Mulmed: Alexandra Deviana Islan
Setiap orang punya rahasia yang sulit untuk dia ungkapkan kepada orang terkasihnya.
---"Maaf, gue nggak sengaja. Lo nggak apa?" Hito menyentuh dahi Feli pelan karena merasa bersalah dengan kecelakaan barusan.
Feli mengeratkan pelukannya pada buku-buku. Pandangannya masih ke ubin lantai, belum berani memandang lagi cowok di hadapannya. Hito menarik kembali tangannya dari dahi Feli. "Gue nggak kenapa, kok."
Feli memberanikan diri tersenyum lalu menatap Hito dengan matanya yang mulai menyipit karena tersenyum.
Hito terpaku melihat senyuman itu lagi. Senyuman yang membuatnya kaku di setiap suasana. Kini hatinya terasa membeku.
Kemudian cewek itu mengembalikan buku-buku yang terjatuh tadi ke dalam rak dan mengambil satu yang akan ia pinjam.
"Gue balik, ya." Feli berjalan melewati Hito yang masih mematung tersenyum sendiri.
Lalu ia pun tersadar kala Feli sudah tidak ada di depannya. Ia memutuskan mengejar Feli yang sudah ada di depan petugas perpustakaan untuk mencatat buku yang Feli pinjam. Hito seakan tak ada tujuan memasuki perpustakaan. Ya, tujuannya hanya ingin bertemu dengan Feli, karena sejak tadi ia membuntuti cewek itu sampai memasuki perpustakaan.
Setelah keluar dari perpustakaan, Hito mencoba mensejajarkan langkahnya dengan cewek di sampingnya. Feli melirik cowok itu sebentar dan akhirnya langkahnya terhenti.
"Lo ngapain ngikutin gue?" Feli menoleh agak mendongak karena tinggi Hito yang melebihi tubuhnya.
"Gue... Mau ngomong sama lo." Hito menatap mata Feli dengan berani.
Feli hanya menaikkan alisnya agar Hito melanjutkan bicaranya. Ia tidak merespon dengan berbicara karena dirasa hal itu cukup untuk membuat Hito mengerti.
Mata Hito melirik kanan kiri dan mencoba menarik napas dalam-dalam. "Emm, gue nggak jadi ngomong. Ini ambil." Hito memberikan lipatan kertas berwarna pink ke dalam telapak tangan Feli, kemudian cowok itu melenggang pergi dengan cepat dari penglihatan cewek itu yang masih mengerutkan dahi.
---
Dena dan Cilla masih mengobrol di bangku mereka masing-masing sambil menunggu Feli datang. Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba saja Rani masuk ke kelas dan memanggil Dena.
"Dena! Lo ditungguin tuh, sama cowok di depan kelas." Rani dengan nada suara yang meninggi itu memberi tahu Dena sambil memasuki kelas.
Seketika obrolan Dena dan Cilla terhenti. Dena mengarahkan pandangannya ke Rani yang sudah menduduki bangkunya di sebelah utara tempatnya duduk. Terbesit dipikirannya 'siapa cowok yang memanggilnya?'
Tanpa berpikir lama, ia pun beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Ia menoleh ke kanan dan tak ada siapa-siapa. Lalu menoleh ke kiri, pandangannya mendapati seorang cowok menghadap ke selatan—yaitu melihat pemandangan dari lantai dua. Entah siapa, cowok itu hanya terlihat dari samping. Dena mendekati cowok itu perlahan dengan ragu. Lalu cowok itu menoleh ke Dena yang membuat cewek itu sedikit terlonjak kaget.
"Lo kenapa kaget gitu liat gue? Emang gue hantu?" tanya Brandon menahan tawanya dengan kerutan di dahinya.
"Lo ngapain ke sini?" tanya Dena langsung tanpa menjawab pertanyaan cowok tadi.
"Ketemu lo. Nggak boleh?" Kini Brandon menyender di tembok pembatas sambil melipat kedua tangannya di dada. Tatapannya tertuju pada manik mata Dena.
Tetapi cewek itu salah tingkah, lalu berusaha mengedarkan pandangan ke pemandangan taman di bawah kelas.
"Emangnya kita ada hubungan apa, ya? Gue pikir, kita nggak sedeket itu." Dena mengucapkan kata demi kata itu dengan pelan tapi pasti.

KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDENA [COMPLETED]
Fiksi Remaja{Destiny} Manusia itu gampang berubah. Tapi berubah untuk ke lebih baik itu sulit. Hidup Dena berubah ketika bertemu dengan Brandon yang sebelumnya ia benci karena cowok itu suka ikut campur dengan masalah Dena. Tapi siapa sangka jika kebencian Dena...