Mulmed: Steve Boy Hilton
Ketika kau terjebak dalam rasa yang buatmu seperti orang paling bahagia di dunia.
---Matahari sudah mulai menampakkan dirinya di ufuk timur. Jam weker pun berdering nyaring memenuhi ruang kamar berdasar dinding putih itu. Feli refleks mengerutkan kening, mencoba meraba-raba ke sumber suara tepat di atas nakas yang ada di samping tempat tidurnya. Setelah berhasil mematikan suara yang memekakkan telinga itu, Feli merentangkan tangan dan menguap lebar. Lalu diambilnya lagi jam weker itu untuk ia lihat. Pukul 05:00 pagi, lalu cewek itu mencoba bangun dan masih dalam posisi duduk dengan selimut yang membungkus setengah badannya. Matanya masih sayu, rambutnya juga berantakan, cewek dengan iris mata hitam pekat itu mencoba menoleh ke samping kirinya melihat Cilla masih tertidur dan Dena....
Dimana Dena? Feli linglung melirik seluruh ruangan yang tak juga menemukan batang hidung cewek itu. Kemudian ia membuka selimut dan menapakkan kaki di lantai, begitu matanya tertuju ke lantai, betapa kagetnya ia melihat salah satu teman terlungkup tidur dengan alas bantal dan buku fisika yang menutupi wajahnya. Feli berdecak heran, dan diambilnya buku itu dari wajah Dena. Terlihat raut muka cewek bertubuh sempurna itu yang kelihatan lelah, sepertinya ia berusaha belajar sendiri sampai begadang semalam.
"Lo bukan Dena yang gue kenal sebelumnya. Tapi, perubahan lo berkembang cukup baik." Feli tersenyum sambil menahan tawanya, kemudian ia berjinjit untuk melewati badan Dena agar tidak menimbulkan kegaduhan dan membangunkan kedua temannya. Cewek itu keluar kamarnya secara perlahan membuka knop pintu, dan kembali menutupnya dengan hati-hati seperti maling yang sudah profesional.
Ia menuju kamar mandi di luar kamarnya untuk sekedar bercuci muka, kemudian kembali dengan sudah mencepol rambutnya dengan karet kecil berwarma pink warna favoritnya. Langkahnya pelan tapi pasti menuruni anak tangga lalu menuju dapur. Karena kedua orangtua nya sudah sejak dua hari ini menginap di rumah neneknya di Desa, Feli memasak sendiri dengan bahan yang sudah disediakan Mamanya. Karena memang sejak SMP ia sudah belajar memasak dari Mamanya.
"Ayo kita lihat, ada bahan apa aja ya di kulkas," ucapnya berbicara dengan diri sendiri, dengan tangannya membuka kulkas dua pintu yang berukuran sedang, terbitlah senyum yang manis di bibirnya, kemudian diambilnya bahan-bahan yang ia inginkan untuk di masak pagi ini.
Cilla mengguncang bahu Dena yang masih terlelap tidur meringkuk. Cewek itu meringis saat dibangunkan, membuat Cilla yang baru bangun juga masih merasa lelah dan kurang tidur—memukul pelan pipi Dena.
"Bangun, Den! Udah pagi, nih!" kata Cilla sambil terus menepuk pelan pipi Dena dengan memejamkan mata.
Dena perlahan mengerutkan keningnya, lalu membuka matanya. "Anjing, monyet! Sakit! Lu kira gue bantal guling, seenaknya di tepuk-tepuk?" ucap Dena pelan dan lambat tapi sangat mengena di hati Cilla.
"Sorry, sorry. Habisnya lo susah banget dibangunin. Ya udah, gue duluan mandi, ya." Cilla bangun dari jongkoknya dan mengambil handuk di dalam tas miliknya kemudian menuju kamar mandi di kamar Feli.
Dena memanyunkan bibirnya kesal. Digaruknya rambutnya beberala kali, lalu terdengar suara notifikasi Line di handphone nya. Diraih benda canggih itu tepat di samping kepalanya, dan terlihat seseorang mengirim pesan chating ke Dena.
Brandon: pagi, lo udah bangun?
Brandon: gue mandi dulu ya
Brandon: haloo.... Lo blm bangun ya? Gue udh siap2 nih.
Brandon: gue jalan skrg krmh lo ya. Tunggu 10 menit.
Brandon: gue udah di depan rumah lo. Lo udah siap2?Setelah membaca semua pesan dari Brandon, membuat Dena menepuk jidat panik. Dia baru ingat kalau semalam sudah memiliki janji bahwa akan di jemput oleh Brandon, dan ia lupa memberi tahu cowok itu kalau ia sedang menginap di rumah Feli, bukan ada di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRANDENA [COMPLETED]
Teen Fiction{Destiny} Manusia itu gampang berubah. Tapi berubah untuk ke lebih baik itu sulit. Hidup Dena berubah ketika bertemu dengan Brandon yang sebelumnya ia benci karena cowok itu suka ikut campur dengan masalah Dena. Tapi siapa sangka jika kebencian Dena...