakan rotinya sambil berbicara menegenai kepulangan Papanya hari ini disertai senyum manisnya. Vano yang duduk di samping Dena pun merespons, "Gue anter ya! Gue juga udah kangen banget sama Papa." Clara melirik ke arah Dena dan Vano yang duduk di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Seusai sarapan, Vano dan Dena berangkat bersamaan ke sekolah. Clara melihat mereka dari depan pintu rumah, memandang mereka penuh keraguan dan sulit ditebak. Sesaat kemudian ia memasuki rumah untuk segera bergegas pergi bekerja.

---

Sesampainya di parkiran, Dena turun dari motor Vano dan menyerahkan helmnya ke Vano. Sebuah suara bass mengalihkan perhatiannya untuk menoleh ke sumber suara tepat di belakangnya. Seorang siswa berlarian menuju arah Dena dengan tas yang masih ia gendong, kentara sekali bahwa cowok itu baru saja datang dan memarkirkan motornya di sebelah barat dari tpat Vano memarkir motor.

"Vano!!" teriak cowok itu menghampiri Vano.

Vano pun menoleh saat melepas helmnya. Dena hanya bisa menatap dua cowok itu bergantian karena tak tahu apa-apa. "Eh, lo, Bas. Kenapa?"

Cowok yang dipanggil 'Bas' itu merunduk memegangi lututnya dengan napas yang memburu. Ia mencoba menormalkan pernapasannya dan menatap Vano untuk berbicara. "Lo udah buat tugas fisika?" tanya cowok itu dengan nada cemas.

"Tugas? Emang ada tugas, ya?" jawab Vano dengan ekspresi mencoba mengingat-ingat.

"Ada lah, bego. Yang bab 4 itu." Cowok itu semakin menekankan kata-katanya agar Vano mengingatnya.

Setelah mengingat-ingat, ekspresi Vano yang tadinya tampak berpikir dengan bola mata yang menaik dan dahi yang berkerut, berubah menjadi sangat resah gelisah. Mulutnya menganga dan kedua alisnya menaik saat mengingat dengan tugas yang lupa ia kerjakan itu. "Oiya! Gue lupa, anjing!"

Dena yang menyaksikan obrolan mereka, akhirnya berdeham untuk meredakan suasana. Ia melirik satu persatu dari mereka yang mulai menatap cewek itu penuh tanda tanya. "Maksud kalian, tugas fisika bab 4 yang soal latihan halaman 120 - 123 itu? Yang lima soal essai itu?" tanya Dena meyakinkan. Kedua cowok itu mengangguk bersamaan, kemudian Dena memberitahu bahwa ia juga ada tugas serupa dan sudah menyelesaikannya dari jauh hari. Cewek itu meminjamkan jawaban tugasnya kepada Vano dan temannya, memberikan kesempatan mereka untuk menyalinnya dalam waktu kurang lebih lima belas menit sebelum bel masuk kelas.

---

Sekarang mereka bertiga sedang ada di kantin. Bukan untuk memesan makanan, tapi hanya untuk menumpang duduk di meja, khususnya bagi Vano dan temannya untuk mengerjakan tugas fisika. Oh, lebih tepatnya menyalinnya dari jawaban Dena.

"Gila, lo, Den! Lo Adik gue bukan, sih? Kenapa semalem lo malah asik pergi jalan-jalan dan lo nggak bilang kalo lo juga ada tugas yang sama kayak gue?" dumel Vano yang masih terus menulis menyalin jawaban dari tulisan Dena dari buku tulis yang ia letakkan di tengah-tengah agar temannya juga bisa menyalinnya.

Dena mendengus kasar, menatap dua cowok di hadapannya yang terlihat sangat cemas seperti akan dibunuh oleh psikopat jika tidak melakukan apa yang diperintahkannya. "Udahlah, cukup kerjain aja. Waktu mepet nih, gue ada ulangan di jam pertama."

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang