Part 10

4.1K 230 69
                                        

Kau punya sisi lain yang kau sembunyikan dibalik sifat kaku mu ini, dan aku tahu itu. -Brandon Satya Permana

---

"Lo tahu apa soal hidup gue, hah? Kenal aja kita nggak." Dena akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Gue emang nggak tahu apa-apa sama hidup lo. Tapi gue tahu sama sifat umum manusia yang nggak pernah puas sama apa yang mereka punya. Kayak lo contohnya." Brandon menjawab dengan mantap disertai senyum miringnya ke arah Dena.

"Heh, nggak usah sok tahu lo." Cewek itu memalingkan pandangannya ke lapangan basket, lalu melanjutkan pembicaraannya, "ngapain lo di sini?" Pertanyaan itu terucap dari bibir cewek itu dengan nada judes tanpa menatap keberadaan Brandon.

"Emang kenapa? Ini kan sekolah gue juga." Brandon terkekeh mendengar pertanyaan tak masuk akal cewek itu.

Dena berdiri dari duduknya dan menghampiri cowok itu lalu tepat berhenti di jarak sekitar dua jengkal tangan. Matanya yang masih bengkak karena habis menangis tadi, ia arahkan ke mata Brandon.

"Jangan sok jadi bijak di depan gue. Gue nggak butuh nasihat orang songong kayak lo!" Cewek itu melenggang begitu saja dengan menyenggol bahu cowok itu. Brandon hanya tersenyum kecut dan masih belun membalas dengan perkataan.

"Lo iri sama gue? Sampe segitunya lo benci sama gue. Iri hati itu nggak baik. Bisa jadi bencana kalo lo terus-terusan bersikap kayak gini." Cowok tinggi ber-alis tebal dan ber-lesung pipi itu menyeletuk kala cewek itu pergi darinya dan berjalan menjauh di depannya, saat itu juga langkah Dena terhenti sebentar, lalu tanpa merespon, ia melanjutkan berjalan sampai tak terlihat di pandangan Brandon.

Langkahnya kini lebih cepat dari sebelumnya, ia memikirkan sesuatu yang harus ia selidiki sekarang. Tibalah ia di depan pintu yang di atasnya bertuliskan X IPA 3 dan dilihat-lihatnya seseorang yang dicarinya tidak ada, ia mendengus kecewa. Diambilnya ponsel dari saku roknya, lalu ditelfonya seseorang.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar service area. Silahkan hubungi beberapa saat lagi....

Orang yang dihubunginya pun tak mengangkat telfonnya. Sudah tiga hari ini orang itu tidak pulang. Padahal, kemarin siang mereka berbicara lewat telefon, katanya akan segera pulang namun hasilnya nihil.

Kemana aja sih, lo kak? Batin Dena yang sangat khawatir dengan kakak satu-satunya itu.

---

Sudah pukul 13:45 dan waktunya pulang setelah bel sekolah nyaring terdengar. Dena and the genks seperti biasa berjalan bersama keluar kelas sampai akhirnya sudah di parkiran motornya masing-masing. Kemarin-kemarin mungkin Dena bisa menumpang pulang dengan Feli, namun sekarang cewek itu tampaknya mengalami hal sial lagi. Dengan berat hati, Feli memeberitahu temannya itu bahwa ia tak bisa mengantar pulang karena ia menumpang dengan Cilla, berhubung motornya sedang ada di bengkel.

"Sori banget ya, Den. Motor gue kemarin lagi di service, dan gue sekarang numpang sama Cilla."

"Sori ya, Den. Atau mau gue telfonin supir gue buat jemput lo?" tambah Cilla dengan rasa bersalahnya.

"Eh, engga.. Engga perlu. Gue bisa naik taxi, kok."

"Beneran ngga apa-apa, nih?" Feli mencoba meyakinkan lagi.

"Iya, tenang aja."

"Ya udah, gue sama Cilla pulang duluan, ya." Feli dan Cilla pun sudah siap mengenakan helm dan melenggang pergi menancap gas meninggalkan sekolah.

Dena menatap layar handphone nya untuk menghubungi Vano sekali lagi. Tapi lagi-lagi panggilannya tak diangkat.

Ia pun menyerah dan mulai berjalan ke depan sekolah. Dibukanya tas untuk mencari dompetnya. Sialnya, uang yang ia punya tak cukup untuk membayar taxi. Sisa uangnya tinggal lima ribu rupiah. Sekarang ia tak tahu harus bagaimana.

BRANDENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang